Kualitas didefinisikan sebagai tingkat baik atau buruknya suatu produk/layanan berdasarkan apa yang dirasakan oleh pengguna. Suatu produk atau jasa dikatakan berkualitas jika memenuhi atau melebihi ekspektasi. Tingkat kualitas seringkali dijadikan strategi untuk bersaing. Pemilihan tingkat kualitas adalah pilihan perusahaan dan disesuaikan dengan target konsumen yang telah ditetapkan sebelumnya. Strategi daya saing secara umum menurut Porter dibagi menjadi strategi berdasarkan keunggulan biaya, berdasarkan diferensiasi produk, dan strategi fokus pada segmen tertentu

Strategi diferensiasi produk melaluii perancangan produk yang dipersepsikan berbeda dengan pesaing, salah satunya melalui perbedaan tingkat kualitas. Agar pengguna percaya dan yakin produk lebih berkualitas dibandingkan pesaing, maka perusahaan perlu melakukan perencanaan kualitas mulai dari desain hingga produk sampai ke konsumen. Pada tahap desain dimulai dari penentuan karakteristik produknya. Perusahaan dapat memperoleh masukan mengenai hal ini dari keluhan pelanggan, pertanyaan dari pelanggan atas produk yang sudah ada ataupun yang belum tersedia. Karakteristik produk juga dapat dirancang sesuai dengan mimpi, ide, visi perusahaan atas  produk tersebut.

Merancang kualitas suatu produk yang nanti dijanjikan ke pelanggan, perlu didukung oleh kemampuan teknis untuk memproduksinya, sistem operasional perusahaan yang mengedepankan kualitas, hingga dukungan dari lini distribusi, hingga lini terdepan yang melayani pelanggan langsung. Selain itu, karyawan dan semua lini di perusahaan harus mampu mengkomunikasikan dan menyampaikan tingkat kualitas produk ini, agar konsumen dan masyarakat lebih percaya.

Daya saing yang dibentuk oleh produk yang berkualitas, diterima oleh pelanggan sebagai produk yang memberikan manfaat lebih banyak dari harga yang telah dibayarkan oleh mereka. Hal ini akan mendorong pelanggan menjadikan produk perusahaan sebagai pilihan pertama dibandingkan produk pesaing. Strategi diferensiasi berdasarkan kualitas yang ditawarkan, sering menjadi pilihan perusahaan untuk dapat terus memenangkan persaingan.

Berkualitas sering kali dikaitkan dengan biaya operasional yang tinggi. Terdapat anggapan perusahaan harus memilih apakah strateginya fokus pada biaya rendah, atau pada kualitas tinggi. Keilmuan Teknik Industri mendorong upaya perbaikan yang berkelanjutan dan fokus agar sistem di perusahaan dapat lebih ramping (lean). Sistem yang ramping, melalui pengurangan pemborosan yang tidak perlu, memungkinkan perusahaan untuk memberikan produk / layanan yang berkualitas dengan biaya yang reasonable. Tidak hanya itu, melalui keilmuan Teknik Industri, upaya perbaikan berkelanjutan dari sisi kualitas juga didorong. Artinya, perusahaan tidak hanya menjadi lebih efisien, namun juga menghasilkan produk dengan kualitas yang terus meningkat.

Pada upaya perbaikan berkelanjutan, perusahaan dapat menerapkan Statistical Process Control (SPC) dalam menjaga proses untuk tetap menghasilkan produk sesuai spesifikasi yang ditetapkan. Penggunaan Pareto Chart, dengan prinsip 80-20, digunakan untuk menentukan prioritas penyebab utama yang paling berpengaruh terhadap terjadinya cacat produk/layanan sehingga perusahaan dapat menerapkan langkah perbaikan yang harus dilakukan. Penerapan metodologi DMAIC  atau Define, Measure, Analysis, Improve, and Control pada Six Sigma, digunakan perusahaan dalam melakukan perbaikan kualitas dalam lingkup Plan Do Chek Action (PDCA).

-rz-