By: Natasha Roderica, Divana Natasha, Kenly Ariesia

Mi merupakan salah satu makanan pokok yang merajalela hampir ke seluruh dunia. Eksistensinya selama ribuan tahun membuat makanan mi mengalami perubahan di seluruh dunia. JIka dahulu memerlukan proses yang panjang untuk memakan mi, sekarang telah tersedia mi instan yang hanya butuh waktu kurang dari 5 menit untuk siap dihidangkan. Indomie, produk mi instan di bawah naungan PT. Indofood dari Indonesia yang kini telah mendunia. Menghadirkan cita rasa unik dengan berbagai variasi yang dapat membuat siapa saja menyukainya ketika pertama kali mencobanya.

Indomie kini telah dipasarkan ke lebih dari 80 negara di dunia dengan valuasi lebih dari $440 juta di tahun 2020. Tentu hal ini merupakan suatu pencapaian yang luar biasa, mengingat yang dipasarkan hanya produk mi instan saja. Namun, apa sebenarnya yang menjadi kunci kesuksesan PT. Indofood dalam memasarkan dan menjual produk Indomie hingga ke luar negeri?

 

  1. Tagline dan Jingle

Produk Indomie memiliki sebuah tagline (kalimat singkat dan mudah diingat) yang sangat menempel di telinga orang Indonesia yaitu “Indomie Seleraku”. Dua kata yang sangat singkat namun dapat mempengaruhi loyalitas konsumen. Terlihat sepele, namun tagline inilah yang membuat masyarakat Indonesia terus mengingat produk Indomie. Selain itu, Indomie juga memiliki sebuah jingle atau lagu khas yang mudah menempel di ingatan.

 

2. Inovasi Rasa (jenis produk)

Bukan rahasia umum lagi jika PT. Indofood terus melakukan inovasi rasa terhadap produk Indomie. PT. Indofood terus mencoba varian-varian rasa baru, bahkan hingga rasa yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Mulai dari cita rasa khas Indonesia, hingga merambah ke rasa-rasa mancanegara seperti Mi Goreng Rasa Bulgogi ala Korea, Mi Kuah Rasa Tom Yum ala Thailand, dan Mi Kuah Rasa Laksa ala Singapura. Selain itu terdapat juga varian rasa yang kontroversial, seperti Indomie Rasa Chitato, Indomie Rasa Ayam Geprek, hingga Indomie Rasa Seblak Hot Jeletot.

 

Dengan adanya beragam inovasi rasa dibawah satu merek yang sama, membuat konsumen akan lebih berpikir untuk “Ingin memilih Indomie rasa yang mana ya?” daripada “Ingin memilih mi instan merek apa ya?”. Selain itu, dengan memberikan banyak produk kepada konsumen, PT. Indofood memberikan Goldilocks Effect atau kebebasan konsumen dalam menentukan produk yang benar-benar sesuai dengan keinginannya.

 

3. Penyesuaian Budaya

Dalam menyebarkan produknya ke luar negeri, tentu ada beberapa perubahan yang harus dilakukan oleh PT. Indofood untuk mengikuti gaya hidup masyarakat atau regulasi negara yang dituju. Seperti yang terjadi pada tahun 2010, dimana pihak berwenang Taiwan mengumumkan bahwa terdapat dua bahan pengawet terlarang (di negara tersebut) yang ada di kandungan Indomie, sehingga dilakukan penarikan seluruh produk mi instan Indomie dari Taiwan. Menanggapi hal tersebut, PT. Indofood memberikan pernyataan bahwa terjadi kesalahan dalam distribusi Indomie ke mancanegara.

 

“Kami yakin kalau yang diberitakan media di Taiwan itu adalah produk mi instan dari Indofood, yang sebenarnya bukan untuk dipasarkan di Taiwan,” demikian pernyataan Indofood dalam situs resminya, Senin (11/10/2010).

 

Menurut PT. Indofood, Indomie yang dijual di berbagai negara selalu mematuhi regulasi kesehatan pemerintahan setempat.

