Dalam konteks pelestarian alam dan lingkungan hidup, konservasi fenomena geologi yang unik, langka, dan bernilai tinggi sangatlah penting untuk pengembangan wisata alam. Potensi geowisata di Indonesia, khususnya Bandung, sangat kaya akan aneka ragam karakter objek sehingga pengembangan sektor geowisata layak diperhatikan sebagai sarana konservasi alam dan lingkungan hidup yang efektif. Hal ini dapat pula mendukung pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat secara berkesinambungan.  

Cekungan Bandung, secara geologis merupakan salah satu sumber daya yang dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata, yang memiliki kekayaan sejarah alam luar biasa. Mulai dari sejarah Danau Bandung yang menginspirasi legenda Sangkuriang, manusia Gua Pawon, peninggalan-peninggalan prasejarah perbukitan Bandung Utara, pencarian tempat bobolnya Danau Bandung, situs candi, dan lain sebagainya.  

Mengamati rona alam pada zaman sekarang, kita dapat menemukan gejala yang sama pada masa lalu. Seperti kata bapak geologi modern James Hutton: “The present is the key to the past.” Masa kini merupakan kunci ke masa lalu. Melalui cara pandang tersebut, dapat disimpulkan juga bahwa masa kini pun merupakan kunci ke masa depan. Hal ini menjadi alasan betapa pentingnya pengenalan terhadap rona alam, khususnya geologi, kepada masyarakat, terlebih generasi muda, dengan cara yang menarik. Melalui geowisata kita bisa lebih mengenal bumi yang kita pijak sehingga diharapkan dapat mendukung pelestarian alam demi keberlangsungan hidup manusia. 

Dapat dibayangkan saat kita berjalan-jalan melihat cosplay aneka hantu di seputaran Gedung Asia Afrika atau berwisata kuliner sepanjang Jalan Braga, kemudian diprojeksikan kembali ke 20.000 tahun yang lalu, maka kita sedang berjalan-jalan di dasar danau dengan kedalaman 10 – 15 meter. Atau ketika kita sedang memandang jalan tol Purbaleunyi dari kawasan Gua Pawon, maka 20.000 hingga 5.000 tahun yang lalu kita ditemani oleh para manusia prasejarah yang mengintai binatang buruan di lembah Cibukur. Dan masih banyak lagi cerita sejarah cekungan Bandung, di mana kita bisa napak tilas melalui jalur-jalur geotrek sambil membayangkan seperti apa lokasi tersebut di masa lalu. Juga, seperti apakah kira-kira di masa depan.  

 

Gunung Putri 

Gunung Putri adalah salah satu pegunungan yang terletak di kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Gunung ini berlokasi di perbatasan Desa Jayagiri dan Desa Cikole yang lokasinya tidak jauh dari Gunung Tangkubanparahu. Hanya membutuhkan waktu pendakian sekitar 30 menit saja dengan trek berbentuk tangga, kita sudah sampai di pucuk Gunung Putri. Pemandangan sesar (patahan) Lembang nan eksotis dan view pepohonan hijau yang sejuk akan didapat saat sudah berada di lereng Timur.  

Sesar Lembang memanjang dari Gunung Palasari di Timur hingga Cisarua di Barat sekitar 22 km. Terdapat pergeseran sejauh 450 m sehingga terbentuk lereng curam dari arah Kampung Batuloceng ke Maribaya, namun kemudian mengecil di daerah Cisarua. Sesar ini terbentuk akibat letusan Gunung Sunda yang diduga terjadi sekitar 100.000 – 55.000 tahun lampau.  

Gunung Putri merupakan gunung api parasiter dari Gunung Tangkubanparahu, yakni gunung api yang terjadi akibat penyimpangan saluran magma ke arah samping pipa utama.  

Sumber: Gunung Putri, Lembang. (2023, May 18). In Wikipedia. https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Putri,_Lembang 

 

Pada saat ini Gunung Putri merupakan camping ground untuk para pendaki pemula dan sarana panjat tebing. Suasana hutan pinus dan udara dingin di ketinggian 1587 mdpl akan menemani para pendaki selama berkemah. Jika berkemah pada sisi lereng yang menghadap ke kota, kita bisa memandang city light pada malam hari dengan aneka warna-warni cahaya kota. Apabila cuaca mendukung, para pendaki pun bisa menikmati sunrise indah nuansa pegunungan tanpa harus pergi terlalu jauh dari Kota Bandung. Fasilitas yang ada di puncak Gunung Putri cukup memadai dengan adanya MCK di area perkemahan. 

 

Gunung Batu 

Gunung Batu terletak di daerah Langensari, Lembang. Gunung ini merupakan bukit berbentuk dinding/tembok alam yang terdiri dari batu-batu raksasa. Gunung Batu ini merupakan taman nasional di Lembang dengan ketinggian sekitar 1228 mdpl.  

Sebagian puncak gunung didominasi oleh bebatuan sehingga tidak ada pohon yang dapat hidup di atasnya (kecuali lumut atau ilalang). Gunung ini merupakan lava andesit berumur 510.000 tahun yang terbentuk akibat bergesernya patahan kerak bumi di Lembang yang konon masih aktif. 

Sumber: Gunung Batu Lembang. (2023, May 1). In Wikipedia. https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Batu_Lembang 

Gunung Batu pada saat ini sering juga dijadikan tempat untuk camping. Salah satunya karena pemandangan sunrise yang tak kalah menakjubkan dari sini. Selain itu, juga dijadikan sarana petualangan panjat tebing.  

Bila memandang ke arah Selatan, kita dapat melihat bentang alam Cekungan Bandung yang terhampar dari Timur ke Barat. Gunung-gunung api tampak berderet samar di bagian belakang. Gunung Cikurai dengan kerucut khasnya, Gunung Papandayan dengan kepulan asapnya. Kemudian di latar depan deretan gunung tersebut berjajarlah Gunung Mandalawangi dan Gunung Malabar.  

Jika kita memandang jauh ke arah Barat pada cuaca cerah, tampak samar kerucut Gunung Patuha yang mencuat. Sedangkan pada bagian Utara, kita dapat memandang dari dekat Gunung Burangrang dan Gunung Tangkubanparahu, lengkap dengan gunung parasiternya, yaitu Gunung Putri. 

Kedua gunung ini, Gunung Putri dan Gunung Batu, merupakan area yang sebenarnya tidak asing terutama bagi warga Bandung karena jarak tempuhnya yang pendek dari kota. Dengan bergeowisata ke gunung-gunung tersebut,  diharapkan selain mendapatkan nuansa ketenangan khas pegunungan, juga memperoleh pengalaman mengkaji alam dari sisi geologi.  

 

Daftar Pustaka: 

Kusumawardhani, S., Brahmantyo, B., Damajani, D., & Bachtiar, T. (2006). Geowisata – Sejarah Bumi Bandung. Bandung: Badan Geologi. 

 

https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Putri,_Lembang 

https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Batu_Lembang