Perubahan Paradigma dalam Presentasi Desain Interior

Di era digital, kebutuhan untuk menyampaikan ide secara cepat, jelas, dan menarik menjadi semakin penting. Virtual Reality (VR) menawarkan media presentasi yang bukan hanya interaktif, tetapi juga imersif—pengguna dapat benar-benar “merasakan” desain yang ditampilkan.

Namun, seberapa efektif sebenarnya media ini dalam konteks kenyamanan visual dan preferensi pengguna?

Hasil Temuan Utama Penelitian

Studi ini menyimpulkan beberapa poin penting:

  • Klien lebih tertarik bekerja sama jika visualisasi VR-nya menarik dan berkualitas tinggi.
  • Tampilan pencahayaan dan material dalam VR membantu klien memahami desain lebih baik.
  • Gambar realistik meningkatkan rasa percaya dan kepuasan visual.
  • Namun, penggunaan VR masih terbatas karena dianggap mahal dan kompleks.

Hambatan dalam Implementasi

Meskipun hasilnya menjanjikan, masih banyak tantangan dalam penggunaan VR, terutama terkait biaya, pemahaman teknologi, dan aksesibilitas alat. Banyak klien maupun desainer masih menganggap VR sebagai media “mewah”, bukan standar.

Padahal, dengan alat sederhana seperti Google Cardboard dan smartphone, visualisasi VR sudah bisa dilakukan secara efektif.

Rekomendasi untuk Praktisi Desain Interior

  • Edukasi klien dan tim internal tentang manfaat dan cara kerja VR.
  • Gunakan VR sebagai bagian dari proses presentasi, bukan pelengkap.
  • Pilih style visualisasi sesuai tujuan presentasi (realistik untuk final, kartun/hitam-putih untuk diskusi awal).
  • Investasi pada platform rendering dan panorama 360 yang mudah digunakan dan kompatibel dengan berbagai device.

Penutup

Virtual Reality dalam desain interior bukan hanya tren, melainkan evolusi. Di masa depan, kemungkinan besar klien akan mengharapkan pengalaman ini sebagai bagian dari proses desain. Maka dari itu, sudah saatnya para profesional mulai beradaptasi dan menjadikan VR sebagai standar baru dalam presentasi interior.