Belajar Memvalidasi Ide di Lapangan: Refleksi Perjalanan Adiartha Wibisono Hasnan
Oleh: Adiartha Wibisono Hasnan | NIM 2702315236
Dosen Kelas : Irene Teresa Rebecca Hutabarat, S.MB., M.M.
Selama satu semester mengikuti mata kuliah Entrepreneurship, saya mendapatkan banyak pembelajaran berharga tentang bagaimana sebuah ide bisnis dibangun sejak awal hingga melalui proses validasi. Melalui bimbingan Ibu Irene Teresa Rebecca Hutabarat, saya mulai memahami bahwa membangun bisnis bukan hanya soal ide yang menarik, tetapi juga tentang bagaimana ide tersebut diuji dan diperbaiki berdasarkan realita di lapangan.
Saya juga sangat bersyukur dapat bekerja bersama tim yang solid dalam mengembangkan website EduVersal. Kerja sama dan tanggung jawab setiap anggota kelompok membuat proses yang dijalani terasa lebih ringan. Dari sini saya belajar bahwa tim yang suportif memegang peran penting dalam menjalankan sebuah proyek, terutama ketika menghadapi tenggat waktu dan berbagai tantangan.
Selama perkuliahan, saya memperoleh banyak pengetahuan baru, khususnya terkait Market Size. Saya belajar bagaimana menentukan Total Addressable Market (TAM), Serviceable Available Market (SAM), dan Serviceable Obtainable Market (SOM) untuk mengukur potensi pasar secara lebih realistis. Selain itu, penyusunan Business Model Canvas membantu saya memahami struktur bisnis secara menyeluruh—mulai dari value proposition, customer segments, hingga revenue streams. Proses ini membuat saya melihat sebuah ide bisnis dari sudut pandang yang lebih terstruktur.
Saya juga mempelajari E-Catalogue Commerce, yang membuka wawasan saya tentang bagaimana produk dipresentasikan dan dipasarkan secara digital. Untuk menyempurnakan produk, kami menggunakan Feedback Grid sebagai alat untuk mengelompokkan masukan pengguna. Dari sana, kami dapat mengetahui aspek mana yang perlu dipertahankan, diperbaiki, maupun dikembangkan lebih lanjut.
Pengalaman yang paling berkesan bagi saya adalah saat mengikuti GERBI di BINUS Alam Sutera pada 10 November. Hari itu, kami menjalankan app demo secara langsung kepada pengguna. Situasi di lokasi cukup menantang—tempat yang sempit, cuaca panas, dan rasa canggung saat harus mulai mendekati orang-orang untuk mencoba aplikasi kami. Awalnya, mencari responden terasa sulit. Namun, seiring berjalannya waktu, kami memberanikan diri untuk approach satu per satu hingga berhasil mengumpulkan sekitar 20 responden. Sebagian besar memberikan respons positif, sementara beberapa menyampaikan kritik yang cukup panjang. Justru dari kritik inilah saya belajar bahwa umpan balik jujur sangat penting untuk pengembangan produk. Kami pulang dengan rasa lega dan puas karena berhasil melewati tantangan tersebut.
Pengalaman berikutnya adalah saat mengikuti Binus Festival (BIFEST) pada 20 November. Saya datang ke kampus sejak pagi untuk melakukan persiapan booth. Meskipun posisi booth kami kurang strategis, kami tetap berusaha aktif dengan membagi peran—sebagian anggota berkeliling mencari pengunjung, sementara yang lain menjelaskan fitur-fitur EduVersal. Selama acara, kami kembali berhasil mendapatkan sekitar 20 responden. Walaupun melelahkan, pengalaman ini sangat berharga karena saya belajar bagaimana mempresentasikan produk secara langsung kepada publik dan menghadapi berbagai karakter pengunjung.
Melalui seluruh rangkaian pengalaman ini, saya menyadari bahwa proses belajar kewirausahaan tidak hanya terjadi di dalam kelas, tetapi juga saat terjun langsung ke lapangan. Saya belajar untuk lebih berani, terbuka terhadap kritik, dan memahami bahwa setiap masukan adalah kesempatan untuk memperbaiki diri dan produk. Semester ini menjadi pengalaman penting yang membentuk cara pandang saya terhadap proses membangun sebuah bisnis.
Comments :