Sumber: https://images.app.goo.gl/HeuUytbz6XWthpsn9

Dalam beberapa tahun terakhir, kita menyaksikan perubahan signifikan dalam pola pikir masyarakat, terutama di kalangan Generasi Z. Salah satu fenomena yang mencuat adalah semakin banyaknya orang muda yang memilih untuk tidak memiliki anak (childfree) dan lebih memilih untuk menjadi pet parent atau orang tua dari hewan peliharaan. Fenomena ini menarik perhatian, tidak hanya karena dampak sosialnya, tetapi juga karena alasan-alasan psikologis di baliknya. Berdasarkan perspektif psikologi, keputusan ini sering dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti tekanan ekonomi, perubahan nilai sosial, dan pencarian bentuk ikatan emosional alternatif. Dengan semakin meningkatnya tantangan global, termasuk perubahan gaya hidup dan meningkatnya kesadaran akan hak-hak hewan, preferensi untuk menjadi “pet parent” seakan menjadi pilihan yang relevan. Fenomena ini mengundang berbagai pertanyaan mengenai mengapa banyak dari mereka yang lebih memilih ikatan dengan hewan dibandingkan manusia.

Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa tingkat kelahiran di Indonesia mengalami penurunan secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan jumlah kelahiran di Indonesia pada 2023 sebanyak 4,62 juta, mengalami penurunan sebesar 6,6% dibandingkan 10 tahun sebelumnya yang mencapai 4,95 juta. Selain itu, BPS juga memperkirakan angka fertilitas total (Total Fertility Rate/TFR) di Indonesia pada 2023 berada di angka 2,14, yang berarti rata-rata setiap perempuan di Indonesia memiliki dua anak selama masa suburnya. Angka TFR ini sedikit lebih rendah dibandingkan tahun 2022, di mana TFR mencapai 2,15.

Sementara angka kelahiran di Indonesia menurun, adopsi hewan peliharaan justru menunjukkan tren peningkatan. Meskipun data yang pasti sulit ditemukan, berbagai laporan dari organisasi penyelamat hewan dan klinik veteriner mengindikasikan bahwa adopsi hewan, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, terus meningkat. Menurut salah satu laporan dari Animal Defenders Indonesia, ada peningkatan sekitar 30% dalam jumlah adopsi hewan dalam beberapa tahun terakhir, yang didorong oleh tren adopsi kucing dan anjing di kalangan anak muda. Sedangkan, menurut data Euromonitor pada tahun 2022, populasi kucing yang dipelihara di Indonesia mencapai 4,80 juta ekor, naik dari 2,15 juta ekor pada tahun 2016. Selain itu, berdasarkan survei Statista yang dilakukan oleh Rakuten Insight pada Januari 2022, terhadap 10.442 responden di Indonesia, enam dari 10 rumah tangga di Indonesia memiliki hewan peliharaan dari berbagai jenis. Platform adopsi hewan, komunitas penyelamat hewan, dan klinik hewan yang menawarkan layanan kesehatan semakin berkembang, menunjukkan adanya peningkatan permintaan dari masyarakat. Bagi banyak orang, memiliki hewan peliharaan bukan hanya soal memiliki teman, tetapi juga sebagai cara memenuhi kebutuhan emosional tanpa beban tanggung jawab besar seperti memiliki anak.

Sumber: https://images.app.goo.gl/eyPm1VocAbU3puDFA

Untuk memahami fenomena ini, teori Self-Determination dapat dijadikan acuan. Teori ini menyebutkan bahwa manusia memiliki tiga kebutuhan psikologis utama: otonomi, kompetensi, dan keterhubungan (relatedness). Generasi Z, yang tumbuh dalam era digital dengan akses informasi yang luas, cenderung mencari otonomi yang lebih besar dalam hidup mereka. Merawat hewan peliharaan dapat memberikan rasa “terhubung” dan kasih sayang tanpa mengorbankan otonomi dan kebebasan pribadi. Dengan memiliki hewan peliharaan, individu dapat merasakan tanggung jawab (otonomi), kemampuan untuk merawat (kompetensi), serta keterikatan emosional dengan hewan (relatedness), tanpa menghadapi tekanan sosial yang terkait dengan memiliki anak.

Anak muda saat ini cenderung memilih mengadopsi hewan peliharaan daripada memiliki anak karena beberapa alasan signifikan:

  1. Tanggung Jawab Lebih Ringan: Memelihara hewan peliharaan dianggap lebih mudah dan fleksibel dibandingkan dengan membesarkan anak, karena hewan seperti kucing atau anjing tidak memerlukan perhatian sepanjang waktu, sehingga cocok dengan gaya hidup yang sibuk.
  2. Kepuasan Emosional: Hewan peliharaan dapat memberikan kasih sayang dan persahabatan tanpa syarat, yang membantu mengurangi stres dan mendukung kesehatan mental pemiliknya. Hewan seringkali menjadi sumber dukungan emosional yang kuat.
  3. Kesadaran Sosial: Banyak generasi muda merasa terdorong untuk menyelamatkan hewan melalui adopsi daripada membeli. Ini merupakan kontribusi mereka untuk mengurangi populasi hewan terlantar di penampungan serta menghindari praktik industri hewan yang tidak etis.
  4. Keterlibatan Komunitas: Mengadopsi hewan juga memberikan kesempatan untuk bergabung dalam komunitas pecinta hewan, memperluas jaringan sosial, dan menciptakan pengalaman baru yang memperkaya kehidupan.
  5. Fleksibilitas Gaya Hidup: Generasi muda yang sering kali lebih mobile dan menghargai kebebasan merasa memiliki hewan peliharaan lebih cocok dengan gaya hidup mereka dibandingkan dengan memiliki anak, yang membutuhkan komitmen jangka panjang dan stabilitas.

Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia

Jika tren ini terus berlanjut, akan ada beberapa dampak jangka panjang yang mungkin terjadi. Penurunan angka kelahiran dapat menyebabkan perubahan demografi yang signifikan, seperti menurunnya jumlah penduduk usia produktif di masa depan. Pada 2020, komposisi penduduk usia produktif dari total penduduk Indonesia adalah sebesar 69,28%. Angka ini diproyeksikan BPS akan menurun menjadi 68,28% pada 2030, 66,71% pada 2040, dan 64,88% pada 2050. Sementara itu, penduduk non-produktif berusia lebih dari 65 tahun diperkirakan akan terus bertambah. Pada 2020 penduduk ini komposisinya tercatat sebesar 6,16% dari penduduk Indonesia, sedangkan pada 2050 komposisinya mencapai 16,03%. Hal ini dapat mempengaruhi perekonomian, karena akan ada lebih sedikit tenaga kerja dan populasi lansia yang membutuhkan perawatan akan meningkat. Selain itu, dengan meningkatnya adopsi hewan peliharaan, akan ada kebutuhan lebih besar terhadap sumber daya, seperti layanan kesehatan hewan dan infrastruktur pendukung lainnya. Di sisi lain, fenomena ini juga dapat membawa dampak positif. Peningkatan adopsi hewan dapat meningkatkan kesadaran tentang hak-hak dan kesejahteraan hewan, serta membantu mengurangi populasi hewan liar yang terlantar, terutama di wilayah perkotaan.

Fenomena ini tentu tidak bisa diabaikan begitu saja. Pemerintah bersama lembaga sosial dan kesehatan perlu merancang kebijakan yang mendukung keluarga muda agar lebih nyaman dalam memutuskan memiliki anak. Hal ini bisa dilakukan melalui kebijakan seperti cuti melahirkan yang lebih fleksibel, insentif ekonomi, serta peningkatan kualitas fasilitas pendidikan dan kesehatan untuk anak-anak. Di sisi lain, memperbaiki sistem kesejahteraan hewan dan memberikan edukasi tentang pentingnya adopsi yang bertanggung jawab juga perlu diperkuat seiring meningkatnya jumlah pet parents di Indonesia.

Sumber: https://images.app.goo.gl/8zCsY69WZvusfDJD6

Pilihan Generasi Z untuk menjadi pet parent daripada memiliki anak mencerminkan perubahan signifikan dalam nilai-nilai sosial, psikologis, dan ekonomi saat ini. Keputusan ini didorong oleh kebutuhan akan otonomi, kebebasan, serta tekanan finansial yang dihadapi oleh generasi muda. Meskipun fenomena ini memberikan manfaat psikologis, seperti dukungan emosional dan fleksibilitas hidup, tanpa kebijakan yang tepat, dampaknya bisa sangat mempengaruhi struktur demografi dan ekonomi di masa depan. Dengan memahami faktor penyebab dan implikasinya, kita dapat mencari solusi seimbang yang tidak hanya mempertahankan kesejahteraan manusia, tetapi juga hewan peliharaan.

 

 

Referensi:

Badan Pusat Statistik Indonesia. (2023, March 31). Angka Kelahiran Total / Total Fertility Rate (TFR) Menurut Provinsi, 1971-2020 – Tabel Statistik. Www.bps.go.id. https://www.bps.go.id/id/statistics-table/1/MjIxMCMx/angka-kelahiran-total—total-fertility-rate–tfr–menurut-provinsi–1971-2020.html

Prasetyo, A. Y. (2023, August 2). Peluang Bisnis Hewan Peliharaan di Indonesia. Kompas.id; Harian Kompas. https://www.kompas.id/baca/riset/2023/08/03/peluang-bisnis-hewan-peliharaan-di-indonesia?loc=hard_paywall 

Purnomo, A. (2024, July 10). Menguak Kaitan Erat antara Tren Melajang, Gila Olahraga, dan Adopsi Hewan Halaman all – Kompasiana.com. KOMPASIANA; Kompasiana.com. https://www.kompasiana.com/www.akhlis-purnomo.com/668dd68dc925c471b71f7953/menguak-kaitan-erat-antara-tren-melajang-gila-olahraga-dan-adopsi-hewan?page=all&page_images=1

Reuters. (2019, January 25). Lebih Suka Punya Hewan Peliharaan ketimbang Punya Anak, Kenapa? Tempo; TEMPO.CO. https://video.tempo.co/read/13302/lebih-suka-punya-hewan-peliharaan-ketimbang-punya-anak-kenapa

Rizaty, M. A. (2023, November 20). Data Proyeksi Jumlah Kelahiran di Indonesia hingga 2023 – Dataindonesia.id. Dataindonesia.id. https://dataindonesia.id/varia/detail/data-proyeksi-jumlah-kelahiran-di-indonesia-hingga-2023