Mengulas 3 Material Lawas yang Kembali Menjadi Trend dalam Desain Interior Urban
Disamping menjadi solusi dari sebuah masalah yang dihadapi manusia, desain juga menjadi penanda gaya kehidupan dan sosial budaya manusia dari jaman ke jaman. Contohnya di bidang interior dan arsitektur, bagaimana karakteristik bangunan-bangunan yang ada dari masa ke masa dapat menjadi satu informasi yang penting untuk mengetahui identitas bangunan tersebut berasal dari jaman yang seperti apa. Misalnya pada jaman kuno, manusia menggunakan material alam seperti batu andesit dan batu bata untuk membangun tempat peribadatan seperti candi dan prasasti. Kemudian pada jaman pertama kalinya desain di-identifikasikan sebagai seni (art and craft movement) bangunan-bangunan memiliki nilai artistik yang tinggi dengan berbagai ukiran yang rumit terdapat pada bangunannya, dan singkatnya dilanjutkan pada revolusi industri bagaimana arsitektur yang semula memiliki nilai seni yang tinggi mengalami simplifikasi karena budaya konsumerisme sudah meningkat dan mulai membutuhkan sesuatu yang lebih cepat dan tempat komersil-pun mulai bermunculan.
Di Indonesia sendiri, perkembangan industri kreatif di bidang arsitektur dan interior dapat dikatakan sudah sangat maju. Kebutuhan atas jasa interior dan arsitektur sudah sangat banyak dan memicu banyaknya pilihan gaya desain dan karakter desainer yang dapat dipilih oleh klien. Dalam ruang-ruang komersil yang ada saat ini terdapat beberapa material yang sebenarnya sudah umum digunakan pada masa lawas, namun dikemas kembali menjadi lebih trendy dan shopisticted pada saat ini. Beberapa material itu adalah:
1. Batu andesit
Candi Borobudur
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bkborobudur/andesit/
Berasal dari batuan vulkanik, batu andesit digunakan sejak masa megalitik untuk membuat bangunan seperti candi dan piramida, selain itu batu ini pun digunakan untuk membuat perkakas pada masa itu seperti lumpang dan meja batu, arca, dan lain-lain. Dahulu, batu ini banyak digunakan untuk material luar bangunan dan lantai carport karena karakter materialnya yang kuat dan tahan dari segala cuaca. Namun, saat ini batu andesit banyak digunakan juga untuk dinding ataupun bagian dalam bangunan utamanya bangunan komersil. Penggunaan batu andesit saat ini perbedaannya dapat dilihat dari potongan materialnya yang dibuat lebih kecil (umumnya 20x20cm – 10x10cm) dan disusun sejajar. Seperti dapat dilihat pada contoh berikut ini:
Fellboy Café
https://www.instagram.com/bangkokcafe.ig
Kurasu Café Jakarta
https://www.instagram.com/p/C_KIePqPA0S/?img_index=6
2. Bata tempel
Rumah Adat Bali
https://www.ubudian.id/page/rumah-bali.html
Sama seperti batu andesit, bata tempel juga sudah sangat umum digunakan pada bangunan masa lampau. Penggunaannya sudah sangat populer pada jaman Mesir kuno, Romawi, dan Yunani Kuno karena kekuatan dan ketahanan strukturalnya yang sangat baik. Saat ini penggunaan bata sudah bukan lagi tentang ketahanan strukturalnya saja namun secara estetika bata dapat menampilkan kesan natural yang digemari para desainer untuk rancangannya.
Mutuloka, Bandung
instagram.com/archifolk
ANH coffee Roastery
https://thearchitectsdiary.com/
3. Tegel
Keraton Jogja
Tegel merupakan bahasa serapan dari bahasa belanda yang artinya ”ubin”. Material ini diperkirakan sudah ada sejak abad ke-13 hingga ke-15 dan berasal dari Spanyol hingga Portugal, di Indonesia sendiri motif tegel ini mulai berkembang sejak tahun 1920. Di indonesia material tegel ini identik dengan motifnya yang memberi kesan ’jadul’. Material ini banyak digunakan di pulau jawa terutama daerah jogjakarta. Saat ini penggunaan material tegel kembali menjadi tren terutama di bangunan-bangunan komersil. Hal ini dikarenakan opsi warna yang dapat dibuat dengan material ini sangat beragam sehingga dapat di kombinasikan dengan berbagai gaya desain interior.
Opera Courtyard
instagram.com/opera_courtyard
Common Grounds Malang
instagram.com/hangout.oi