Era komunikasi digital telah menghadirkan perubahan signifikan dalam pola perilaku manusia. Kehadiran media sosial dan aplikasi pesan instan memungkinkan interaksi antarindividu menjadi lebih cepat dan praktis. Namun, transformasi ini turut memengaruhi cara kita berkomunikasi dan memahami satu sama lain.

Sumber : https://unsplash.com/photos/a-white-mannequin-holding-a-white-ball-with-gold-letters-on-it-2wslj8UqIe4

Dalam konteks ini, konsep media richness theory memiliki relevansi yang kuat. Teori ini menyatakan bahwa media dengan kekayaan informasi yang tinggi, seperti panggilan video, dapat menyampaikan pesan lebih efektif dibandingkan media sederhana seperti teks. Meski demikian, ketergantungan pada komunikasi digital juga menimbulkan tantangan, seperti berkurangnya kemampuan berinteraksi secara langsung dan meningkatnya potensi kesalahpahaman akibat hilangnya isyarat non-verbal.

Tren masa kini menunjukkan bahwa masyarakat semakin menghargai transparansi dan keaslian dalam komunikasi. Influencer maupun merek yang mampu menampilkan sisi humanis lebih cenderung mendapatkan penerimaan yang baik dari audiens. Hal ini menegaskan bahwa meskipun teknologi terus berkembang, nilai-nilai fundamental seperti empati dan kepercayaan tetap menjadi inti dari komunikasi yang efektif.

Memahami dampak komunikasi digital terhadap perilaku manusia sangat penting agar kita dapat memanfaatkan teknologi dengan bijak dan seimbang.