RENAISSANCE SEBAGAI AWAL MODERNISME
RENAISSANCE SEBAGAI AWAL MODERNISME
Ditulis dari berbagai sumber
oleh Mila A Savitri, Dosen Prodi Desain Interior Binus@Bandung
II Renaissance Sebagai Awal Modernisme
Pada masa Renaissance, kesadaran untuk kembali kepada nilai-nilai yang terdahulu pada era Yunani antic membawa gelombang perubahan pada kurikulum di perguruan tinggi. Intinya adalah kelahiran dari ilmu Humaniora. Studi Humanitatis terdiri dari Artes liberals, Trivium dsn Quadrivium. Artes Liberales mempelajari ilmu-ilmu Humaniora. Trivium mempelajari gramatika atau kemampuan berbahasa, berpidato, retorika dan logika yang saat ini berkembang menjadi Ilmu Pengetahuan Sosial. Trivium atau disebut Geisteswissenschaften bertujuan untuk memahami makna. Sedangkan Quadrivium mempelajari matematika, geometri, astronomi dan musik, yang pada saat ini berkembang menjadi Ilmu Pengetahuan Alam. Quadrivium atau disebut juga Naturwissenschaften bertujuan untuk memahami hukum alam.
Mengapa budaya Yunani antic mungkin terjadi? Ternyata hal ini juga mungkin terjadi karena kaum gereja telah mengkoleksi, menerjemahkan serta mengembangkan pemikiran Yunani antik. Hal ini dilakukan melalui aktivitas yang dikembangkan pada biara, sekolah-sekolah Katedral dan perpustakaan, antara lain perpustakaan di Vatikan, Venezia serta kota Florence. Suasana akademis ini melahirkan Akademi Plato Florentin di kota Florence atau Firenze, yang didirikan oleh keluarga De Medihci, tepatnya Cosimo Medichi pada tahun 1470, sehingga gelombang Humanisme telah tumbuh melalui suasana akademis, yang secara tidak sadar sebenarnya juga dibangun oleh pergerakan gerejani.
Gambar 6 Akad
emi Plato di kota Florence atau Firenze
Platonis Academy di Florence merupakan wadah bebas dan sukarela bagi komunitas perwakilan spiritual (uskup, kanon), sekuler, penyair , elukis, arsitek seta pengusaha pada zaman tersebut. Kesamannya aalah mereka sangat tertarik dengan Plato, Neo-Platonisme dan filosofia perennis. Akademi ini dipimpin oleh Ficino. Florence merupakan pusat humanisme, focus pada kekayaan jiwa manusia, tempat mengumpulkan naskah paling berharga dan menjadi simpul bertemunya orang bissa bertemu dengan ulama, dilengkapi dengan studio seni yang dapat mewadahi bakat seni para anggotanya.
Pada era ini pun mulai lahir pemikir-pemikir yang menyampaikan ide-ide dasar modernitas. Contohnya Immanuel Kant di abad 18. Menurut Kant, agama berada di ranah atau wilayah
rasional praktis untuk kehidupan, tidak bisa dibuktikan ada atau tiada. Orang pada masa itu akan berdebat, apakah akan menggunakan :
- Postulat. nilai yang dipakai begitu saja (take for granted). Supaya pengetahuan kita jadi berbentuk mmaka perlu uada wadahnya, walaupun agam tidak bisa dirasionalisir seperti science. Ada hal yang disebut Noumena, yaitu sesuatu yang berada di luar indera. Sementara hal-hal yang dapat kita tangkap melalui indera disebut Fenomena.
- Agama. Agama dianggap sebagai wilayah hidup rasional praktis. Hidup dianggap memerlukan peta, arah yang menunjukkan jalan hidup sesuai dengan masing-masing. Agama pada abad 18 semakin tersisih, dimana sekularisme ssemakin bertumbuh sesuai dengan kebebasan berpikir dan menjauhnya masyarakat dari dogma gereja.
Humanisme menjadi gerakan sosio kultural yang mengarhkan kiblat budaya masyarakat kala itu, yang semula Teosentris (top to down, dogmatis, tunduk dengan ketakuan terhadap kekuatan gereja) menjadi Antroposentris. Dalam nilai-nilai antroposentris, manusialah yang menjadi pusat dan ukuran segalanya. Hal ini menjadi basis dan langgam utama pada seluru keidupan masyarakat modern. Sebelum memasuki masa pertumbuhan awal modernism, kelas masyarakat yag mendominasi tatanan kehidupan di Eropa terdiri dari kelompok:
- Raja dan Paus
- Bangsawan, klerikus atau religious (cardinal, uskup dan pastor)
- Rakyat jelata
Tetapi seiring dengan lahirnya kesadaran segelintir masyarakat untuk melawan hegemoni kekuasaan kaum gereja yang semakin merajalela dan meenrapkan kekerasan yang semakin membabi buta pada warga yang dianggap melawan ketetapan dan kekuasaan gereja, lahirlah kelas menengah.