4. Kolaborasi untuk terus relevan

Dalam mempertahankan eksistensinya,  PT. Indofood gencar memadukan produk Indomie dengan produk-produk dari brand lain. Kolaborasi tersebut PT. Indofood aplikasikan ke berbagai bidang, mulai dari bidang makanan (Chitato) sampai dengan bidang fashion (Nike).  Strategi ini tentunya diadaptasi oleh PT. Indofood untuk mendapatkan pasar yang lebih luas.

 

5. Pendekatan dengan konsumen

Selain menciptakan inovasi rasa baru, PT. Indofood juga giat melakukan pendekatan kepada konsumen dengan cara selalu terbuka dengan keluhan dan masalah yang ditujukan kepada produk Indomie tersebut. Sebelumnya, banyak dari antara konsumen yang  merasa bahwa porsi satu bungkus Indomie tidak cukup mengenyangkan, namun mengkonsumsi dua bungkus Indomie terlalu mengenyangkan bagi para konsumen. Menanggapi hal tersebut, PT. Indofood akhirnya memproduksi varian Indomie Jumbo.

 

Lalu apakah strategi-strategi pemasaran tersebut dapat diaplikasikan untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, tentu saja perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa perusahaan perseroan terbatas (PT. Indofood) dan UMKM memiliki perbedaan yang cukup signifikan, khususnya di bidang permodalan, tanggung jawab, dan lain sebagainya. Namun, nyatanya secara umum ada beberapa kesamaan dari strategi pemasaran antara perusahaan perseroan terbatas (PT. Indofood) dan juga UMKM.

Pertama, bisa ditelaah dari strategi pertama yang dilakukan oleh PT. Indofood, yakni tagline atau jingle. Tagline sendiri merupakan identitas dari produk atau jasa yang biasanya disematkan untuk menarik perhatian dari para konsumen. Sebagai UMKM, tentu saja diperlukan sesuatu hal yang bisa membuat konsumen ingat dengan produk atau jasa yang ditawarkan. Salah satu hal yang paling mudah untuk dirancang dan disematkan oleh UMKM kepada brand adalah tagline. Dengan membangun tagline dengan tipe spesifik (menonjolkan keunikan dari produk atau jasa), maka secara langsung konsumen dapat menangkap keunikan atau keistimewaan dari produk atau jasa UMKM yang bersangkutan dibandingkan dengan UMKM lain. Maka dari itu, strategi pemasaran menggunakan tagline adalah “senjata” yang cocok dan menguntungkan bagi UMKM untuk meningkatkan brand awareness dari UMKM itu sendiri.

Bagian kedua dari strategi pemasaran P.T Indofood adalah menciptakan inovasi dari jenis produk atau jasa. Sama seperti strategi sebelumnya, inovasi jenis produk merupakan salah satu strategi jitu untuk menarik atensi dari konsumen. Ibaratnya, inovasi adalah “penyegaran” bagi usaha bisnis yang dilakoni. Dengan adanya jenis baru dari produk atau jasa, maka bukan tidak mungkin bahwa usaha tersebut bisa memenuhi kebutuhan konsumen. Lebih jauh lagi, bisa menciptakan pasar baru di komunitas. Bila UMKM mengaplikasikan strategi pemasaran yang satu ini, maka tentunya akan menjadi salah satu strategi yang sangat baik. Namun, dibalik itu semua, tentunya inovasi yang dilakukan harus disertai dengan pasar dan target yang tepat sehingga inovasi yang dilakukan tidak menjadi “bumerang” bagi usaha itu sendiri. Maka dari itu, strategi pemasaran dengan menciptakan inovasi jenis produk baru merupakan strategi yang menguntungkan dan cukup cocok untuk diterapkan oleh UMKM apabila dieksekusi dengan baik.

