sumber:: canva.com

What the sigma?, skibidi ohio rizz, fanum tax, mewing, looksmaxxing dan rizzler. Teman-teman mungkin familiar dengan kata-kata tadi, hal tersebut merupakan istilah dari brainrot language Gen Alpha (2010 – 2025) yang kerap kali beredar di media sosial atau di platform gaming. Melihat kembali ke masa yang telah berlalu, kita melihat bahwa setiap generasi memiliki bahasa gaul tersendiri. Istilah-istilah tadi merupakan salah satu bukti dari perubahan bahasa pada gen alpha oleh penggunaan teknologi, akan tetapi penggunaan istilah tadi dipandang negatif, mengapa demikian?

Mari kita telusuri lebih dalam, apa itu brain rot? meskipun bukan istilah diagnosa resmi, kata brain rot dikenalkan oleh Rumah Sakit Anak di Boston, Amerika Serikat pada tahun 2007 oleh Dr. Michael Rich dimana pasiennya menggunakan istilah tersebut untuk menggambarkan kondisi seseorang yang terlalu banyak menghabiskan waktu secara online sehingga mereka cenderung menyaring pengalaman sehari-hari, berkomunikasi dengan orang lain dan berperilaku meniru konten online yang mereka lihat, sehingga penggunaan Brainrot language ini dipandang negatif karena diasosiasikan dengan anak-anak yang sangat aktif secara kronis di dunia maya dan terekspos dengan konten yang ada di media sosial sehingga kata-kata yang ada pada konten tersebut mulai mereka gunakan saat berkomunikasi sehari-hari, anak-anak ini biasa dipanggil dengan sebutan “Ipad Kids”. Selain perbedaan pada penggunaan bahasa, mereka juga memiliki ciri khas yang lain. Menurut urban dictionary, Ipad kid merupakan anak yang menghabiskan waktunya bermain ipad, saat makan pun mereka tetap menonton youtube dan tidak pernah keluar rumah. Saat orang tua mereka meminta melepas ipadnya, mereka akan mulai menangis. Selain itu biasanya mereka biasanya pemain aktif game seperti minecraft atau roblox.

sumber: https://images.app.goo.gl/6BnbDmiANLEaWpWm7

Peningkatan kemunculan ipad kids dan brainrot tidak lepas dari pandemi Covid-19 dimana semua orang diharuskan untuk melakukan isolasi di tempat tinggal masing-masing sehingga menyebabkan meningkatnya penggunaan teknologi pada semua kalangan usia dan munculnya ketergantungan bahkan adiksi pada anak usia muda generasi alpha dan Z. Mari kita bahas lebih dalam mengenai perilaku penggunaan teknologi, seperti apa perilaku seseorang yang mengalami brainrot?

 

Menurut newsport institute terdapat beberapa perilaku brainrot yang perlu kita ketahui, seperti:

– Zombie scrolling: Perilaku scrolling reels atau video di media sosial seperti youtube, tiktok atau instagram tanpa adanya tujuan yang dicapai atau manfaat yang ingin didapatkan dengan kata lain perilaku scrolling ini dilakukan tanpa ada makna di baliknya dan sesimpel hanya ingin melihat konten apapun yang disajikan di gawai kita.

– Doomscrolling: Perilaku seseorang yang menghabiskan waktunya untuk melihat berita atau konten video yang bersifat negatif, selain itu individu ini juga memiliki keinginan yang tinggi untuk tidak ketinggalan informasi atau berita meskipun hal tersebut bersifat buruk.

Bermain Video Game: Meskipun bermain video game dapat menjadi kegiatan rekreasi, perilaku yang ditunjukkan individu ini menandakan adanya gangguan perilaku bermain game yang berlebihan dimana prioritas utama menjadi bermain game dan mengesampingkan hal-hal lainnya, sehingga kesulitan untuk menjalani hari-harinya dengan produktif.

 Kecanduan media sosial: Perilaku yang menunjukkan keinginan yang tinggi untuk terus-menerus mengecek media sosial bahkan merasa tidak nyaman untuk bisa fokus pada suatu hal karena dorongan tersebut. Stimulasi yang berhubungan dengan media sosial, seperti getaran dari gawai atapun notifikasi yang muncul mudah memicu individu ini untuk membuka media sosial.