Kelas ini terdiri dari kaum intelektual (literati/ umanisti), pedagang (kaum borjuis), protestan serta nasionalis. Kaum intelektual muncul dari pemikir-pemikir, yang sebelumnya mendapatkan ketidaktenangan akan ide-ide mereka dan terancam mendapatkan hukuman atau kekerasan dari kaum gereja jika menyampaikan ide-ide atau pemikiran baru. Kaum pedagang muncul dari masyarakat yang oportunis dan memanfaatkan keadaan saat perang, dimana muncujl kebutuhan-kebutuhan pasokan logistic bagi pihak-pihak yang berperang. Kaum protestan muncul karena keinginan untuk membebaskan diri dairi penguasaan gereja. Sedangkan nasionalis merupakan masyarakat yang mssih mengindahkan nilai-nilai nasionalisme tinggi pada bangsanya. Sinergitas pergerakan kelompok menengah inilah yang kemudian menggerakkan modernitas.
Memasuki kehidupan modernitas
Memasuki era modernitas, terbentuklah budaya membaca, yaitu text based knowledge. Literasi verbal diskursif atau bdaya membaca merupakan landasan yang signifikan pada modernitas. Pada era Renaissance dimana ditemukan mesin cetak, maka semakin mendukung tumbuhnya budaya membaca. Pada budaya imaji, yang merupakan kepanjangan budaya lisan berkembang menjadi budaya visual (image based). Budaya membaca terbagi menjadi dua yaitu informatif dan formatif. Informatif memiliki ciri-ciri adanya gudang ide tanpa batas, sumber pengetahuan yang tak pernah habis, rekaman kecerdasan dan kedalaman pemikirian, lukisan komplektitas pengalmaan manusia serta peradaban manusia yang luas dan dinamis. Sedangkan formatif memiliki ciri yaitu mempertajamn kemampuan analitis dan kritis, memperdalam cara pandang/ pemahaman, seta memperluas imajinasi. Selain membaca formatif dapat meningkatkan fungsi otak dan meningkatkan kecerdasan, memperbaiki keterampilan berbahasa dan komunikasi, meningkatkan konsentrasi dan fokus, memperkuat daya ingat, membantu membentuk pikiran dan sikap pribadi serta menumbuhkan empati atas kemanusiaan universal contohnya pada sastra.
Menurut Picasso, “art is a lie, that enables us to realize the truth”, membaca melalui visual dan diinterpretasikan menjadianalisis. Pada budaya tulisan seperti novel, merupakan gambaran atau lukisan kompleksitas pengalaman manusia. Pada etos kerja iptek modern terdapat beberapa ciri-ciri antara lain: berkomitmen terhadap kebenaran yang luas, keberanian untuk mempertanyakankembali keykinan-keyakinan dasar dan memasuki misteri realitas lebih dalam, berkebebasan untuk mebeliti dan. Bereksperiman, berusaha mengurangi segala bentuk penderitaan, menjunjung kesetaraan dalam perbedaan seta bertanggung jawab atas apapun yang dilakukan.
Selain mesin cetak, sistem peralatan yang ditemukan apda era modern adalah teleskop, kertas, tinta, percetakan, kompas (Kompas marinis yang dapat mengandakan area yang dikenal dlam lobe) serta bubuk mesiu, yang dibawa dari China.
Beberapa pemikir yang muncul pada era modern dalam bidang filsafat antara lain :
- Descartes yng menemukan Rasionalisme.
- Locke/ Hobbes/ Berkely / Hume yang menemukan Empirisme
- Francis Bacon; Isaac Newton dan Imannuel Kant yang menemukan Rasionalisme Kritis.
- August Comte/ Darwin/Sigmund Freud/ Karl Marx yang menemukan Positivisme.
REFERENSI
- Willis Mason West, 2018, A History of Europe, Forum Publisher, ISBN 978-602-51960-3-4 Sumber Online
- https://id.thpanorama.com/articles/cultura-general/filippo-brunelleschi-biografa-aportes-y- obras.html (diakses 19 Oktober 2022)
- https://id.atomiyme.com/platonis-academy-di-florence-dan-pemimpin-ideologis/ (diakses 18 Oktober 2022)
[4 https://www.zenius.net/blog/zaman-renaissance-renaisans (diakses 18 Oktober 2022)
[5] https://internasional.kompas.com/read/2021/10/07/123018270/sejarah-renaissance-faktor- kemunculan-dan-perkembangannya?page=all/ (diakses 18 Oktober 2022)
Comments :