Dalam era digital saat ini, pesan singkat seperti WhatsApp, Telegram, dan DM Instagram telah menjadi sarana utama komunikasi manusia. Kemudahan dan kecepatan yang ditawarkan teknologi ini memungkinkan orang untuk tetap terhubung di tengah aktivitas yang padat. Namun, di balik kepraktisannya, fenomena ini memengaruhi cara manusia membangun hubungan interpersonal

Pesan singkat memiliki keuntungan, seperti memungkinkan percakapan yang lebih fleksibel tanpa perlu kehadiran fisik. Namun, komunikasi digital sering kali tidak mampu menyampaikan emosi sepenuhnya, sehingga rawan disalahartikan

Sumber: Suara.com

Teori Media Kekayaan (Media Richness Theory) yang dikembangkan oleh Daft dan Lengel (1986) relevan untuk memahami fenomena ini. Teori ini menjelaskan bahwa efektivitas suatu media komunikasi tergantung pada kemampuannya untuk menyampaikan pesan secara kaya, termasuk emosi, konteks, dan nuansa non-verbal. Pesan singkat dianggap memiliki tingkat kekayaan media yang rendah, sehingga sering kali kurang memadai untuk diskusi yang kompleks atau emosional

Selain itu, tren komunikasi ini juga menciptakan budaya baru seperti “ghosting,” di mana seseorang tiba-tiba memutus kontak tanpa penjelasan. Fenomena ini menunjukkan sisi gelap dari kemudahan teknologi yang kadang memengaruhi stabilitas emosional seseorang

Untuk mengatasi hal ini, diperlukan kesadaran untuk menggunakan teknologi secara bijak dan tetap memprioritaskan komunikasi tatap muka ketika memungkinkan.