Pengaruh Aroma terhadap Desain Interior

Desain interior harus memanjakan sebanyak mungkin indra manusia (penglihatan, pendengaran, sentuhan, dan penciuman). Ketika sebuah ruangan dibayangkan, dirancang, dan dibuat dengan maksud menarik sebanyak mungkin indra manusia, barulah ruangan tersebut akan benar-benar mencapai potensi sepenuhnya. Dari semua indra kita, penciuman adalah faktor paling persuasif, meskipun kita mungkin menganggapnya sebagai elemen “tersembunyi”. Indra penciuman memiliki kemampuan untuk membangkitkan emosi dan ingatan, serta mampu menciptakan suasana dan suasana hati. Penciuman kita adalah perpaduan dari biologis dan psikologi, kita bisa merasakan aroma setidaknya melalui 1.000 reseptor. Sebaliknya mata hanya menggunakan tiga reseptor untuk membedakan warna. Maka dari itu, aroma sangat berkorelasi dengan indra penciuman yang merupakan indra tertajam yang dimiliki oleh manusia. Pengolahan desain bangunan/ruangan yang mampu memperhatikan unsur aroma baik di dalam maupun di luar ruangan akan menciptakan harmonisasi hubungan antara pengguna dan lingkungan.  

Wewangian memiliki dampak langsung terhadap sistem limbik otak (bagian otak yang sangat berperan dalam pembentukan tingkah laku emosi dan ingatan). Oleh karena itu, aroma melampaui persepsi rasional kita dan memiliki dampak utama pada emosi dan perasaan kita. Artinya memilih aroma yang paling cocok dengan sebuah ruangan sama pentingnya ketika kita memilih furnitur/aspek dekorasi. Menurut Dawn C. Buse, Ph.D., Psikolog klinis di Departemen Neurologi di Montefiore Medical Center mengatakan bahwa “Pertama kali kita merasakan aroma tertentu, kita akan mengaitkannya dengan peristiwa, orang, dan emosi saat itu”. Jadi, ketika memasuki ruangan beraroma, dua hal yang mungkin akan terjadi: 

  1. Jika baunya akrab, kenangan lama akan muncul dan menawarkan rasa nostalgia 
  2. Jika baunya benar-benar baru, maka kenangan baru akan tercipta 

Tubuh manusia sangat cepat dalam merespon keadaan sekitar melalui indra penciuman. Reaksi alami yang sering dijumpai ketika mencium aroma tidak sedap yang datang dari berbagai sumber adalah dengan mengkerutkan dahi atau menutup hidung dengan tangan. Untuk menghindari bau tidak sedap dalam sebuah bangunan ada beberapa cara yang bisa kita lakukan, diantaranya dengan menghilangkan sumber bau tidak sedap dengan mengganti barang-barang yang terbuat dari material alam seperti furniture, penutup lantai serta gunakan cat yang tidak menimbulkan bau. Langkah lain yang bisa dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan seluruh ruangan dan cabinet/lemari. Mengaplikasikan penghawaan alami yang cukup pada ruangan juga poin penting yang perlu diperhatikan. Dengan meletakkan tanaman dan bunga di sekitar bukaan jendela, pintu, taman yang dekat dengan ruang bersama, serta meletakkan kayu aromatik seperti pohon cemara dan kayu cendana merupakan cara-cara yang bisa dilakukan untuk mendukung terciptanya aroma yang sedap bagi harmonisasi jiwa, fisik, dan lingkungan alam sekitar. Pendekatan lain yang bisa dilakukan untuk menghadirkan aroma yang baik di sekitar ruangan adalah dengan mengaplikasikan aroma terapi. Pertama kali diciptakan oleh bangsa Cina dan India. Aroma terapi yang baik berasal dari ekstrak bunga, daun, akar, dan biji-bijian. Banyak cara untuk memberikan wewangian pada desain interior seperti menggunakan lilin aroma, dupa, minyak esensial, dan diffuser. 

1. Aroma berbeda untuk ruangan yang berbeda pula 

Menurut Gemma Hopkins, ahli wewangian dan pendiri Design in Scent, “Ketika memilih wewangian mana yang akan digunakan, pertimbangkan bagaimana hal itu akan selaras dengan lingkungan sekitar dan suasana hati kita”. Wewangian dapat diaplikasikan ke dalam ruangan yang berbeda untuk membangkitkan kesan dan emosi tertentu. Contohnya aroma lavender cocok digunakan pada kamar tidur sementara aroma jeruk dapat digunakan di area dapur untuk menciptakan kesan menyegarkan. Bunga-bunga yang memiliki aroma kuat seperti thyme cocok diletakkan di area powder room dan meja rias, sedangkan aroma pinus sangat popular untuk ruang keluarga karena diyakini mendorong percakapan.  

2. Memperkenalkan aroma ke dalam interior ruang publik komersial 

Wewangian tidak hanya berlaku untuk desain interior rumah, namun juga bisa diterapkan pada restoran, spa, fasilitas kesehatan, museum, bioskop, penginapan, kantor, retail, dan sebagainya. Wewangian memegang peranan penting untuk pengalaman konsumen, semisal ketika datang ke sektor retail, aroma memainkan peran utama dalam mempengaruhi kebiasaan dan pengalaman konsumen di dalam toko akan terulang atau tidak. Eric Spangenberg, seorang psikolog konsumen dan akademisi, serta rekan-rekan penelitiannya menemukan bahwa begitu menggunakan aroma feminim (Vanilla) pada sebuah toko yang ditujukan untuk konsumen wanita, penjualan menjadi berlipat ganda. Hal ini juga terjadi pada konsumen pria, ketika sebuah toko menggunakan aroma maskulin (Rose Maroc). Lebih lanjut Spangenberg menjelaskan “Konsumen pria tidak suka berlama-lama di dalam toko ketika beraroma feminim, begitu sebaliknya dengan konsumen wanita”.  

3. Memilih aroma untuk gaya interior ruang publik komersial 

a. Kontemporer. Desain sederhana, dan bersih. Pada desain ini biasanya menggunakan logam, kaca, dan memadukan skema warna netral. Wewangian yang bisa digunakan untuk menguatkan suasana adalah kesegaran dari aroma lemon dan aroma jeruk yang memberikan energi. 

b. Vintage. Mewah dan feminim, gaya desain ini ditandai dengan kesan mewah mengingatkan pada dekorasi penuh di zaman Victoria. Aroma bunga melati yang intens dikombinasikan dengan aroma vanilla dapat diaplikasikan pada retail atau butik.  

c. Rustic. Ciri dari desain ini biasanya menggunakan material alam seperti kayu, bebatuan dll. Wewangian dengan aroma kayu dapat menjadikan kesan interior menjadi lebih sempurna. Pilihan maskulin dari kayu cendana atau aroma vanilla untuk kesan feminim dapat mengubah ruangan menjadi hangat dan nyaman.  

Sumber Referensi:  

Brainnisa Ramadhani Nur Nisrina