Image by macrovector on Freepik

Transformasi digital adalah proses penggunaan teknologi digital untuk mengubah atau meningkatkan struktur, proses bisnis, budaya, dan pengalaman pelanggan dalam organisasi, baik di sektor bisnis maupun lembaga pemerintah dan publik. Ini mencakup teknologi seperti virtualisasi, komputasi awan, komputasi bergerak, dan big data yang memungkinkan transformasi dari sistem analog menjadi digital. Transformasi ini tidak hanya berfokus pada teknologi fisik, tetapi juga pada pengembangan nilai, pola pikir baru, efisiensi operasional, dan kemampuan beradaptasi dengan perubahan pasar dan kebutuhan pelanggan. Dengan transformasi digital, organisasi dapat memperkenalkan model bisnis baru, meningkatkan keterlibatan pelanggan, serta mengatasi berbagai tantangan sosial.

Transformasi digital berakar dari perkembangan teknologi yang dimulai sejak gagasan Gottfried Wilhelm von Leibniz pada 1679 tentang sistem numerik, yang kemudian dikenal sebagai “digitalisasi.” Gagasan ini dipublikasikan pada tahun 1703 dan berkembang menjadi sistem elektromekanis komputer, yang pada akhirnya diperkenalkan oleh John Atanasoff pada 1939. Percepatan digitalisasi terjadi pada tahun 1950 dengan munculnya komputer seperti Simon, Apple II pada 1977, dan PC IBM pada 1981. Perkembangan ini diperkuat oleh hadirnya teknologi World Wide Web (WWW), yang memperluas batas ruang dan mempercepat transformasi sosial global.

Pada awal 2000-an, digitalisasi mulai merambah pemerintahan, memengaruhi semua lapisan masyarakat dengan penggunaan internet yang meluas. Di Uni Eropa, Digital Single Market menjadi inovasi penting dalam pemanfaatan teknologi digital untuk mengelola masyarakat dan pemerintahan secara lebih modern dan efisien. Faktor-faktor utama yang mendorong transformasi digital meliputi perubahan regulasi, lanskap kompetisi, pergeseran industri ke arah digital, perubahan perilaku dan harapan konsumen, serta kesiapan sumber daya untuk memanfaatkan teknologi digital. Digitalisasi ini menciptakan peluang baru dalam pengembangan masyarakat, mempercepat pembangunan bisnis, meningkatkan efisiensi operasional, dan mengatasi berbagai isu sosial.

Dalam konteks Industri 4.0, transformasi digital semakin dipercepat oleh penggunaan kecerdasan buatan (AI), cloud computing, Internet of Things (IoT), serta big data dan advanced analytics, yang memungkinkan organisasi berinovasi dengan cepat dan memberikan nilai lebih kepada pelanggan. Teknologi-teknologi ini membuka jalan bagi model bisnis baru, memperkuat jaringan nilai, dan menciptakan produk serta layanan inovatif, yang semakin mengintegrasikan teknologi dalam kehidupan sehari-hari.

Transformasi digital kini menjadi elemen penting dalam perkembangan ekonomi global, termasuk di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah mengalami peningkatan pesat dalam sektor digital. Nilai industri digital di negara ini tumbuh dari 41 miliar dolar pada 2019 menjadi 77 miliar dolar pada 2022, dengan proyeksi mencapai 130 miliar dolar pada 2025. Pertumbuhan ini dipacu oleh sektor-sektor utama seperti e-commerce, transportasi, layanan pengiriman makanan, perjalanan online, dan media digital. Pandemi COVID-19 mempercepat proses digitalisasi ini, yang mengubah secara signifikan cara perusahaan berinteraksi dengan pelanggan, dengan pergeseran besar ke platform digital. Fenomena ini menegaskan bahwa digitalisasi telah menjadi penggerak utama dalam mengubah operasi bisnis serta hubungan dengan konsumen.

Peluang besar yang ditawarkan oleh transformasi digital di Indonesia terutama terletak pada pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Indonesia memiliki hampir 64 juta UMKM yang menyumbang 97 persen dari total tenaga kerja negara dan berkontribusi lebih dari 60 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Transformasi digital memungkinkan UMKM untuk mengadopsi teknologi baru dan memanfaatkan e-bisnis untuk memperluas pasar mereka, meningkatkan efisiensi operasional, dan meningkatkan daya saing. Selain itu, transformasi digital juga dapat mendorong pengembangan ekonomi kreatif serta ekonomi syariah, membuka peluang baru dalam pasar yang berkembang pesat.

Namun, penerapan transformasi digital di Indonesia tidak terlepas dari tantangan yang signifikan. Salah satu tantangan utama adalah rendahnya literasi digital di kalangan masyarakat dan pelaku bisnis. Banyak UMKM yang belum sepenuhnya memahami potensi teknologi digital dan bagaimana teknologi ini dapat digunakan untuk meningkatkan bisnis mereka. Selain itu, infrastruktur teknologi yang belum merata, khususnya di daerah-daerah terpencil, menjadi kendala besar dalam memastikan akses yang adil terhadap teknologi digital.

Kesetaraan akses ini sangat penting agar transformasi digital tidak hanya menguntungkan wilayah perkotaan, tetapi juga seluruh lapisan masyarakat, termasuk di daerah pedesaan. Tantangan lainnya adalah isu keamanan siber yang semakin krusial seiring dengan semakin banyaknya data yang diproses secara digital. Keamanan data dan privasi pelanggan menjadi aspek yang harus diperhatikan serius, terutama dalam lingkungan bisnis yang semakin bergantung pada teknologi cloud dan internet. Selain itu, kesiapan sumber daya manusia dalam menghadapi revolusi digital juga menjadi perhatian penting, di mana diperlukan pelatihan dan peningkatan keterampilan untuk menyiapkan tenaga kerja yang mampu bersaing di era digital.

Untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut, diperlukan kebijakan akselerasi transformasi digital yang komprehensif dan inklusif. Kebijakan ini harus mencakup peningkatan infrastruktur teknologi, terutama di daerah-daerah yang kurang terjangkau, serta upaya untuk meningkatkan literasi digital di semua kalangan. Sinergi antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk menciptakan ekosistem digital yang mendukung pertumbuhan ekonomi kreatif dan memberdayakan UMKM secara maksimal. Pemerintah Indonesia telah mulai mengimplementasikan kebijakan yang mendorong akselerasi transformasi digital dan inisiatif untuk meningkatkan akses teknologi bagi masyarakat luas.

Dalam jangka panjang, transformasi digital di Indonesia memiliki potensi besar untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lebih banyak peluang bisnis, terutama di sektor ekonomi kreatif. Dengan pengembangan yang tepat dan pengelolaan risiko yang baik, transformasi digital dapat menjadi pendorong utama dalam membangun masa depan ekonomi yang lebih inklusif, efisien, dan berkelanjutan. Ini memerlukan komitmen bersama dari semua pemangku kepentingan untuk memastikan bahwa manfaat teknologi digital dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Case Study (Contoh Kasus Perusahaan di Indonesia):

Kalbe Farma mulai melakukan transformasi digital sebagai bagian dari implementasi Industri 4.0 yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, daya saing, dan efisiensi perusahaan secara berkelanjutan. Transformasi ini melibatkan adopsi teknologi canggih di berbagai aspek operasional, seperti di laboratorium R&D dan proses produksi. Di laboratorium, teknologi digital digunakan untuk mempercepat analisa dan identifikasi bahan baku, produk antara, serta produk jadi, termasuk penggunaan digital imaging untuk pengecekan mikroba. Di bidang distribusi, Kalbe Farma menerapkan sistem digital seperti Advanced Shipment Notice, Warehouse Management System, GPS Tracking System, dan Direct Delivery, yang semuanya terintegrasi dengan ERP Oracle untuk memaksimalkan efisiensi rantai pasokan.

Selain itu, Kalbe mengembangkan ekosistem layanan digital berbasis B2B, seperti EMOS dan MOSTRANS. EMOS adalah aplikasi untuk manajemen pesanan dan rantai pasokan, sedangkan MOSTRANS menyediakan solusi transportasi yang memudahkan pengelolaan logistik antar bisnis. Komitmen Kalbe dalam melakukan transformasi end-to-end meliputi teknologi, proses, dan pengembangan sumber daya manusia, memastikan kualitas dalam setiap produk dan layanan yang dihasilkan.

Atas keberhasilan ini, Kalbe Farma meraih penghargaan National Lighthouse Industry 4.0 dari Kementerian Perindustrian, di mana perusahaan dinilai sebagai percontohan (role model) bagi industri manufaktur lainnya dalam menerapkan Industri 4.0. Dengan transformasi ini, Kalbe tidak hanya meningkatkan efisiensi waktu proses, tetapi juga memperkuat daya saing dan kontribusi dalam keberlanjutan industri nasional, sejalan dengan peta jalan “Making Indonesia 4.0”.

 

 

Referensi:

Apa Itu Transformasi Digital? (2021, March 17). REPUBLIKA. https://ekonomi.republika.co.id/berita/qq28tn3717000/apa-itu-transformasi-digital?#google_vignette

Lakukan Transformasi Industri 4.0, Kalbe (KLBF) Raih Penghargaan Ini. (2024, March 4). IPOTNEWS. https://www.indopremier.com/ipotnews/newsDetail.php?jdl=Lakukan_Transformasi_Industri_4_0__Kalbe_(KLBF)_Raih_Penghargaan_Ini&news_id=439272&group_news=RESEARCHNEWS&news_date=&taging_subtype=KLBF&name=&search=y_general&q=Kalbe%20Farma&halaman=1

Memahami Transformasi Digital. (2023, December 13). Binus School of Information Systems. https://sis.binus.ac.id/2023/12/13/memahami-transformasi-digital/

Priandono, T. E. (2021, December 10). Transformasi Digital Menuju Era Digital Society sebagai Akselerasi Kebangkitan Ekonomi Nasional. Berita UPI. https://berita.upi.edu/transformasi-digital-menuju-era-digital-society-sebagai-akselerasi-kebangkitan-ekonomi-nasional/

Transformasi digital. (n.d.). Wikipedia bahasa Indonesia. https://id.wikipedia.org/wiki/Transformasi_digital#

Transformasi Digital untuk Masa Depan Ekonomi dan Bisnis di Indonesia. (2023, March 7). DJPb. https://djpb.kemenkeu.go.id/portal/id/berita/berita/nasional/4074-transformasi-digital-untuk-masa-depan-ekonomi-dan-bisnis-di-indonesia.html

Bangsawan, G. (2023). Kebijakan Akselerasi Transformasi Digital di Indonesia: Peluang dan Tantangan untuk Pengembangan Ekonomi Kreatif. Jurnal Studi Kebijakan Publik, 2(1), 27–40. https://doi.org/10.21787/jskp.2.2023.27-40

Septiadi, B., & Agus, I. (2024). Transformasi Bisnis di Era Digital: Analisis Sistematis Terhadap E-Bisnis di Indonesia Pada Konteks UMKM. Journal of Digital Literacy and Volunteering, 2(1), 38–43. https://doi.org/10.57119/litdig.v2i1.80