Pernahkah kalian menonton pertandingan olahraga seperti; sepak bola, badminton, voli, dan olahraga lainnya? Pasti pernah dong ya, baik itu secara langsung di stadion maupun online. Tapi kalian pernah menyadari tidak, ketika kita menonton tim favorit kita bertanding dan di akhir pertandingan tim favorit kita kalah, pasti kita merasa kecewa. Sampai sampai kita merasa diri kita kurang semangat menjalankan aktivitas? 

 

Olahraga telah menjadi bagian dari budaya Indonesia, khususnya olahraga sepak bola dan badminton. Tentu budaya ini telah memberikan pengaruh besar ke masyarakat Indonesia, ditambah dengan prestasi dari setiap cabang olahraga membuat masyarakat Indonesia sangat bangga dan makin digemari masyarakat. Namun, ada kalanya menonton pertandingan olahraga bisa berubah menjadi suatu hal yang mengecewakan. Perasaan sedih, kecewa, amarah, dan perasaan-perasaan ini bisa berunjuk perselisihan antara pendukung tim satu sama lain. Mengapa bisa begitu ya?

Perasaan kecewa dan sedih setelah menonton tim favorit kalah dalam pertandingan olahraga, terjadi karena identitas sosial seseorang sangat erat kaitannya dengan tim olahraga favorit mereka. Bagaimana sih kaitannya ?

 

Konsep Identitas Sosial  

Identitas sosial adalah ciri khas yang dimiliki seseorang di mana individu tersebut menjadi bagian dari suatu kelompok. Adapun jenis identitas sosial yang dapat terbentuk, diantaranya; usia, ras, etnis, budaya, kelas sosial, gender, kewarganegaraan, dan agama. Menurut Henri Tajfel dan John Turner (1970) dengan teori Social Identity Theory (SIT), teori ini menjelaskan terkait bagaimana kita sebagai individu dipengaruhi oleh berbagai kelompok sosial.

Konsep utama dari teori SIT tersebut adalah ; social categorization, social identity, and social comparison, and positive distinctiveness. 

  1. Social Categorization. Ini berkaitan dengan kecenderungan individu untuk mengatur lingkungan sosialnya. Pengaturan ini tergantung dari bagaimana setiap individu membuat kategori kelompok berdasarkan apa yang sesuai dengan makna bagi individu itu sendiri.
  2. Social Identity. Ini berkaitan dengan bagaimana individu mengidentifikasi diri mereka.
  3. Social Comparison. Ini adalah tahap dimana kita melakukan penilaian terhadap suatu kelompok dan perbedaannya dengan kelompok lain.
  4. Positive Distinctiveness. Upaya individu untuk mempertahankan dan meningkatkan harga diri dengan melihat suatu kelompok sebagai ‘lebih baik’ daripada kelompok lainnya. Dengan membandingkan suatu kelompok, hal ini meningkatkan identitas sosial yang positif.

Dalam teori SIT juga terdapat istilah in group (us) dan out group (them). In-group disini merupakan kelompok sosial dimana seseorang merasa dirinya sebagai anggota dari suatu kelompok. In-group ini dipandang secara positif dan diprioritaskan oleh anggotanya. Sedangkan untuk out-group merupakan kelompok sosial yang tidak termasuk dalam in-group seseorang. Kelompok ini sering dipandang negatif oleh anggota in-group.

Pembahasan 

Ketika kita menonton tim favorit kita bertanding dan setelah pertandingan tim favorit kita kalah. Ada perasaan – perasaan yang muncul seperti; kecewa, sedih, dendam, dan bahkan marah. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, perasaan perasaan yang muncul setelah menonton tim favorit kalah dalam pertandingan erat kaitannya dengan identitas sosial yang terhubung dengan tim olahraga favorit mereka. Mengapa begitu ?

Ketika tim favorit kalah dalam pertandingan, individu dapat menganggap hal ini sebagai hilangnya harga diri bangsa. Mereka merasa dengan kalahnya tim di pertandingan, membuat identitas mereka tercoreng. Hal ini berhubungan dengan 4 konsep utama;

  1. Social Categorization. Dalam permasalahan tersebut, penggemar cenderung mengkategorisasikan diri mereka sebagai anggota kelompok. Dalam hal ini mereka memposisikan diri mereka sebagai anggota dari tim olahraga yang mereka sukai.
  2. Social Identity. Identitas sosial ini berarti bahwa keberhasilan dan kegagalan tim dilihat sebagai keberhasilan dan kegagalan pribadi. Ketika menang, individu merasa bangga dan harga dirinya juga meningkat. Sebaliknya, ketika tim kalah, individu merasa kecewa dan sedih karena identitas sosial mereka tercoreng.
  3. Social Comparison. Dalam hal ini, fans sering membandingkan tim mereka dengan tim lain. Jika tim mereka menang, mereka merasa superior dibandingkan dengan tim lain. Jika kalah, mereka merasa inferior dan hal ini menimbulkan perasaan kecewa dan sedih.
  4. Positive Distinctiveness. Setiap individu berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan harga dirinya dengan melihat tim mereka ‘lebih baik’ daripada tim lain. Namun balik lagi, ketika tim mereka kalah, rasa superior dan identitas sosial yang positif ini tercoreng. Perasaan inilah yang bisa mengarah pada perasaan negatif. Dalam situasi persaingan yang intens, kecenderungan untuk mempertahankan positive distinctiveness ini dapat menyebabkan perselisihan. Fans dapat terlibat dalam perilaku agresif untuk membela kehormatan tim mereka dan mengatasi perasaan inferioritas yang muncul dari kekalahan.

 

Jika disimpulkan dari penjelasan diatas, identitas sosial individu yang telah berkaitan erat dengan tim olahraga favoritnya bisa mempengaruhi perasaan superior dan harga diri mereka. Hal ini bergantung pada kesuksesan atau kegagalan dari tim tersebut. Jika kalah, maka hal ini dicap sebagai kegagalan pribadi yang membuat perasaan superior dan harga diri mereka terancam.

 

 

Referensi

Dixon, T. (2021, March 4). Tajfel and Turner’s Social Identity Theory. IB Psychology. Diakses dari https://www.themantic-education.com/ibpsych/2017/02/16/social-identity-theory/#:~:text=According%20to%20Tajfel%20and%20Turner,musical%2C%20religious%2C%20etc 

Faaizah, N. (2023, September 12). Apa Itu Identitas Sosial? Begini Pengertian dan Contohnya. Detikedu. Diakses dari https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6926672/apa-itu-identitas-sosial-begini-pengertian-dan-contohnya