Strategi ketiga adalah penyesuaian budaya. Strategi yang satu ini akan bekerja dengan sangat baik bila para pelaku bisnis memahami regulasi dan kebudayaan dari target sasaran produk atau jasa tersebut. Dari contoh yang sudah dipaparkan sebelumnya, P.T Indofood melakukan penyesuaian budaya dikarenakan tujuan pemasaran mereka adalah mancanegara. Untuk UMKM sendiri rasanya sulit untuk melakukan perluasan pasar produk atau jasa ke mancanegara. Maka dari itu, penyesuaian budaya yang bisa dilakukan hanya pada produk atau jasa itu sendiri. Misalnya, ada sebuah UMKM di bidang kuliner yang mengadopsi kuliner khas dari Korea, yang mana bahan utamanya adalah daging B3. Sedangkan target pasar utamanya adalah negara Indonesia, yang mana lebih dari 85% penduduknya memeluk agama Islam. Maka, penyesuaian budaya perlu dilakukan, misalnya  memodifikasi daging B3 dengan daging sapi atau ayam. Dengan demikian, strategi penyesuaian budaya (khususnya untuk produk atau jasa) adalah strategi yang cocok dan tentunya menguntungkan bila diaplikasikan oleh UMKM.

Strategi selanjutnya adalah mencanangkan kolaborasi. Kolaborasi antara satu brand dengan brand lain tentunya akan memperluas jaringan yang nantinya akan berguna untuk memajukan bisnis itu sendiri. Bila strategi pemasaran ini diterapkan pada UMKM, maka tentu saja akan membawa dampak yang sangat baik bagi eksistensi dari UMKM itu sendiri. Apalagi bila kolaborasi yang diimplementasikan antara brand yang sudah terkenal. Tentunya UMKM tersebut akan semakin bangkit dengan kolaborasi yang dilakukan. Maka dari itu, strategi pemasaran dalam bentuk kolaborasi sangat cocok dan menguntungkan bila diaplikasikan pada strategi pemasaran dari UMKM.

Terakhir, strategi pemasaran yang diangkat adalah membangun pendekatan dengan konsumen. Strategi pemasaran yang satu ini merupakan strategi yang paling utama dan wajib untuk dilakukan oleh badan usaha bisnis manapun. Dengan melakukan pendekatan pada konsumen, khususnya mendengarkan keluhan atau masalah dari para konsumen, maka produk atau jasa yang dihasilkan bisa semakin sesuai dengan keinginan pasar karena perkembangan atau inovasi dari produknya itu sendiri selalu mengutamakan suara dari keluhan-keluhan para konsumen yang mungkin dari UMKM itu sendiri juga tidak terpikirkan. Dengan demikian, strategi pemasaran dengan cara pendekatan konsumen sangat menguntungkan dan cocok untuk diterapkan pada UMKM.

Jadi, kesimpulan yang dapat diambil yaitu kelima strategi diatas sangat penting untuk kelangsungan dari sebuah perusahaan atau UMKM yang sedang berjalan maupun yang baru dibentuk karena hal ini telah terbukti sendiri dari sebuah perusahaan besar yang menjalankan strategi tersebut dan berhasil seperti PT. Indofood (Indomie). Namun, bukan berarti jika pencapaian dalam suatu perusahaan maupun UMKM tersebut sudah tercapai, perusahaan tidak lagi melakukan inovasi atau perkembangan dan mendengar suara dari konsumen dalam produk-produk berikutnya karena tentunya perusahaan akan semakin dikatakan berkembang jika perusahaan tidak stuck dalam suatu proses yang telah disebut berhasil baik itu dari suara konsumen maupun kualitas dari produknya itu sendiri.

 

References

SWA.co.id. 2020. Berapa Nilai Merek-Merek Grup Indofood?. Berapa Nilai Merek-merek Grup Indofood? | SWA.co.id. Diakses 26 Maret 2022.

Arum, Nurma. 5 Strategi Marketing Indomie yang Membuatnya Sukses Mendunia, dari Branding sampai Inovasi Rasa. 2021. 5 Strategi Marketing Indomie yang Membuatnya Sukses Mendunia, dari Branding sampai Inovasi Rasa (hipwee.com). Diakses 26 Maret 2022.

detikNews. 2010. Indoffod Tanggapi Penarikan Indomie di Taiwan. Indofood Tanggapi Penarikan Indomie di Taiwan (detik.com). Diakses 26 Maret 2022.

tyaspramudyaning.com. 2015. Strategi Pemasaran Indomie. Diakses 26 Maret 2022.