Pada era ekonomi digital, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki peluang besar untuk berkembang melalui pemanfaatan teknologi. Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa tingkat penetrasi digitalisasi UMKM masih tergolong rendah. Harahap et al. (2025) menegaskan bahwa kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) memiliki potensi besar dalam membantu UMKM mengotomatisasi proses bisnis, menganalisis data konsumen, hingga meningkatkan efisiensi serta daya saing. Di sisi lain, studi mengenai transformasi digital pasca-pandemi memperlihatkan tren positif, yakni meningkatnya penggunaan e-commerce dan media sosial. Meskipun demikian, hambatan berupa rendahnya literasi digital dan keterbatasan infrastruktur tetap menjadi tantangan utama, terutama bagi pelaku usaha kecil.

Situasi serupa juga terlihat di Malang, sebuah kota yang tengah tumbuh sebagai pusat aktivitas UMKM. UMKM binaan Universitas Bina Nusantara misalnya, menunjukkan antusiasme untuk berkembang dan bertransformasi digital. Sayangnya, keterbatasan pengetahuan serta akses terhadap perangkat digital modern menjadi penghalang utama. Banyak pelaku UMKM belum memahami bagaimana memanfaatkan teknologi secara efektif, khususnya dalam pemasaran digital. Padahal, generasi konsumen saat ini—terutama anak muda—lebih banyak mengandalkan media sosial dalam menentukan pilihan belanja.

Instagram menjadi salah satu platform paling populer yang digunakan UMKM untuk menjangkau pasar muda. Akan tetapi, rendahnya kualitas konten pemasaran sering kali menjadi masalah yang mengurangi efektivitas promosi. Menurut Nasution & Lubis (2023), digital marketing berbasis AI dapat membantu pelaku usaha menganalisis perilaku konsumen, mempersonalisasi konten, serta mengotomatiskan kampanye pemasaran. Dengan demikian, UMKM dapat menghasilkan strategi yang lebih tepat sasaran dan berdampak signifikan terhadap engagement maupun penjualan.

Studi regional di Semarang mendukung temuan ini. Penelitian menunjukkan bahwa UMKM yang mulai mengadopsi chatbot dan analitik data mengalami peningkatan kualitas layanan pelanggan dan efektivitas kampanye pemasaran. Sayangnya, tingkat adopsi teknologi ini masih tergolong rendah karena kurangnya pendampingan. Hal tersebut memperlihatkan betapa pentingnya peran institusi pendidikan maupun komunitas lokal dalam mendorong pemanfaatan AI bagi UMKM.

Dalam konteks Malang, salah satu solusi konkret adalah melalui intervensi pelatihan pembuatan caption Instagram berbasis AI. Caption yang menarik, relevan, dan sesuai dengan perilaku konsumen terbukti dapat meningkatkan interaksi dan daya tarik konten. Pelatihan ini menjadi langkah awal yang realistis karena relatif mudah dipelajari, tidak membutuhkan investasi besar, dan cepat menunjukkan dampak positif terhadap engagement.

Kolaborasi antara universitas dan komunitas UMKM memegang peran penting dalam mewujudkan hal ini. Universitas dapat menyediakan keahlian dan teknologi terkini, sementara UMKM menyediakan konteks lapangan yang nyata. Transfer pengetahuan yang dilakukan secara langsung dan kontekstual akan membuat teknologi AI lebih mudah diterima dan diadopsi oleh para pelaku usaha. Dengan begitu, fondasi digital marketing berbasis AI dapat diperkuat, khususnya dalam skala komunitas.

Lebih jauh lagi, fokus pada caption Instagram bukan sekadar strategi jangka pendek, tetapi juga dapat membuka jalan bagi inovasi pemasaran digital yang lebih luas. Setelah terbiasa dengan AI untuk menulis caption, UMKM dapat melangkah ke tahap berikutnya seperti pemanfaatan analitik data, optimasi iklan, hingga integrasi dengan e-commerce. Pada akhirnya, intervensi sederhana ini bisa menjadi katalis yang mempercepat transformasi digital UMKM di Malang, sekaligus meningkatkan daya saing mereka di pasar yang semakin kompetitif.