Foto: Latihan thumbnail sketch. Sumber: Sarah Carissa.  

Bukanlah hal yang asing terutama bagi mahasiswa desain (desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, fashion, dll.) seringkali menemui kesulitan dalam menstimulus ide rancangan. Fase awal ini di satu sisi terdengar paling mengasyikkan karena mengandung spirit kebebasan dalam berfikir. Namun secara ironis malah menjadi yang paling berat karena mengandung pertanggungjawaban validitas dan relevansi gagasan terhadap suatu persoalan. Tidak sedikit mahasiswa yang akhirnya menyerahkan fase menggagas ini pada metode pendekatan referensial yang beresiko mengabaikan nilai-nilai orisinalitas dan cenderung pada praktik plagiarisme desain. 

Di awal-awal masa perkuliahan, mayoritas kampus desain di Indonesia melakukan pendekatan yang sama yaitu pengenalan terhadap pendidikan seni yang mana isi kegiatannya dititikberatkan pada aktifitas atau perbuatan kreatif dan bukan sekedar teori kreatif. Karena bagi seorang desainer, nilai kreatif, pemikiran kreatif baru bisa dihasilkan jika diawali dari perbuatan kreatif.  Salah satu media yang dipakai untuk kegiatan tersebut ialah menggambar. 

Menggambar pada tahap pembelajaran awal pendidikan desain memiliki goal untuk melatih sinergitas dan komunikasi internal setiap individu yakni antara dimensi imajinasi dan indera, yang manifestasinya terwujud dalam wujud gambar. Melatih kebiasaan menggambar tidak sekedar untuk mengajarkan sisi teknik dan skill menggambar dengan baik saja melainkan membiasakan mahasiswa untuk cepat tanggap terhadap terhadap semua reaksi yang terjadi di kepalanya (alam gagas) sehingga tidak sekedar berhenti di fikiran melainkan diwujudkan (dimanifestasikan). Metode ini, menjadi ciri utama dari seorang desainer sejati dan diterapkan dalam realita di dunia industri. 

Pada level profesional, dikenal istilah thumbnail sketch yang digunakan untuk menyebut dokumen desain berisi kumpulan gambar yang secara general menginformasikan suatu gagasan rancang. Pada thumbnail sketch audiens bisa melihat keterangan teknis dan mekanisme suatu rancangan, tampilan dan posibilitas visual lainnya hingga cara pengoperasian atau interaksi antara pengguna dan objek / ruang gunanya. Semua informasi tersebut dikumpulkan dalam satu dokumen atau bahkan halaman.  

Dari segi tampilan visualnya, penggambaran thumbnail sketch terlihat bebas dan ekspresif namun tetap sistematis dan informatif. Hal ini mengandung pengertian bahwa coretan-coretan pada thumbnail sketch ialah gagasan orisinil dari si kreator / desainer. Thumbnail sketch merupakan salah satu implementasi esensi dari pelajaran menggambar yang mahasiswa desain alami di masa awal berkuliah desain. Namun sangat disayangkan, di masa modern dan serba software ini, banyak mahasiswa meninggalkan proses ini karena salah kaprah dan melihat desain dari sisi output akhirnya saja dan bukan proses. 

Alasan tidak membuat thumbnail sketch biasanya karena merasa tidak mahir menggambar, tidak tahu apa yang harus digambar, atau secara pragmatis tidak ingin melalui proses eksplorasi gagas dan langsung fokus pada keputusan-keputusan permukaan seperti tampilan dan bahan saja. Yang lebih parahnya lagi ialah gagasan tersebut dihasilkan dari referensi yang dilihat di internet dan sosial media. Selamat tinggal gagasan orisinil! 

Yang seringkali disalah-artikan mahasiswa ialah, bahwa rancangan dalam format digital (software) berasal dari rancangan dalam format gambaran tangan atau gambaran 3 dimensi suatu purwarupa dan bukan terbalik (modeling digital dulu, baru digambar ulang dengan tangan). Kemahiran menggunakan software modeling 3 dimensi justru bergantung pada kemahiran menggambar secara manual. Sangat memprihatinkan melihat banyaknya mahasiswa desain yang sampai masa akhir perkuliahannya masih menitikberatkan pada kemampuan software digitalnya saja. 

Melalui tulisan ringan ini, saya mengajak rekan-rekan pengajar dan pelajar desain untuk mulai ‘melek’ dan melihat ilmu desain betul-betul secara komprehensif agar tidak menyempitkan spektrum wacana desain yang mengakibatkan ‘design chaos’ di masyarakat. Salah satunya dimulai dengan kembali membangkitkan kesadaran dan kebiasaan menggambarkan gagas melalui metode thumbnail sketch ini. Banyak faedah dan manfaatnya terutama bagi para calon perancang yaitu membiasakan mengkaji gagasan melalui penelusuran pemikiran dengan penggambaran. Kemudian menumbuhkan mental bertindak kritis tidak sekedar berfikir kritis, dimana hal tersebut membutuhkan mental yang berani, percaya diri, inisiatif, dan bertanggungjawab, sikap dan mentalitas yang sangat harus dimiliki oleh orang-orang yang menyandang tugas problem solver. 

Untuk itu, dikhusukan bagi para pengajar desain agar semakin mengasah pemahaman ilmu desainnya melalui praktik desain terus menerus dan turun ke persoalan di masyarakat. Act like a real designer, not looked like one. Agar tidak memberikan arahan-arahan yang miss context kepada mahasiswa sehingga malah menyangsikan keilmuan desain sendiri. Salah satunya menciptakan dogma bahwa desain adalah beautifikasi semata dan mengesampingkan esensinya yaitu relasi antara pengguna dan objek / ruang rancangnya.