FUNGSI PROTOTYPING DALAM DUNIA DESAIN

by: Ira Audia A.

Dalam dunia desain maupun industri, prototype menjadi sebuah output penting yang sering diminta baik oleh klien maupun oleh tim Research & Development sebuah perusahaan saat  akan mengembangkan produk baru. Di dunia Interior pun, prototype ini lebih dikenal dengan istilah MAKET yang memberikan gambaran ruang tiga dimensional semirip mungkin secara terskala. Sederhananya, prototype adalah: SEGALA SESUATU YANG BERASAL DARI SEBUAH IDE, UNTUK KEMUDIAN DIJADIKAN NYATA DAN DAPAT TERLIHAT OLEH ORANG LAIN”. Berdasarkan pemahaman tersebut, sebuah prototype dapat berbentuk apapun, mulai dari coretan sederhana di atas kertas, hingga aplikasi sederhana di komputer yang dapat dilihat dan dinilai oleh orang lain.

Lantas, apa fungsi dan kegunaan keberadaan sebuah prototype dalam dunia desain dan industri hingga keberadaannya bisa dianggap penting baik oleh klien maupun desainer? Mari kita lihat poin-poin dibawah ini:

  1. Prototype berguna untuk mengolah sebuah ide menjadi sesuatu yang lebih berwujud fisik, sehingga dapat dirasakan, dimainkan, dan diuji-coba.
  2. Dengan keberadaan sebuah prototype, maka akan didapatkan umpan balik yang maksimal baik dari klien maupun pengembang/desainer, sehingga dapat meminimalisir kegagalan dan kesalahan.
  3. Proses pembuatan prototype dapat memberikan gambaran kepada desainer/pengembang terhadap tingkat kesulitan dan kompleksitas proses produksinya.
  4. Keberadaan Prototype dapat mengurangi kesalah-pahaman antara klien maupun desainer.
  5. Keberadaan Prototype dapat menghemat waktu, tenaga, dan biaya, baik bagi klien maupun desainer.

Prototype sendiri dibagi menjadi 4 (empat) tipe berdasarkan tingkat kesesuaian dengan produk jadinya, yang distilahkan dengan Fidelity Level. Fidelity artinya seberapa dekat sebuah prototype dapat tampak dan berfungsi seperti produk akhirnya. Tipe-tipe tersebut adalah:

A. Low Fidelity

Biasanya hanya berupa coretan sketsa maupun konsep diatas kertas, maupun sekumpulan moodboard yang berguna untuk menganalisa konsep, user-flow, ataupun gambaran besar dari desain final yang ingin dituju.

B. Mid Fidelity

Prototype jenis ini sudah menggabungkan antara bentuk visual, model interaksi, fungsi sederhana, dan material pilihan pada tampilannya.

C. High Fidelity

Prototype jenis ini sudah memiliki lebih dari 80% tampilan dan fungsi yang sesuai dengan produk akhir yang diharapkan. High fidelity prototype berguna untuk menguji feedback konsumen/klien, user-experience, ketahanan produk, hingga detail ergonomi dari produk tersebut.

D. Mix Fidelity

Prototype jenis ini hanya memfokuskan pada satu atau beberapa dimensi dari fidelity, yaitu: tampilan visual, tingkat fungsionalitas, level interaktifitas, dan data model.

Pemilihan level fidelity yang tepat bagi prototype kalian tentu amat berguna bagi seorang desainer untuk dapat lebih mengefisienkan waktu, tenaga, dan biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan sebuah produk desain baru. Bagaimana cara menentukan fidelity yang tepat bagi produk kalian? Akan kita bahas di topik selanjutnya.

Baskoro Azis