- Research - 

      Dr. Amia Luthfia, S.P., M.Si adalah seorang asisten profesor di Departemen Komunikasi BINUS University dengan gelar magister dan juga doktoral Communication Science di Universitas Indonesia. Sejauh ini penelitian beliau menganalisis tentang bagaimana internet dan digital media mempengaruhi komunikasi dan perilaku masyarakat serta mendorong gerakan dalam masyarakat. Dr. Amia Luthfia telah mempublikasikan artikel-artikel ilmiah terindeks Scopus dan penerima berbagai hibah penelitian. Dua hibah penelitiannya antara lain berkolaborasi dengan dengan Universiti Teknologi MARA (UiTM) Malaysia dan Nanjing University China. Dr. Luthfia juga turut berpartisipasi dalam rangkaian aktivitas pengembangan komunitas dalam mendukung UMKM dan family welfare movement organizations.  

Topik penelitian beliau meliputi: digital literacy, news literacy, digital resilience, online opportunity & online risk, participatory culture, youth & social media, youth consumers & prosumers, online influencers, dan digital marketing communication. Lingkup penelitian Dr. Luthfia lebih pada penggunaan dan pengaruh media digital dan internet pada remaja dan kaum muda. Tiga tahun terakhir penelitian Dr. Luthfia cukup konsisten di bidang digital literacy yang dilanjutkan dengan penelitian digital resilience dan digital citizenship. Beliau berharap kaum muda Indonesia bisa berpartisipasi positif di dalam masyarakat sekaligus sebagai agen perubahan. Kaum muda yang memiliki digital resilience adalah kaum muda yang memahami semua risiko yang ada di dunia maya, mampu menganalisis dengan kritis efek internet dan media digital, mampu memanfaatkannya dengan bijak sekaligus mampu memproteksi diri serta tangguh dalam menghadapi berbagai risiko yang dialaminya  

Dr. Amia Luthfia tidak hanya ingin fokus pada youth yang indeks atau level literasinya bagus dan tinggi saja. Saat pasca-pandemi, beliau dan rekannya melakukan asesmen tentang online learning readiness yang menunjukkan skor cukup bagus karena berdasarkan lokasi riset, jumlah populasi dominan berada di Jakarta, dengan rentang usia yang memang level literasinya bagus. Meskipun demikian, level critical thinking, digital ethic, dan digital security kaum muda di Jakarta belum cukup memadai.  

Berfokus pada digital literacy di lingkup youth, Dr. Luthfia mendapati hal yang dikeluhkan oleh para ibu dalam kerangka parental mediation untuk digital literacy. Berdasarkan perbincangan informal dengan komunitas ibu, Dr. Luthfia menyimpulkan adanya digital skill gaps antara orang tua dengan anak-anak mereka. Orang tua melihat anak-anak mereka sudah begitu mahir dalam menggunakan alat-alat digital, sehingga orang tua merasa adanya gaps di antara orang tua dan anak yang membuat mereka bingung bagaimana cara berkomunikasi dan mendampingi anak-anaknya dengan benar. Kekhawatiran tentang adiksi gadget juga terjadi di antara orang tua. Namun, selain digital skill gaps tersebut, orang tua tak yakin seperti apa adiksi gadget serta Bagaimana mencegah atau membatasi anak-anak terhadap penggunaan gadget. 

Melalui ketertarikan beliau dalam menyalurkan ide dan meneliti beragam topik, Dr. Amia Luthfia juga pernah bekerja sama dengan UiTM Malaysia. Kolaborasi tersebut tidak hanya semata mengenai penelitian, namun juga berkembang seperti mengadakan kolaborasi event, competition antar mahasiswa (salah satunya dari 3 universitas yaitu; Universitas Filipina, UiTM Malaysia, dan BINUS) serta juga terdapat pengajaran atau lecturing dalam bentuk team teaching. Selain itu, Dr. Luthfia juga meneliti tentang Towards Digital Equality: Assessing Youths’ Digital Literacy Capabilities bersama rekan dari BINUS University, dengan tujuan penelitian ini untuk mengukur indeks digital literacy youth antara usia 17 dan 24 tahun yang menetap di Jakarta dan Yogyakarta. Hasil analisa lebih lanjut terkait digital skills disusun berdasarkan beragam variabel demografinya. Selain penelitian ini, beliau juga menaruh ketertarikan dalam meneliti Can the Damage be Undone? Analyzing Misinformation during COVID-19 Outbreak in Indonesia studi ini bertujuan mengidentifikasi tipe dan klaim misinformasi dari 534 artikel. Kemudian, berdasarkan hasil dari studi ini juga memberikan rekomendasi bagaimana cara menanggani misinformasi yang ada di Indonesia. 

 

“Jadilah agen perubahan di dalam masyarakat dan manfaatkan potensi positif media digital dan internet. Miliki digital resilience, pahami risiko dan manfaatnya, dan tangguh dalam menghadapi tantangan. Kaum muda memiliki kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif dan bijak dalam dunia maya. Jangan lupa untuk memperhatikan orang tua dan anak-anak, dan bangun jembatan komunikasi yang tepat antar generasi dengan memperkuat digital literacy. Bersama-sama, kita dapat mencapai kesetaraan digital dan memerangi misinformasi. Ambil langkah kecil, dan berkontribusilah dalam membentuk masa depan digital yang lebih baik."  

- Dr. Amia Luthfia, S.P., M.Si