Teknik Industri BINUS @Semarang Dorong Efisiensi Pascapanen Kopi melalui Pendekatan Lean Manufacturing
- Artificial Intelligence
- Digital Transformation
- Kualitas
- Lean
- Lean Manufacturing
- News
- Perencanaan
- Produksi
- Uncategorized
Sektor kopi merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia dengan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Namun, di tingkat petani dan industri kecil, proses pascapanen kopi masih menghadapi berbagai tantangan, terutama terkait efisiensi waktu, biaya, dan kualitas produk. Menjawab permasalahan tersebut, keilmuan Teknik Industri hadir menawarkan solusi berbasis analisis proses dan perbaikan berkelanjutan.

Salah satu contoh penerapan nyata dilakukan melalui studi kasus pascapanen kopi di Desa Ngesrepbalong, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal. Studi ini menunjukkan bagaimana pendekatan Lean Manufacturing dapat diterapkan secara efektif pada sektor pertanian skala kecil.
Permasalahan Pascapanen Kopi
Hasil observasi lapangan menunjukkan bahwa proses pascapanen kopi di Desa Ngesrepbalong menghadapi beberapa kendala utama, antara lain:
-
Waktu pengeringan kopi yang sangat lama, mencapai sekitar 9 hari.
-
Kapasitas roasting yang terbatas, sehingga proses menjadi tidak efisien.
-
Terjadinya penumpukan persediaan (inventory), overproduction, serta tingkat defect yang cukup tinggi.
Kondisi ini menyebabkan banyak aktivitas dalam proses produksi yang tidak memberikan nilai tambah bagi produk, namun tetap menyerap waktu dan biaya.
Pendekatan Lean dalam Teknik Industri
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, digunakan pendekatan Lean Process Improvement yang merupakan salah satu kompetensi inti dalam bidang Teknik Industri. Beberapa tools utama yang digunakan meliputi:
-
Value Stream Mapping (VSM) untuk memetakan aliran proses secara menyeluruh.
-
Process Activity Mapping (PAM) untuk mengklasifikasikan aktivitas menjadi Value Added (VA), Non-Value Added (NVA), dan Necessary but Non-Value Added (NNVA).
-
Waste Assessment Model (WAM) untuk mengidentifikasi jenis pemborosan (waste) yang paling dominan.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi langsung, serta kuesioner kepada petani dan pelaku proses pascapanen kopi.
Hasil Analisis dan Temuan Utama
Hasil analisis kondisi awal (current state) menunjukkan bahwa:
-
Aktivitas Value Added hanya mencapai sekitar 50% dari total waktu proses.
-
Aktivitas Non-Value Added masih sebesar 11%, sedangkan NNVA mencapai 39%.
-
Waste terbesar yang teridentifikasi adalah inventory, overproduction, dan defect.
Proses pengeringan menjadi bottleneck utama karena menyerap waktu paling lama tanpa memberikan nilai tambah yang signifikan.
Solusi dan Perbaikan Proses
Sebagai solusi, dilakukan perbaikan proses melalui penerapan greenhouse dryer pada tahap pengeringan kopi. Intervensi ini terbukti memberikan dampak yang signifikan, antara lain:
-
Waktu pengeringan berkurang dari 9 hari menjadi 3 hari.
-
Persentase Value Added meningkat dari 50% menjadi 56%.
-
Aktivitas Non-Value Added turun dari 11% menjadi 5%.
-
Total waktu proses berkurang hampir 50% dibandingkan kondisi awal.
Dari sisi biaya, perbaikan ini juga mampu menurunkan biaya energi, tenaga kerja, serta kerugian akibat defect secara signifikan, sehingga meningkatkan daya saing produk kopi lokal.
Kontribusi Teknik Industri bagi Pertanian Berkelanjutan
Studi ini membuktikan bahwa:
-
Pendekatan dan tools Teknik Industri sangat relevan diterapkan pada sektor pertanian dan UMKM.
-
Perbaikan proses tidak selalu memerlukan investasi besar, tetapi membutuhkan analisis sistematis dan pemahaman alur proses yang baik.
-
Teknik Industri dapat berperan sebagai penggerak produktivitas, efisiensi, dan keberlanjutan di sektor riil.
Melalui penerapan Lean Manufacturing pada pascapanen kopi, Jurusan Teknik Industri menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan solusi inovatif yang berdampak langsung bagi masyarakat dan industri.

Comments :