Pengembangan Ekosistem Inovasi Nasional Indonesia Masih Belum Optimal
Indonesia menghadapi tantangan besar dalam membangun ekosistem inovasi yang mendukung, termasuk dalam hal regulasi, tata kelola, alokasi sumber daya, dan pengaturan kelembagaan. Ketua Aliansi Kebangsaan, Pontjo Sutowo, menyoroti bahwa rendahnya penguasaan sains dan teknologi menjadi hambatan utama dalam transisi Indonesia dari ekonomi berbasis ekstraktif menuju ekonomi berbasis pengetahuan.
Dalam diskusi kelompok terarah (FGD) pada Jumat, 28 Juni 2024, Pontjo menyampaikan bahwa Indonesia berada di peringkat 61 dari 132 negara dalam Indeks Inovasi Global 2023 yang dikeluarkan oleh World Intellectual Property Organization (WIPO). Posisi ini membuat Indonesia kesulitan mencapai kemandirian ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan daya saing global. Menurutnya, peningkatan kapasitas sains dan teknologi sangat penting untuk mewujudkan transformasi ekonomi Indonesia.
Pontjo juga menambahkan bahwa negara-negara yang berhasil mengimplementasikan ekonomi berbasis sains dan teknologi, seperti beberapa negara Eropa dan Asia (Cina, Jepang, Korea Selatan, Taiwan), lebih sukses dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dibandingkan negara yang bergantung pada sumber daya alam.
Oleh karena itu, Indonesia perlu mempercepat pembangunan ekosistem inovasi nasional yang mendukung penguasaan sains dan teknologi untuk mewujudkan transformasi ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, visi Indonesia untuk beralih dari ekonomi ekstraktif ke ekonomi berbasis pengetahuan dapat tercapai.
Reference:
Comments :