Peran Ergonomi pada Furnitur

by: Bambang Kartono Kurniawan

Kata Ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu ergon dan nomos. Ergon artinya adalah kerja, sedangkan nomos artinya aturan. secara terminologi, pengertian ergonomi merupakan suatu peraturan mengenai bagaimana hubungan manusia dan fasilitas yang digunakannya dalam melakukan kerja, termasuk sikap dan pola kerja. ilmu ergonomi mempelajari tentang interaksi hubungan manusia dengan system kerjanya, ilmu ergonomi yang dimaksud adalah berkaitan dengan ilmu faal, anatomi, psikologi, fisika, dan teknik yang mempertimbangkan keserasian manusia dan pekerjaannya.

 Secara umum tujuan dari penerapan ilmu ergonomi, antara lain untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya – upaya pencegahan kecelakaan kerja yang dapat berakibat cidera ataupun penyakit akibat kerja, selain itu juga ilmu ergonomi digunakan untuk menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan kepuasan kerja. Penerapan ergonomi dapat meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial dan mengkoordinasi kerja secara tepat, sehingga dapat berguna untuk meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif

Ergonomi dan furniture

Peran ilmu ergonomi berkaitan erat dengan aktifitas kegiatan manusia sehari-hari, untuk hal tersebut maka dalam pembuatan sebuah furniture, penting bagi desainer untuk mengetahui postur tubuh manusia di mana produk tersebut akan di gunakan dan di pasarkan. Sebagai contoh akan terlihat perbedaan yang signifikan kalau kita sedang memperhatikan furnitur yang di pasarkan di dalam negeri dibandingkan untuk di pasarkan di luar negeri seperti negara-negara Eropa dan Amerika.  Kenapa bisa seperti itu? Hal tersebut dikarenakan postur tubuh orang Asia secara umum berbeda dengan postur tubuh orang Amerika atau Eropa. Melihat hal tersebut akan terlihat jelas standar ergonomi furniture untuk produk rumah tinggal jelas berbeda dengan orang Asia yang rata-rata punya postur tubuh pendek dan kecil. Furniture yang dirancang untuk digunakan harus berdasarkan pada kriteria yang terdapat pada studi ergonomi dengan mempertimbangkan aspek manusia terhadap lingkunganya, hal tersebut biasa disebut dengan kata lain perlu mempertimbangkan “Human Factors” yang memiliki peran penting dalam kenyamanan.

Para desainer dalam pembuatan furniture, selain mempertimbangkan aspek – aspek seperti bahan baku, estetika, konstruksi dan gaya desain, ada satu hal yang sangat penting dipertimbangkan yaitu peranan ilmu ergonomi. Factor Ergonomi diperlukan dalam desain furnitur yang bertujuan agar pengguna produk furniture tetap nyaman beraktivitas. seorang desainer dalam merancang sebuah kursi atau tempat duduk perlu mempertimbangkan bentuk yang indah dan pas, sehingga dapat mempertahankan postur tulang punggung yang fisiologis. Faktor ergonomis pada dasarnya memang berkenaan dengan kenyamanan manusia ketika beraktivitas. Hal yang akan dicapai antara lain agar saat orang yang sedang beraktifitas duduk kerja otot tubuhnya tidak perlu berkontraksi, dan tidak membuat lelah.

Aspek dalam Perancangan sebuah furniture harus memenuhi standar ergonomi mulai dari penggunaannya apakah seorang balita hingga orang dewasa. Sebagaimana kita ketahui untuk pengguna kursi untuk  anak-anak dimana  fase ini seorang anak masih dalam masa pertumbuhan sehingga harus memperhatikan standar ergonomi. Ketika seseorang duduk di set meja kursi yang tidak nyaman karena terlalu rendah atau terlalu tinggi maka hal tersebut akan berpengaruh pada pertumbuhan tulang belakang yang mengakibatkan kelainan tulang seperti skoliosis, lordosis dan kifosis hal tersebut disebabkan oleh karena posisi yang salah ketika duduk karena furniture yang tidak memenuhi standar ergonomi manusia. Ketiga kelainan tulang tersebut merupakan dampak jangka panjang. Sedangkan untuk dampak waktu yang singkat karena furniture yang asal bikin dan asal jadi, pada umumnya orang yang duduk akan mengalami rasa nyeri sendi. Sehingga jika sudah mengalami hal tersebut, orang akan cenderung malas beraktivitas seperti bekerja atau Kegiatan untuk  belajar karena fasilitas yang tidak nyaman.

