Apakah AI Bisa Menjadi Pengganti Pemimpin Perusahaan?

shared by: Akhila Fathi Abdillah Luqman (2802531694) LinkedIn: https://www.linkedin.com/in/akhila-fathi-a-l-7a2b39287/
| Perkembangan kecerdasan buatan (AI) yang cepat telah berdampak besar pada banyak industri. AI menawarkan kecepatan, efisiensi, dan akurasi yang tinggi dalam hal otomasi proses produksi, analisis data, dan pelayanan pelanggan. Meskipun demikian, muncul pertanyaan penting: apakah AI juga mampu menggantikan posisi pemimpin perusahaan?
Mengambil keputusan bukanlah satu-satunya tanggung jawab seorang pemimpin atau leader. Mereka juga harus mendorong orang lain, memberi inspirasi, dan mempertahankan prinsip organisasi. Berempati, memahami situasi emosional tim, membangun kepercayaan, dan membuat tujuan yang menginspirasi adalah semua bagian dari leadership. Dalam artikel “Artificial Intelligence in Business: Challenges and Opportunities” (Al-Azzam, 2022), dijelaskan bahwa AI masih terbatas pada emosi dan empati, meskipun dapat menganalisis data besar dan memberikan rekomendasi berbasis logika. AI sangat baik dalam menangani tugas-tugas berbasis data dan algoritma, tetapi kepemimpinan juga memerlukan kecerdasan emosional—atau kecerdasan emosional—kepekaan terhadap dinamika antarindividu, dan kemampuan membaca situasi sosial. Sistem kecerdasan buatan tidak dapat mereplikasi hal-hal ini karena mereka tidak memiliki pengalaman sosial manusia dan bergantung pada pola data masa lalu. Dalam studi yang sama, Al-Azzam (2022) mengatakan bahwa AI harus berfungsi sebagai alat bantu (sistem pendukung keputusan), bukan sebagai pengambil keputusan penuh atau pengganti kepemimpinan manusia. AI dapat membantu pemimpin membuat keputusan yang lebih cerdas dengan menganalisis data pasar, tren konsumen, dan risiko operasional dalam waktu singkat. Namun, pemahaman konteks, nilai, dan intuisi adalah hal-hal yang hanya dapat dilakukan oleh manusia untuk membuat keputusan akhir. Kepemimpinan juga berarti memotivasi orang lain, mengatasi perselisihan, dan mendorong inovasi dalam interaksi manusiawi. AI tidak dapat meniru secara akurat cara orang berbicara, yang biasanya sangat penting untuk kepemimpinan yang sukses di lingkungan organisasi yang kompleks. Ada banyak masalah etika jika AI diberi otoritas penuh sebagai “pemimpin”. Bagaimana jika keputusan AI membahayakan karyawan? Dengan demikian, siapa yang bertanggung jawab atas keputusan tersebut? Al-Azzam (2022) menyatakan bahwa kepercayaan pada kecerdasan buatan masih menjadi masalah besar. Ini terutama berlaku untuk pengambilan keputusan strategis yang melibatkan manusia. Jika AI sepenuhnya menggantikan peran kepemimpinan, transparansi, akuntabilitas, dan keadilan akan menjadi elemen penting yang sulit dijaga. Kesimpulan: AI telah mengubah dunia bisnis, tetapi tidak bisa sepenuhnya menggantikan seorang pemimpin perusahaan. AI lebih baik diposisikan sebagai partner strategis yang membantu seorang pemimpin, bukan sebagai pengganti penuh. Pengetahuan, intuisi, empati, dan komunikasi interpersonal adalah aspek kepemimpinan yang tidak dapat ditiru oleh AI. Perusahaan yang sukses di masa depan tidak akan sepenuhnya bergantung pada AI, tetapi akan mampu mengintegrasikan kecerdasan buatan untuk membantu kepemimpinan manusia dalam mencapai tujuan bersama. |
| This tip adapted from Artificial Intelligence and its Impact on Leaders and Leadership by Al-Azzam |
Sumber:
Al-Azzam, Z. (2022). (https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877050922003106) . Retrieved on 3rd May 2025
Image Source: https://www.forbes.com/sites/sherzododilov/2024/07/14/ai-leadership-why-ai-is-every-leaders-responsibility/
Comments :