Penulis: Stephanus Bayu Krisna (SCA’s Team)
Editor: Setiana Tyas Habsari (SCA’s Team)
Halo BINUSIAN!
Perkembangan teknologi bergerak sangat cepat, sehingga kita dituntut untuk terus berinovasi dan beradaptasi. Dalam dunia pengembangan perangkat lunak, ada dua pendekatan yang semakin populer dan saling melengkapi, yaitu metode Agile dan Pemrograman Berorientasi Objek (Object-Oriented Programming/OOP). Yuk, simak artikel berikut untuk tahu lebih banyak!
Kembali pada webinar “Expert Talk” beberapa waktu lalu bersama Bapak Hafizh Bimo Wicaksono, seorang Full-Stack Developer di PT Phincon, dibahas mengenai pentingnya memahami konsep “aplikasi modern”. Menurut beliau, aplikasi tidak cukup hanya tampil menarik, tetapi juga harus dirancang agar adaptif, fleksibel, dan relevan dengan kebutuhan pasar yang terus berubah.
Dalam sesi tersebut, Bapak Hafizh menekankan empat prinsip utama yang perlu diperhatikan dalam pengembangan aplikasi modern:
Pendekatan Agile: Cara Modern untuk Membangun Aplikasi
Dalam pengembangan perangkat lunak, metode Agile kini banyak digunakan untuk menggantikan pendekatan tradisional seperti Waterfall. Perbedaannya cukup signifikan: Waterfall menekankan perencanaan proyek yang lengkap sejak awal, sedangkan Agile mengandalkan proses iteratif yang lebih adaptif terhadap perubahan.
Dengan Agile, tim pengembang dapat menghasilkan Minimum Viable Product (MVP) yang segera diuji ke pengguna. Dari hasil uji tersebut, tim bisa mengumpulkan umpan balik secara cepat dan melakukan perbaikan berkelanjutan. Lebih dari itu, Agile mendorong kolaborasi lintas fungsi dan kerja sama antardepartemen, sehingga tercipta ritme kerja yang cepat sekaligus terstruktur. Dalam pasar digital yang serba dinamis, Agile Development menjadi pendekatan paling relevan dan efisien untuk menjawab kebutuhan pengguna.
OOP (Object-Oriented Programming): Tetap Menjadi Dasar yang Kokoh
Meskipun teknologi kian berkembang, konsep OOP tetap menjadi fondasi dalam dunia pengembangan perangkat lunak. OOP menyederhanakan struktur kode dengan menggunakan prinsip encapsulation (pengamanan data dalam objek) dan inheritance (pewarisan sifat antar kelas). Hal ini membuat sistem lebih mudah dirawat, dikembangkan, dan didistribusikan di dalam tim.
Framework besar seperti Spring Boot, Django, dan NestJS masih bertumpu pada arsitektur OOP. Hal tersebut membuktikan bahwa paradigma ini tetap relevan dan dibutuhkan dalam pengembangan aplikasi berskala besar dan kompleks.
Ketika Agile, OOP, dan Inovasi Bertemu
Apabila Agile, OOP, dan inovasi teknologi saling terintegrasi serta terus berkembang, maka hasilnya adalah aplikasi yang multiplatform, terhubung secara menyeluruh, dan mampu menyajikan data secara real time melalui dashboard interaktif seperti Tableau atau Power BI.
Pendekatan ini memungkinkan pengembang menciptakan aplikasi yang adaptif terhadap kebutuhan pasar, sekaligus mendukung transformasi digital bisnis. Tidak hanya itu, aplikasi juga menjadi lebih siap diintegrasikan dengan berbagai teknologi canggih di masa depan.
Dampak dan Tips bagi Developer Masa Depan
Transformasi pengembangan aplikasi juga menuntut transformasi dari para pelakunya yakni para developer. Dulu, pengembang hanya dituntut menyelesaikan tugas teknis. Kini, dituntut memiliki kemampuan untuk mencari solusi, berpikir strategis, berkolaborasi lintas peran, dan siap menghadapi tantangan industri teknologi yang semakin kompetitif. Selain itu, skill yang perlu dimiliki oleh para developer muda yaitu,
Masa depan pengembangan aplikasi adalah masa depan yang kolaboratif, terbuka, dan terus belajar. Aplikasi modern bukan sekadar memiliki penampilan yang elegan, tetapi bagaimana aplikasi itu dibangun untuk mampu bertahan, berkembang, dan menjawab tantangan zaman. Dengan menerapkan prinsip modularitas, mobile first, AI readiness, dan komunikasi realtime, serta ditopang oleh integrasi Agile dan OOP, pengembang dapat menciptakan solusi digital yang efisien, cerdas, dan bernilai jangka panjang.
We’re changing the world with technology. – Bill Gates
... ... ...