Sikap duduk dalam perancangan Furnitur

Posisi duduk adalah hal  yang paling sering kita lakukan dalam aktifitas sehari -hari seperti saat kita duduk di tempat kerja atau di sekolah,  duduk dalam sebuah mobil atau di kereta, duduk saat menonton  film,  duduk saat di depan TV, duduk saat istirahat, duduk saat makan. Fungsi sebuah Kursi yang kita gunakan harus mengurangi beban kaki untuk menghindari ketegangan pada otot – otot kaki.  Kita harus memberikan stabilitas postural saat sedang bekerja atau bersantai dengan mengendurkan otot- otot tubuh kita.

 Berikut ini pedoman dari BIFMA  ( Business Institutional Furniture Manufacturers Association ) yang telah berdiri sejak tahun 1973 yaitu asosiasi perdagangan nirlaba untuk produsen furnitur bisnis. Adapun hal yang perlu diperhatikan untuk pertimbangan ergonomi  dalam sebuah rancangan furniture kursi dan  memungkinkan menyebabkan interpretasi  sebuah desain dibuat akan berbeda.

A.Ketinggian Kursi:

Posisi Ketinggian sebuar furnitur tempat duduk harus memungkinkan kaki pengguna ditopang dengan nyaman oleh lantai atau pijakan kaki yang tepat.

  1. Kedalaman Kursi:

Kedalaman tempat duduk harus cukup dalam sehingga daerah di belakang lutut (juga disebut sebagai daerah poplitea) tidak mengenai bagian depan tempat duduk.  dua cara untuk mencegah kontak poplitea adalah: Memperbaiki keseluruhan kedalaman kursi. Membuat penyesuaian kedalaman. Menyesuaikan kedalaman kursi di kursi harus menjadi gerakan alami yang tidak membebani pengguna.

Gambar: Chair Anthropometrics

2. Lebar Kursi:

Kursi harus cukup lebar untuk mengakomodasi pinggul dan pakaian pengguna, dan memungkinkan penggunaan sandaran tangan dengan nyaman.

3. Sandaran punggung:

Sandaran kursi harus sesuai dengan kontur tulang belakang orang tersebut dan memberikan dukungan pada punggung untuk mengurangi tekanan pada otot punggung saat duduk. Umumnya, hal tersebut harus cukup tinggi untuk mencapai tulang belikat, cukup lebar untuk menopang lebar pinggang, dan memiliki penyangga lumbal untuk mempertahankan kelengkungan lordotic alami dari tulang belakang lumbar.

4. Rentang Gerak Kursi:

Kursi dan sandaran harus memungkinkan untuk postur duduk yang bervariasi. Ini dapat dicapai dengan memungkinkan kemiringan ke belakang. Kemiringan ke belakang minimal 10° (antara 90° dan 115°) lebih disukai. Beberapa kursi juga memungkinkan kursi dimiringkan secara bersamaan.

Satu-satunya pedoman untuk pengukuran kemiringan tempat duduk adalah memastikan sudut batang tubuh-ke-paha tidak kurang dari 90°, dan bahwa sudut tempat duduk antara 0-4° kemiringan.

5. Sandaran tangan:

Sandaran tangan yang tepat dapat membantu menghilangkan tegangan atau stres pada leher, bahu, dan punggung. Sandaran tangan dapat memberikan luas permukaan yang baik untuk kontak lengan sehingga tekanan antara lengan dan sandaran tangan diminimalkan.

Sumber:

Baskoro Azis