Selamat datang di dunia Social Commerce yang dinamis, tempat konsumen menjelajahi produk dan menyelesaikan transaksi melalui media sosial dan platform pembuatan konten, semuanya dalam satu aplikasi. Acara belanja langsung selama dua jam di TikTok menghasilkan penjualan lebih dari seminggu di toko utama. Streaming langsung Instagram yang interaktif dan dapat dibeli mengumpulkan 40.000 komentar. Lensa augmented-reality (AR) memungkinkan pengguna Snapchat “mencoba” riasan dan mengirimkan gambarnya ke teman.

     Social Commerce lebih dari sekedar pengalaman berbelanja baru. Hal ini mewakili perubahan paradigma dalam cara konsumen berinteraksi dengan merek: di mana, kapan, dan bagaimana mereka berbelanja. Bagi merek konsumen, hal ini menciptakan peluang untuk perjalanan yang jauh lebih interaktif, menghibur, dan penuh pengalaman (lihat sidebar, “Temukan NeXT Commerce”). Misalnya, merek-merek terkemuka bekerja sama dengan platform seperti TikTok untuk menjalin hubungan baru dengan konsumen, beralih dari strategi periklanan tradisional ke konten yang menyenangkan dan menarik serta tidak terlalu bersifat promosi. Konten ini dapat digunakan untuk menyoroti fitur produk yang unik atau menjelaskan kompleksitas produk secara sederhana. Misalnya, daripada menonton iklan formula perawatan kulit baru, selebriti favorit Anda dapat mengundang Anda di balik layar ke dalam rutinitas perawatan kulit harian mereka, menunjukkan kepada Anda bagaimana mereka menggunakan produk bermerek dan mengapa mereka menyukainya. Konsumen kemudian dapat membeli produk tersebut langsung di dalam platform, baik itu di Instagram atau TikTok atau melalui YouTube Shopping.

Selama beberapa tahun terakhir, platform sosial dan kreator Amerika telah meluncurkan sejumlah besar kemampuan Social Commerce:

  1. Pinterest. Diluncurkan pada tahun 2021, fitur “Daftar Belanja” Pinterest secara otomatis menyimpan pin produk pengguna yang dapat dibeli (diluncurkan pada tahun 2019 dan diunggah dari pengecer terverifikasi), menampilkan ulasan produk, dan memberi tahu pengguna ketika produk yang dipasangi pin mengalami pengurangan harga.
  2. Belanja Langsung Instagram. Diluncurkan pada tahun 2020, influencer dapat melakukan live streaming di Instagram dengan tujuan memperkenalkan dan menjual produk kepada penggemar secara real time. Hal ini didasarkan pada kemampuan influencer untuk menambahkan tag belanja ke postingan mereka yang dapat digunakan konsumen untuk membeli produk. Merek juga dapat membuat katalog produk mereka secara digital dan dapat dibagikan di Instagram, dengan pelanggan membeli langsung di aplikasi atau mengklik untuk menyelesaikan transaksi di situs e-commerce merek tersebut.
  3. Belanja TikTok. Diluncurkan tahun lalu dalam kemitraan dengan Shopify, video dan streaming langsung ini memungkinkan pedagang Shopify menyinkronkan katalog produk mereka ke TikTok dan membuat etalase mini.
  4. Belanja YouTube. Dalam kesepakatan antara YouTube dan Shopify, perusahaan dapat menjual di YouTube melalui streaming langsung, video, atau etalase.
  5. Toko Twitter. Toko memungkinkan perusahaan memamerkan hingga 50 produk di profil Twitter mereka, menjadikan platform ini sebagai tempat orang membeli produk, bukan sekadar membicarakannya.
  6. Amazon Langsung. Diluncurkan pada tahun 2019, fitur streaming langsung ini memungkinkan merek dan pembuat konten melakukan streaming demo produk dan konten inovatif lainnya. Menurut Amazon, puluhan juta pelanggan menonton siaran langsung Prime Day 2021.18
  7. Snapchat. Snapchat telah memperkenalkan filter AR, atau “lensa belanja yang didukung katalog”, untuk menjadikan proses pembelian lebih pengalaman.

     Social Commerce diperkirakan akan menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, dengan penjualan  diperkirakan mencapai USD$8,1 triliun pada tahun 2026, dan penjualan dari perdagangan media sosial diproyeksikan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2025, mencapai $1,2 triliun. Hasilnya, bisnis yang memanfaatkan peluang yang diberikan oleh Social Commerce pada tahun 2024 dapat memperluas jangkauan mereka, meningkatkan eksposur, dan mendorong penjualan, yang pada akhirnya mengarah pada pendekatan yang lebih inovatif dan praktis untuk meningkatkan penjualan dan keterlibatan pelanggan di sektor bisnis kreatif.

Sumber: McKinsey & Company