Mungkin banyak diantara kita yang belum mengetahui apa itu masaro. Masaro, atau manajemen sampah zero, merupakan suatu sistem teknologi pengelolaan sampah yang menghasilkan zero waste. Masaro mampu memberikan solusi penanganan sampah yang asalnya merupakan beban (cost center), menjadi modal yang bernilai (profit center). 

Teknologi masaro dirintis oleh Ir. Akhmad Zainal Abidin, M. Sc., Ph.D sejak tahun 2010. Penelitian masaro berkembang terus hingga akhirnya teknologi ini mampu diterapkan di beberapa kawasan, di Indonesia. 

Secara teknis, teknologi masaro membagi sampah dari masyarakat menjadi dua, sampah membusuk dan tidak membusuk. Sebelum fase ini, sampah yang berasal dari masyarakat tersebut telah dipilih dan dipilah oleh para pemulung, sehingga keberadaan teknologi ini tidak melenyapkan mata pencaharian mereka. 

 

Produk Pengolahan Sampah Mudah Membusuk 

POCI (Pupuk Organik Cair) merupakan hasil pengolahan sampah mudah membusuk. Pengolahan ini diproses dengan menggunakan bantuan katalis masaro hasil penelitian. Beberapa keberhasilan POCI Masaro dalam meningkatkan produksi Pertanian: 

  • Pertanian Padi Oleh petani Tinumpuk 
  • Pertanian Jagung oleh Unpad 
  • Kebun Kopi Oleh Petani Bandung 

KOCI Masaro merupakan produk hasil pengolahan sampah mudah membusuk yang diperuntukan untuk peternakan dan perikanan. Selain itu masaro juga menghasilkan biokomposter, yang akan berguna dalam pembuatan kompos. 

Produk Pengolahan Sampah Sulit Membusuk 

Kompos masaro tebagi menjadi dua produk yaitu kompos padat dan kompos cair. Pembuatan kompos masaro menggunakan bantuan biokomposter masaro.  

 

Produk Pengolahan Sampah Tidak Membusuk 

Biopestisida merupakan produk hasil pengolahan sampah tidak membusuk. Pestisida ini diproses dari hasil cairan scrubber asap pembakaran pada instalasi pengolahan sampah tidak membusuk. 

Hasil dari produk-produk masaro tersebut digunakan untuk keperluan agrikultur: pertanian, peternakan, dan perikanan. Setelah dilakukan penelitian, ternyata hasil dari pertanian yang menggunakan pupuk masaro sangat memuaskan. Hasil tani tersebut, yang berupa padi, jagung, kopi 

 

dan kangkung di Jawa Barat sangat berkualitas. Selain itu ada juga yang digunakan untuk memproduksi pakan ternak ayam, yang rupanya dibutuhkan oleh banyak konsumen peternakan.  

Penggunaan Koci juga diaplikasikan pada peternakan sapi di beberapa wilayah. Sektor perikanan diaplikasikan melalui penggunaan koci pada perikanan lele dan nila di Gorontalo.  

Selain untuk pupuk, produk masaro juga mampu menaikkan pH tanah. Lahan gambut yang ber-pH rendah bisa ditingkatkan menjadi tanah yang gembur. Tentu hal ini sangat dibutuhkan di pelbagai belahan dunia.  

 

Pada tahun 2023 ini, kota Dumai berencana akan  

menjadikan masaro sebagai percontohan penanganan sampah di TPA kota. Semua sampah yang berasal dari kota akan diproses pemilahan dan pemilihan oleh para pemulung, lalu sisanya akan diolah oleh mesin masaro. Diharapkan akhirnya tidak akan ada sampah menumpuk, alias tidak diperlukan lagi adanya area TPA. Jika berhasil, bisa jadi teknologi ini akan diterapkan di semua kota, di Indonesia. Maka tidak akan ada lagi polusi udara, tanah dan air di negri ini.