The Role of Storytelling in Everyday Marketing
Source: https://cuttingedgepr.com/wp-content/uploads/2020/06/Storytelling-diagram-3-Shutterstock_700511647-1.jpg
Komunikasi pemasaran tidak lagi hanya berfokus pada apa yang dilakukan produk atau layanan. Dalam dunia digital saat ini, merek-merek menggunakan storytelling untuk menjual yang menyentuh emosi. Bisnis dapat terhubung dengan audiens melalui cerita. Saking pentingnya sehingga telah menjadi salah satu aspek krusial dalam komunikasi pemasaran mereka. Dalam komunikasi pemasaran, bercerita bukan tentang fakta; ini tentang nilai-nilai, emosi, dan pengalaman serta membuat pesan menjadi relevan dan mudah diingat. Artikel ini menganalisis bagaimana strategi komunikasi pemasaran yang efektif membutuhkan sebuah cerita, dan apa yang membuat cerita menjadi media komunikasi yang paling efektif
Kekuatan Menceritakan Kisah dalam Pemasaran
Bercerita adalah pengalaman manusia yang mendasar. Telah menjadi hal umum untuk berbagi cerita guna mengkomunikasikan nilai-nilai, budaya, dan pengetahuan (Fog, Budtz, & Yakaboylu, 2005). Ini adalah strategi yang melibatkan konsumen dengan menciptakan narasi yang emosional dan relevan. Menurut Pulizzi (2012), cerita adalah hal yang dapat diterima dan diingat yang menciptakan koneksi. Ketika konsumen terhubung secara emosional dengan sebuah merek, mereka juga lebih cenderung untuk mempercayainya dan mengingat pesannya. Salah satu contohnya adalah kampanye “Just Do It” dari Nike yang tidak hanya menjual barang dagangan tetapi juga menjual cerita tentang tekad dan kesuksesan
Membangun Identitas Merek Melalui Cerita
Melalui penceritaan dalam komunikasi pemasaran, manajer pemasaran dapat menciptakan dan memperkuat identitas merek yang dianggap sebagai keuntungan terbesar. Merek menggunakan cerita untuk mengekspresikan nilai, misi, dan tujuan mereka, membantu konsumen memahami siapa mereka dan apa yang mereka perjuangkan (Herskovitz & Crystal, 2010). Misalnya, Apple menggunakan cerita untuk menunjukkan bahwa mereka inovatif dan kreatif. Iklan-iklan mereka sering menekankan individu lebih dari produk itu sendiri, membantu mereka mengekspresikan diri melalui teknologi daripada teknologi itu sendiri. Cerita ini cocok dengan bagaimana Apple ingin mereknya dilihat sebagai kreatif dan inovatif
Koneksi Emosional dan Loyalitas Konsumen
Ketika kita menggunakan storytelling dalam komunikasi pemasaran, kita menciptakan ikatan dengan merek tersebut. Studi menunjukkan bahwa ikatan emosional memperkuat loyalitas kita terhadap merek tertentu (Escalas, 2004). Ketika konsumen terhubung dengan cerita sebuah merek, mereka akan memiliki peluang yang lebih besar untuk loyalitas, kepercayaan, dan pembelian atau penggunaan merek tersebut. Misalnya, Coca-Cola menggunakan cerita untuk menjual kebahagiaan dan kebersamaan. Kampanye seperti “Share a Coke” menawarkan pengalaman yang dipersonalisasi yang menciptakan koneksi emosional dengan merek tersebut
Keaslian dan Keterhubungan
Menceritakan kebenaran sangat penting untuk kredibilitas dan kepercayaan. Dalam era kelebihan konsumsi dan skeptisisme, keaslian membantu membedakan merek menurut Lundqvist, Liljander, Gummerus, & Van Riel 2013. Ketika sebuah cerita terasa otentik bagi konsumen, mereka akan terlibat dengannya. Kampanye “Real Beauty” dari Dove adalah contoh yang sangat baik dari penceritaan yang autentik. Dove mengubah persepsi pelanggan tentang kecantikan dengan menunjukkan kisah nyata wanita dan membuatnya dapat dihubungkan. Menggunakan metode ini membantu menciptakan kepercayaan; hal ini dapat memperkuat loyalitas merek melalui nilai-nilai yang sama