 

Perilaku-perilaku tadi sangat menghambat anak-anak muda untuk bertumbuh dengan baik, dengan menghabiskan waktu terlalu lama di depan layar dapat berdampak negatif pada perkembangan emosional, fisik dan mental mereka. Menurut riset yang dilakukan oleh Frith, et al., dalam penelitian mereka pada bagaimana internet mengubah kognisi, didapatkan bahwa internet dapat menyebabkan perubahan yang signifikan pada gray matter, yaitu fungsi kognisi terutama pada bagian daya ingatan dan rentang perhatian manusia. Perilaku scrolling secara terus menerus ini berdampak negatif pada proses intrepertasi dan penyimpanan informasi, selain itu berdampak pada berkurangnya daya perhatian yang dimiliki karena stimulasi yang terus menerus diberikan dari perilaku scrolling. Kecanduan teknologi juga mendorong kita untuk menjalani gaya hidup sedenter dimana kita jarang atau sama sekali tidak melakukan aktivitas fisik, karena kita menghabiskan waktu dengan duduk atau rebahan di depan komputer atau gawai kita.

Melihat dampak-dampak tadi, apakah ada hal yang dapat kita lakukan untuk mengurangi perilaku brainrot? Satu hal yang pasti adalah dengan mengurangi screentime di depan gawai dengan cara melakukan detoks digital yang dapat dimulai dengan sesederhana tidak menggunakan gawai atau komputer kita dalam waktu singkat dengan melakukan kegiatan non-digital seperti olahraga ringan, jika teman-teman merupakan kaum mager kegiatan ini bisa dimulai dengan berjalan singkat di taman selama 15 atau 30 menit atau juga dengan bergaul dengan teman-teman seperti nongki bareng di cafe atau makan bersama atau bahkan dengan melakukan hobi kita, seperti membaca dari buku fisik dan bermain game fisik, seperti boardgame dan puzzle.

sumber: https://images.app.goo.gl/6wD4fqPrUMmdanmB9

Teman-teman mungkin tidak bisa langsung menghilangkan kebiasaan yang sudah terbentuk, akan tetapi dengan konsistensi dan kesadaran untuk masa depan yang lebih baik semua dapat dicapai, seperti kata pepatah yang mungkin familiar di telinga teman-teman, yaitu “y’all need to touch some grass”

 

Referensi:

Firth, J., Torous, J., Stubbs, B., Firth, J. A., Steiner, G. Z., Smith, L., Alvarez‐Jimenez, M., Gleeson, J., Vancampfort, D., Armitage, C. J., & Sarris, J. (2019). The “online brain”: how the Internet may be changing our cognition. World Psychiatry, 18(2), 119–129. https://doi.org/10.1002/wps.20617

Lloyd, A. (2024, January 18). Has the internet broken our brains? A haunting painting turned viral meme has people worried. Business Insider. https://www.businessinsider.com/internet-brain-rot-memes-explained-2024-1

TikTok is killing your brain, one short-form video at a time. (2022, September 18). Social Media Psychology. https://socialmediapsychology.eu/2022/08/18/tiktok-is-killing-your-brain-right-now/

National Library of Medicine. (n.d.). Health risks of an inactive lifestyle. https://medlineplus.gov/healthrisksofaninactivelifestyle.html

Newport Institute Staff. (2024, January 10). Brain Rot: The impact on young adult Mental health. Newport Institute. https://www.newportinstitute.com/resources/co-occurring-disorders/brain-rot/

Satici, S. A., Tekin, E. G., Deniz, M. E., & Satici, B. (2022). Doomscrolling Scale: its Association with Personality Traits, Psychological Distress, Social Media Use, and Wellbeing. Applied Research in Quality of Life, 18(2), 833–847. https://doi.org/10.1007/s11482-022-10110-7

Summit. (2024, September 22). What is “Brain Rot,” and What Does it Suggest about Social Media Habits? The Summit Wellness Group. https://thesummitwellnessgroup.com/blog/what-is-brain-rot/

Urban Dictionary: IPad kid. (n.d.). In Urban Dictionary. https://www.urbandictionary.com/define.php?term=iPad%20Kid