Kepadatan dan Kesibukan akan aktivitas telah menjadi makan sehari-hari dimasyarakat, baik itu bagi pelajar, mahasiswa, maupun pekerja. Namun sebagai manusia tentunya kita perlu waktu untuk bersantai dan beristirahat. Hal yang sering kita lakukan adalah mengakses media sosial hingga Larut malam, yang kita sering kita jadikan sebagai Pelampiasan berkedok “Me Time”, padahal kita sudah lelah bekerja. Kenapa ya, kita masih terjebak dengan perilaku ini?

Readers tahu nggak, kebiasaan ini dikenal dengan istilah revenge bedtime procrastination. Perilaku yang menggambarkan ketika individu menunda waktu tidurnya untuk mendapatkan me-time setelah menjalankan aktivitas yang melelahkan seharian. Kebanyakan individu memilih mengakses media sosial dibanding membaca, bersantai ataupun meditasi, dikarenakan dapat memberikan kenyamanan dan pelampiasan setelah lelah beraktivitas.

Dari sudut pandang psikologi, kebiasaan ini dikarenakan gagalnya individu mengelola waktu dengan baik. Mereka menjadikan scrolling media sosial sebagai kegiatan rutin sebelum tidur. Kebanyakan individu menyadari tentang dampak buruk kebiasaan ini. Namun, penyajian kontek hiburan, informasi, dan koneksi yang tidak ada batasnya yang dirancang platform-platform media sosial agar membuat penggunanya terlibat selama mungkin hingga kita sulit lepas dari genggaman gawai.

Kemudahan akses konten dengan beberapa click menjadikan kita semakin asyik mencari konten yang sesuai keinginan, baik itu mengecek update status dari teman, menonton video, mencari berita viral, mengunggah foto, dan lainnya. Proses ini yang menciptakan kesenangan dan pleasure tersendiri loh, dan membuat kita ingin kembali lagi dan lagi untuk menghabiskan waktunya di media sosial.

Ada beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi revenge bedtime procrastination ini, yang pertama adalah rasa takut akan ketinggalan (Fear Of Missing Out). Individu khawatir dan takut jika mereka putus koneksi dari media sosial, mereka akan melewatkan update terbaru yang membuat mereka terus menerus memeriksa feeds media sosial mereka sampai larut malam. Kedua, media sosial menjadi tempat “pelarian” dari lelahnya aktivitas yang dilakukan sehari-hari untuk mengembalikan waktu me-time. Ketiga, manajemen waktu yang buruk. Sebagian besar individu mengalami kesulitan dalam mengatur waktu mereka dengan baik, hal ini membuat mereka menunda aktivitas yang mereka inginkan dan mereka lakukan dari pulang bekerja sampai larut malam.

Readers perlu ketahui juga, revenge bedtime procrastination ini memberikan dapat memberikan dampak buruk loh. Beberapa dampak buruk diantaranya; menimbulkan kecemasan, depresi, kesulitan konsentrasi, melemahkan imunitas tubuh, melemahkan kerja memori otak, dan lainnya. Keluar dari revenge bedtime procrastination dengan scrolling media sosial membutuhkan usaha dan kedisiplinan. Individu harus menetapkan rutinitas tidur yang memberikan dampak positif pada aspek fisik, mental, dan emosional. Hal ini bisa dilakukan dengan mendengarkan musik yang calming, meditasi, melakukan journaling atau melakukan teknik mindfulness sebelum tidur. Pembatasan penggunaan media sosial juga harus dilakukan agar tidak sampai larut malam, hal ini bisa dilakukan dengan membuat jadwal tertentu untuk kapan memeriksa media sosial dan kapan menonaktifkan notifikasi. Pada akhirnya, memprioritaskan tidur daripada melakukan revenge bedtime procrastination penting untuk menghindari dampak buruk bagi kesehatan mental individu, hal ini dilakukan dengan melakukan kegiatan yang membuat otak relax dan juga melakukan penjadwalan penggunaan media sosial.

 

 

Referensi:

Cherry, K. (2023, Maret 1). What is revenge bedtime procrastination? VerywellMind. https://www.verywellmind.com/what-is-revenge-bedtime-procrastination-5189591#:~:tex t=Revenge%20bedtime%20procrastination%20refers%20to,time%20for%20during%20t he%20day

Pane, M. D. C. (2023, Oktober 26) Mengenal Revenge Bedtime Procrastination, Fenomena Psikologi tentang Begadang. Alodokter.

https://www.alodokter.com/mengenal-revenge-bedtime-procrastination-fenomena-psikolo gi-tentang-begadang