Halo BINUSIAN, pernahkah rekan-rekan merasakan stress yang berkepanjangan? Rasa lelah karena tugas kuliah menumpuk, ditambah dengan tanggung jawab pekerjaan yang seakan tiada habisnya. Terlebih tekanan dari lingkungan seperti adanya ekspektasi dari keluarga, dan tuntutan diri untuk tetap berprestasi. Di tengah situasi tersebut, wajar apabila teman-teman merasa kewalahan dan tertekan hingga merasakan stress.
Pada kondisi tersebut, salah satu keterampilan yang perlu dimiliki yaitu Resiliensi. Menurut Ibu Azahra Dizza, M.Psi., Psikolog, seorang psikolog sekaligus pembicara di kegiatan webinar Career Spark pada tanggal 29 Agustus 2025, menjelaskan resiliensi dikenal dengan keterampilan individu untuk beradaptasi dan bangkit kembali dalam menghadapi tantangan dan situasi sulit dalam hidupnya. Kenapa kemampuan resiliensi menjadi penting? Di tengah dunia yang penuh ketidakpastian ini, resiliensi bukan lagi sekadar “nilai tambah”, melainkan kemampuan penting yang harus dimiliki oleh setiap individu. Berikut ini lima manfaat yang akan rekan-rekan dapatkan jika belajar menumbuhkan keterampilan resiliensi.
Melihat manfaat dari keterampilan resiliensi, rekan-rekan dapat secara lebih adaptif untuk menyelesaikan tantangan yang dihadapi. Lalu, bagaimana agar rekan-rekan mampu menumbuhkan keterampilan resiliensi?. Berikut ini beberapa hal yang bisa dilakukan oleh rekan-rekan agar menjadi individu yang resilien sehingga bisa menjadi pribadi tangguh di tengah tantangan karier dan berkuliah.
Pertama, melakukan identifikasi permasalahan. Sebelum melangkah jauh untuk mengatasi permasalahan yang ada, rekan-rekan perlu untuk mengidentifikasi terlebih dahulu permasalahan yang sedang dihadapi. Misalnya apakah pemicu dari stress adalah beban kerja yang tinggi, permasalahan dengan rekan kerja, atau merasa kewalahan untuk mengatur waktu antara bekerja dan belajar.
Kedua, setelah mengidentifikasi faktor pemicu stress, maka rekan-rekan perlu untuk menentukan beberapa alternatif cara seperti mindest coping, suatu kemampuan untuk mengelola pola pikir untuk menerima tantangan menjadi peluang yang berkembang, emotional coping, menenangkan diri dengan cara relaksasi, meditasi, atau teknik pernapasan. Kedua cara coping tersebut dapat dipilih dengan menyesuaikan tantangan yang dimiliki.
Selain dari cara tersebut, rekan-rekan juga dapat memilih dengan teknik koping lainnya seperti behavioral coping, social coping, dan meaning coping. Behavioral coping, yakni suatu cara dengan memecah permasalahan ke bagian kecil-kecil kemudian membuat to-do-list serta mengelola waktu. Social coping, merupakan cara untuk mencari lingkungan positif yang memberikan dukungan emosional. Sedangkan, meaning coping yaitu menghubungkan tantangan dengan tujan hidup, berdoa, dan refleksi diri untuk mencari makna serta energi baru dalam perjalanan kita.

Gambar 1. Kunci menjadi pribadi resilien.
Source: Azahra Dizza, M.Psi., Psi.
Kunci utama untuk membangun resiliensi terletak pada beberapa aspek penting. Pertama, memiliki tujuan yang jelas akan memberikan arah sekaligus motivasi dalam menghadapi berbagai tantangan. Kedua, mengembangkan positive mindset membantu kita melihat kesulitan sebagai peluang untuk belajar dan berkembang. Ketiga, bersikap fleksibel membuat kita lebih mudah beradaptasi dengan perubahan maupun hambatan yang tidak terduga. Terakhir, sikap konsisten dan pantang menyerah menjadi fondasi agar kita tetap teguh melangkah, sekalipun jalan yang ditempuh penuh dengan rintangan.
Lima cara koping tersebut dapat rekan-rekan pilih untuk menghadapi tantangan yang terjadi selama perjalanan karir ke depan. Pada akhirnya, menjadi pribadi tangguh bukan berarti tidak pernah merasa lelah atau tertekan, melainkan mampu menemukan cara untuk bangkit dan melangkah kembali atau yang bisa kita sebutkan resiliensi. Setiap orang memiliki strategi coping yang berbeda, sehingga penting untuk mengenali metode yang paling sesuai dengan diri kita. Dengan begitu, kita dapat terus bergerak maju, menjaga keseimbangan, dan meraih kesuksesan di tengah berbagai tantangan karier maupun kuliah.
“Resilience is knowing that you are the only one that has the power and the responsibility to pick yourself up.” — Mary Holloway
... ... ...