Mengapa Orang Cenderung Boros ? Perspektif Akuntansi dan Psikologi
Sumber : <a href=”https://www.freepik.com/free-photo/cropped-people-checking-their-wallet-money-bank-card_5699020.htm”>Image by pressfoto on Freepik</a>
Kebiasaan boros berhubungan dengan perilaku impulsif. Contohnya, ketika kita membuka media sosial dan melihat pakaian atau barang yang menarik, kita cenderung langsung membelinya tanpa mempertimbangkan kondisi ekonomi kita. Biasanya, keputusan ini hanya berdasarkan keinginan sesaat dan bukan kebutuhan nyata. Akibatnya, kebiasaan ini dapat memberikan dampak negatif terhadap perencanaan keuangan yang telah dibuat.
KONSUMSI YANG BERLEBIHAN
Salah satu penyebab konsumsi berlebihan adalah mudahnya akses ke pasar daring (online market). Hal ini mendorong orang untuk sering membeli barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan. Selain itu, adanya sistem pay later semakin memperburuk situasi dengan menjebak banyak orang dalam lingkaran utang yang berkepanjangan.
KURANGNYA PERENCANAAN KEUANGAN
Kurangnya perencanaan keuangan dapat berdampak signifikan pada kehidupan seseorang. Dampak paling fatal adalah tidak tersedianya dana darurat. Dana darurat sangat penting untuk menghadapi situasi krisis di masa depan agar kondisi keuangan tetap stabil.
Dengan mencatat pengeluaran, kita dapat meminimalisir perilaku impulsif yang menyebabkan pemborosan. Pencatatan keuangan membantu kita memantau pengeluaran, mengendalikan keuangan, dan menghindari defisit. Selain itu, pencatatan ini juga membantu kita menentukan prioritas pembelian, apakah suatu barang benar-benar diperlukan atau hanya sekadar keinginan.
KURANGNYA EDUKASI KEUANGAN
Literasi keuangan sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai masalah keuangan sering muncul karena kurangnya pemahaman dalam mengelola keuangan, baik pada remaja maupun orang dewasa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa individu dengan kondisi keuangan yang cukup cenderung lebih berani mengambil risiko dan mudah meminjam uang tanpa pertimbangan matang (Kawamura, 2021). Sementara itu, penelitian oleh Kramer, M. M. (2016) menyatakan bahwa seseorang yang merasa mampu mengelola keuangan secara mandiri sering kali menganggap tidak perlu memahami literasi keuangan. Kurangnya literasi keuangan dapat mempengaruhi tingkat keborosan seseorang dalam mengelola ekonomi mereka.
PERSPEKTIF PSIKOLOGI: FAKTOR MENTAL DAN EMOSI
Efek Dopamin dan Impulse Buying
Impulse buying atau pembelian impulsif merupakan perilaku membeli barang tanpa rencana atau pertimbangan matang terhadap kondisi ekonomi. Perilaku ini sering kali dipicu oleh faktor emosional, promosi menarik, atau dorongan spontan tanpa mempertimbangkan kebutuhan yang sebenarnya. Jika tidak dikendalikan, hal ini dapat berdampak negatif terhadap kondisi keuangan dan manajemen pengeluaran seseorang.
Kebiasaan impulse buying juga berpengaruh pada kondisi psikologis. Ketika barang yang dibeli tidak sesuai harapan, perasaan kecewa, cemas, atau ketidakpuasan dapat muncul. Dalam jangka panjang, perilaku ini dapat menyebabkan stres dan rasa menyesal yang berulang, terutama jika berdampak pada stabilitas keuangan.
Hubungan antara Self-Control dan Kebiasaan Boros
Orang dengan self-control yang tinggi cenderung lebih mampu mengendalikan dorongan untuk berbelanja impulsif. Sebaliknya, mereka yang memiliki self-control rendah lebih rentan terhadap perilaku boros. Kemampuan mengontrol diri membantu seseorang mengambil keputusan yang lebih bijak dalam mengelola keuangan dan menghindari pengeluaran yang tidak perlu.
CARA MENGATASI PERILAKU BOROS
Perspektif Akuntansi
- Membuat Perencanaan Keuangan Dengan perencanaan keuangan yang efektif, kita dapat mencapai stabilitas finansial jangka panjang. Salah satu cara yang dapat diterapkan adalah dengan melakukan budgeting atau penganggaran.
- Mengendalikan Pengeluaran Dengan menerapkan budgeting, kita dapat mengendalikan pengeluaran dan mencegah pemborosan. Hal ini juga membantu kita memperoleh visibilitas terhadap kondisi keuangan saat ini serta mempermudah manajemen utang agar dapat mencapai kondisi finansial yang lebih aman.
Perspektif Psikologi
- Meningkatkan Kesadaran diri
Dengan Meningkatkan kesadaran diri untuk orang orang agar mereka lebih memahami mana keinginan dan kebutuhan. Dengan memiliki kesadaran diri yang tinggi mereka dapat melakukan evaluasi terkait apakah barang yang dibeli benar benar didorong oleh kebutuhan atau hanya keinginan mereka sendiri - Menggunakan Teknik Penundaan Gratifikasi
Ini salah satu contoh teknik penundaan, Teknik ini di lakukan dengan membantu orang orang agar bisa mengendalikan dorongan belanja yang impulsif dengan mengalihkan fokusknya ke aktifitas produktif, seperti berolahraga, seni, atau bersosoaliasai. Tujuan strategi ini adlah melatih mereka untuk mempriotaskan kebutuhan jangka panjang daripada kepuasan instan
REFERENSI
- Fitria, T. N., & Prastiwi, I. E. (2020). Budaya Hedonisme dan Konsumtif dalam Berbelanja Online Ditinjau dari Perpektif Ekonomi Syariah. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(3), 731–736. https://doi.org/10.29040/jiei.v6i3.1486
- Generali Indonesia. (2024). Joss. https://www.generali.co.id/id/healthyliving/3/waspada-ini-6-hal-yang-terjadi-jika-tidak-punya-perencanaan-keuangan-yang-baik
- Apa Itu Dana Darurat? Panduan Lengkap Finansial Terpercaya. (2024). https://btn.co.id/id-ID/About/Gallery/Article/Article/Listing/2024/12/23/apa-itu-dana-darurat#:~:text=sumber%3A%20freepik.com-,Dana%20darurat%20merupakan%20simpanan%20sejumlah%20uang%20yang%20telah%20disiapkan%20secara,memiliki%20pemasukan%20tanpa%20harus%20berutang.
- Kartini, A., Asmaniah, Z., & Julianti, E. (2022). Pendidikan Literasi Finansial: Dampak dan Manfaat (Sebuah Kajian Literatur Review). Kode: Jurnal Bahasa, 11(3). https://doi.org/10.24114/kjb.v11i3.38814
- Adinda Hasya Putri. (2023). Pengaruh gaya hidup, promosi penjualan, dan kontrol diri terhadap pembelian impulsif pada pengguna Shopee Pay Later di Jabodetabek. UIN Jakarta. https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/8219
Comments :