- Community - 

   Ubaidillah Nugraha, M.Ec., M.P.M. adalah seorang individu yang berpengalaman, yang telah menyelesaikan gelar sarjana dalam bidang Art, Economics dan Minor di Accounting Universitas Indonesia dan melanjutkan gelar magister dalam Public Management di Victoria University of Wellington. Saat ini, Bapak Nugraha sedang menempuh Ph.D. dalam Public Policy di Universitas Indonesia. Beliau juga hingga saat ini kerap mengajar dan merupakan salah satu dosen International Business di BINUS University. Mata kuliah yang diajar beliau berikatan dengan financial institutions, corporate governance, business ethics, management theory, dan sustainability management. Disamping karir mengajarnya, beliau juga terlibat aktif dalam sustainability management di beberapa perusahaan yaitu Bank HSBC, BRI Life, PT Unicharm Tbk dan Aberdeen Investment Management, sebagai komisaris dan komite independen yang berfungsi memberikan oversight untuk kegiatan Corporate Governance, Corporate Sustainability dan Climate Risk Framework. Beliau juga menjadi Reseach Fellow untuk ESG di Mandiri Institute dan berperan aktif dalam beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) maupun kegiatan financial inclusion dalam bentuk literasi keuangan dan pemberdayaan segmen mikro dan ultra mikro. 

Bapak Nugraha juga mengatakan bahwa, “Selama 5 tahun belakangan ini saya telah terlibat dalam berbagai kegiatan pengajaran, korporasi, yayasan dan lembaga penelitian yang semuanya terkait dengan ESG (Environmental, Social, Governance). Seperti, menjadi dosen tamu di kegiatan sustainability hingga melakukan pengawasan di suatu perusahaan.” Dalam mendukung kegiatan tersebut, Pak Nugraha juga telah memiliki sertifikasi keahlian sebagai Corporate Sustainability Reporting Assurance (CSRA) dari GRI. Begitupun dengan topik disertasi milik beliau berkaitan dengan ESG Plus (public value) berjudul The Role of SOEs Reform to the Public Value Creation: Study of SOEs Holding (1998-2018). Fokus pada disertasi ini adalah pada Pengukuran dan Tantangan Penciptaan Nilai Public (Public Value Creation) berdasarkan telaah Meynhardth melalui pendekatan ESG Plus di Bank Rakyat Indonesia. Disertasi ini memberikan novelty atau keterbaharuan dari konsep Aesthetical Public Value Creation yang belum lama dikembangkan di Eropa Barat. 

Selain kegiatan akademiknya, Pak Nugraha juga terlibat di beberapa LSM. Seperti, Yayasan Jantung Indonesia, yang merupakan lembaga nirlaba yang berfokus pada meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mencegah penyakit jantung dan penyakit pembuluh darah melalui pemasyarakatan Panca Usaha Jantung. Di Yayasan Jantung Indonesia, beliau bertugas sebagai pengawas, yang memiliki dua fungsi utama: melakukan pengawasan terhadap tata kelola, dan memastikan bahwa anggaran dasar yayasan memerlukan keterlibatan yang luas untuk memberikan akses fasilitas kesehatan bagi orang yang kurang mampu. Kemudian LSM lain yaitu, Indonesian Bright Foundation, berfokus pada pendidikan dasar. Melihat jumlah siswa yang putus sekolah dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah di Indonesia sendiri berada di peringkat kedua, sehingga mereka mencoba untuk berkontribusi di dua daerah dengan mendukung siswa dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi. 

Hal yang mendorong Pak Nugraha konsisten dalam membangun dan aktif dalam community development ialah beliau melihat masih adanya ketimpangan dari sisi sustainability, sehingga melihat hal tersebut ia merasa semua pihak harus atau perlu melakukan sesuatu di luar dari apa yang sudah dilakukan atau dijalankan oleh pemerintah. Pak Nugraha juga beranggapan bahwa BINUS sendiri memiliki potensi menjadi leading institution, dilihat dari corporate governance yang sudah sangat kuat dan juga komunitasnya yang aktif. 

Kini, Pak Nugraha juga terus berupaya untuk memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Dengan penekanan pada isu-isu lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan. Ia terus mendorong perusahaan dan organisasi lainnya untuk berinovasi dan memperbaiki kinerja mereka dalam hal ESG, untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TBP/SDGs).  

  

“Deprivation of Opportunity, the lack of substantive freedom relates directly to poverty”

(Amartya Sen, “Development as a Freedom”)