Part 1: Indonesia untuk G-20, Business Incubator dan Komunikasi Transaksional sebagai Kunci Kesuksesan Startup?

Akhir-akhir ini, pastinya kita sudah tidak asing lagi dengan istilah “startup”. Startup adalah bisnis rintisan yang dibangun oleh individu ataupun kelompok sesuai dengan target pasar. Startup berbeda dengan perusahaan konvensional. Startup membangun produk unik dan pasar baru agar mendapat pertumbuhan yang signifikan, sedangkan perusahaan konvensional berfokus untuk mendapat profit secepat mungkin. Sebagai perusahaan rintisan yang membangun pasar baru, tentunya banyak sekali faktor risiko yang menyebabkan startup rentan terhadap kegagalan. Kurangnya pengetahuan dan pengalaman akan flow of money, inovasi, dan kebutuhan pasar menjadi penyebab utama kegagalan startup. Bahkan di Indonesia, tercatat 90% dari startup berakhir dengan kegagalan (Kompas, 2021).

Business incubator adalah badan yang membantu startup dalam meminimalisir hal-hal tersebut. Business incubator mengedukasi entrepreneurs dalam mengembangkan bisnisnya dengan menyediakan berbagai layanan konseling, memfasilitaskan kantor, pelatihan, hingga mengarahkan permodalan ke beberapa venture capital. Dengan berbagai layanan tersebut, diharapkan startup bisa berkembang dengan lebih terarah dan berjangka panjang.

Dalam program pelatihan entrepreneurs oleh business incubator, terdapat berbagai teori komunikasi yang digunakan. Salah satunya adalah teori analisis transaksional oleh Eric Barne (1960). Dalam teori ini disebutkan bahwa transaksi terjadi apabila dua atau lebih individu memberi pengaruh kepada masing-masing, di mana setiap individu memiliki potensi untuk mengarahkan ulang dan membentuk nasibnya sendiri. Analisis ini bertujuan untuk membantu membuat keputusan baru menyangkut tingkah laku seseorang, dan dalam hal ini, tingkah laku yang dibahas adalah decision making dan kemampuan manajemen klien business incubator yaitu para entrepreneurs.

Di dalam teori analisis transaksional, terdapat tiga jenis transaksi. Yang pertama adalah transaksi imbang komplementer dan transaksi imbang dewasa. Transaksi imbang terjadi apabila respons yang diberikan klien adalah sama dengan yang diharapkan oleh stimulus. Perbedaan transaksi imbang komplementer dan transaksi imbang dewasa terletak dari positioning klien dan stimulus. Pada transaksi imbang komplementer, klien berperan selayaknya anak yang diperhatikan, sementara itu stimulus berperan selayaknya orang tua. Sementara itu, dalam transaksi imbang (dewasa), klien dan stimulus berada pada posisi yang sama dengan tingkat pengetahuan yang sama. Secara singkat, transaksi imbang komplementer ini merupakan tindakan akomodasi dari stimulus kepada klien, sedangkan  pada transaksi imbang dewasa klien dan stimulus sama-sama mengakomodasi. Dalam konteks business incubator, transaksi yang terjadi antara incubator dan entrepreneurs adalah transaksi imbang komplementer.

Penulis:

Shannon Ariella

References:

The Culture of Transactional Analysis Theory

https://www.researchgate.net/publication/237354910_The_Culture_of_Transactional_Analysis_Theory_Methods_and_Evolving_Patterns

Model-Model Komunikasi Transaksional

https://repository.dinus.ac.id/docs/ajar/Model2_Komunikasi.ppt#:~:text=Komunikasi%20bersifat%20transaksional%20adalah%20proses,dengan%20elemen%20verbal%20dan%20nonverbal.

Startup Characteristics and the Role of Business Incubator in Indonesia https://journal.ipb.ac.id/index.php/ijbe/article/view/40269

Startup Teknologi Bisa Jadi Solusi Industri Besar di Masa Pandemi Covid 19

https://www.startup4industry.id/news/detail/StartUp-Teknologi-Bisa-Jadi-Solusi-Industri-Besar-di-Masa-Pandemi-Covid-19

Startup Butuh Inkubator Bisnis

https://news.bsi.ac.id/2022/02/14/startup-butuh-inkubator-bisnis-bsc/#:~:text=Secara%20umum%2C%20inkubator%20bisnis%20adalah,siap%20untuk%20diluncurkan%20ke%20publik.