ABSTRACT
Aula Barat Institut Teknologi Bandung or known as Barakgebouw A of Technische
Hooghe School Bandung in 1920 has a magnificent form which combine
Indonesian heritage vernacular typology of architecture and the Dutch’s
architectural system structure. In many ways, the architect Henry Maclaine Pont
speculated use the inculturation process to accommodate two cultures artefacts
and caused the building has deep meaning, symbols, and culture effects with its
social environment.This research will enhance the semiotics application that occur
from Aula Barat Institut Teknologi Bandung as a manifest produt of inculturation
using a qualitative method with grounded theory and full observation in the analysis
object. In conclusion, this building includes a diachronic aspects to prove the
occurance of architectural hybrid in Aula Barat Institut Teknologi Bandung
Keywords: semiotics, hybrid architecture, inculturation, heritage building

ABSTRAK
Institut Teknologi Aula Barat Bandung atau dikenal sebagai Barakgebouw A dari
Technische Hooghe School Bandung pada tahun 1920 memiliki bentuk yang luar
biasa yang menggabungkan tipologi arsitektur vernakular warisan Indonesia dan
struktur sistem arsitektur Belanda. Dalam banyak hal, arsitek Henry Maclaine Pont
berspekulasi penggunaan proses inkulturasi untuk mengakomodasi dua artefak
budaya dan menyebabkan bangunan memiliki makna yang mendalam, simbol, dan
efek budaya dengan lingkungan sosialnya. Penelitian ini akan meningkatkan
aplikasi semiotika yang terjadi dari Aula Barat teknologi Institut Bandung sebagai
produk nyata inkulturasi menggunakan metode kualitatif dengan grounded theory
dan pengamatan penuh dalam analisis objek. Kesimpulannya, bangunan ini
mencakup aspek elektronik untuk membuktikan terjadinya arsitektur hybrid di Aula
Barat Institut Teknologi Bandung
Kata Kunci: semiotika, arsitektur hybrid, inkulturasi, bangunan cagar budaya