Platform Digital dan Penceritaan
Platform digital sekarang memainkan peran penting dalam menyampaikan cerita. Merek dapat berbagi narasi secara real-time melalui media sosial dan berinteraksi langsung dengan audiens mereka. Platform media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube adalah sumber kreativitas yang luar biasa bagi merek untuk menceritakan kisah mereka menggunakan video, cerita yang dibuat oleh pengguna, dan pengalaman. Misalnya, GoPro menggunakan konten yang dibuat oleh pengguna untuk menceritakan kisah petualangan dan menciptakan pendukung merek dalam pengaturan komunitas
Platform Digital dan Penceritaan
Kebangkitan platform digital telah merevolusi penceritaan dalam komunikasi pemasaran. Media sosial, khususnya, memungkinkan merek untuk berbagi cerita secara real-time dan berinteraksi langsung dengan audiens mereka. Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube menyediakan ruang kreatif bagi merek untuk menyusun narasi yang menarik menggunakan konten video, cerita yang dibuat oleh pengguna, dan pengalaman interaktif (Ashley & Tuten, 2015). Misalnya, GoPro secara efektif menggunakan konten yang dihasilkan pengguna untuk menceritakan kisah petualangan, membangun komunitas pendukung merek yang setia
Tantangan dan Pertimbangan Etis
Meskipun bercerita adalah alat pemasaran yang efektif, hal itu juga menghadapi tantangan dan etika. Merek harus berhati-hati dengan sensitivitas budaya dan tidak melebih-lebihkan atau berbohong atau mereka akan kehilangan kredibilitas. Anda tidak boleh mengorbankan keaslian hanya untuk sekadar bercerita (Singh & Sonnenburg, 2012). Merek harus transparan dan tetap setia pada cerita, tindakan, dan nilai-nilai mereka.
Kesimpulan
Mempertimbangkan storytelling telah sepenuhnya mengubah komunikasi pemasaran. Sekarang, merek dapat berhubungan dengan konsumen secara emosional. Selain itu, ini membantu merek dalam membangun identitas mereka serta loyalitas konsumen, Merek dapat menyampaikan nilai dan tujuan mereka secara efektif melalui narasi yang otentik, dapat dipahami, dan menarik. Namun demikian, untuk menjaga kredibilitas dan kepercayaan, storytelling yang etis adalah suatu keharusan. Bercerita akan tetap menjadi senjata ampuh dalam komunikasi pemasaran di dunia platform digital
Referensi
[1] Ashley, C., & Tuten, T. (2015). Creative Strategies in Social Media Marketing: An Exploratory Study of Branded Social Content and Consumer Engagement. Psychology & Marketing, 32(1), 15-27
[2] Escalas, J. E. (2004). Narrative Processing: Building Consumer Connections to Brands. Journal of Consumer Psychology, 14(1-2), 168-180
[3] Fog, K., Budtz, C., & Yakaboylu, B. (2005). Storytelling: Branding in Practice. Springer
[4] Herskovitz, S., & Crystal, M. (2010). The Essential Brand Persona: Storytelling and Branding. Journal of Business Strategy, 31(3), 21-28
[5] Lundqvist, A., Liljander, V., Gummerus, J., & Van Riel, A. (2013). The Impact of Storytelling on the Consumer Brand Experience: The Case of a Firm-Originated Story. Journal of Brand Management, 20(4), 283-297
[6] Pulizzi, J. (2012). The Rise of Storytelling as the New Marketing. Publishing Research Quarterly, 28(2), 116-123
[7] Singh, S., & Sonnenburg, S. (2012). Brand Performances in Social Media. Journal of Interactive Marketing, 26(4), 189-197
Comments :