Oleh: Sandy Poen | NIM 2702348695

Dosen Kelas : Irene Teresa Rebecca Hutabarat, S.MB., M.M.

Saya memulai perjalanan ini dengan penuh ketidakpastian, namun juga dibarengi dengan semangat dan harapan. Ketika pertama kali mencetuskan ide Volance, saya hanya memiliki gambaran besar: sebuah platform yang dapat menghubungkan individu dengan kegiatan sukarelawan di sekitar mereka, sekaligus membantu organisasi sosial menemukan sukarelawan yang tepat. Ide ini muncul dari pengamatan sederhana—banyak orang ingin terlibat dalam kegiatan sosial, tetapi tidak tahu harus mulai dari mana, sementara organisasi sering kesulitan menjangkau relawan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Di awal proses, keraguan menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Saya mempertanyakan apakah ide ini benar-benar dibutuhkan dan dapat diterima oleh pasar. Untuk menjawab keraguan tersebut, saya mulai melakukan riset pasar secara lebih mendalam. Saya mencoba memahami siapa pengguna Volance sebenarnya, apa yang mereka butuhkan, dan bagaimana platform ini bisa menjadi solusi yang relevan. Salah satu langkah penting yang saya ambil adalah berdiskusi dengan praktisi kewirausahaan. Dari sana, saya mendapatkan perspektif baru tentang pentingnya membangun solusi yang tidak hanya ideal secara konsep, tetapi juga berkelanjutan secara bisnis. Masukan mengenai pentingnya kemitraan dengan organisasi sosial dan keberlanjutan model bisnis menjadi titik pembuka wawasan saya.

Proses market validation berlanjut ketika saya membuka booth promosi di kampus BINUS. Pengalaman ini menjadi salah satu fase paling berharga karena saya dapat berinteraksi langsung dengan mahasiswa dan pihak-pihak yang tertarik dengan Volance. Saya mendengarkan berbagai tanggapan—mulai dari pertanyaan tentang relevansi kegiatan sukarelawan, hingga ide-ide tentang bagaimana aplikasi ini bisa diperkenalkan ke lebih banyak organisasi sosial. Antusiasme yang saya terima memberikan keyakinan bahwa Volance memiliki potensi dan tempat di pasar.

Namun, tantangan baru muncul ketika saya mulai masuk ke tahap pengembangan. Saya harus belajar banyak tentang bagaimana merancang aplikasi yang user-friendly dan memastikan setiap fitur dapat berjalan dengan baik. Proses ini dipenuhi dengan trial and error. Tidak jarang saya merasa frustrasi ketika sesuatu tidak berjalan sesuai rencana. Meski demikian, setiap kemajuan kecil—mulai dari penyempurnaan desain hingga perbaikan masalah teknis—memberikan rasa pencapaian yang besar dan memotivasi saya untuk terus melangkah.

Momen yang paling membekas bagi saya adalah ketika Volance mulai terlihat bukan hanya sebagai aplikasi, tetapi sebagai sebuah solusi nyata. Mendengar langsung cerita dari pengguna dan organisasi yang merasakan manfaat platform ini memberikan perspektif baru bagi saya tentang arti sebuah dampak sosial. Dari sini, saya menyadari bahwa ide yang sederhana, ketika dijalankan dengan konsisten dan tepat sasaran, dapat memberikan perubahan yang berarti.

Selama satu semester ini, saya juga belajar banyak tentang pengelolaan proyek, terutama dalam hal manajemen waktu, komunikasi, dan koordinasi dengan berbagai pihak. Proses membangun Volance mengajarkan saya bahwa kewirausahaan tidak hanya tentang kemampuan teknis, tetapi juga tentang empati, kolaborasi, dan kemauan untuk terus belajar. Setiap tantangan yang saya hadapi menjadi ruang untuk berkembang, baik secara profesional maupun pribadi.