Belajar Memahami Pasar dan Proses Produksi: Refleksi Perjalanan Putri Permatasari
Oleh: Putri Permatasari | NIM 2702260962
Dosen Kelas : Irene Teresa Rebecca Hutabarat, S.MB., M.M.
Selama satu semester mengerjakan proyek Beex dalam mata kuliah Entrepreneurship Market Validation, saya merasakan sebuah perjalanan yang benar-benar mengubah cara pandang saya terhadap ide bisnis. Di awal, ketika tim memutuskan untuk mengembangkan pembungkus makanan berbahan kain dan beeswax, saya tidak pernah membayangkan bahwa prosesnya akan sejauh iniābaik dari sisi validasi pasar maupun dari sisi produksi.
Salah satu hal yang paling membuka mata saya adalah antusiasme orang-orang terhadap Beex. Saat melakukan validasi, banyak responden justru menunjukkan ketertarikan karena produk seperti ini masih tergolong baru di Indonesia. Mereka menilai konsep Beex sebagai sesuatu yang segar, ramah lingkungan, dan unik. Hal yang sebelumnya saya kira akan menjadi kendala utama, seperti harga, ternyata tidak menjadi masalah besar. Sebagian besar responden merasa harga produk seperti Beex masih masuk akal, selama kualitas yang ditawarkan benar-benar sepadan. Mendengar respons tersebut membuat saya semakin yakin bahwa Beex memiliki potensi yang cukup besar.
Namun, di balik respons positif tersebut, ada sisi lain dari proyek ini yang tidak kalah menantang, yaitu proses produksinya. Karena Beex kami produksi secara homemade, saya benar-benar merasakan betapa rumitnya menghasilkan satu lembar pembungkus yang rapi dan konsisten. Mulai dari memotong kain agar ukurannya presisi, hingga proses pemanasan dan pelapisan beeswax, semuanya membutuhkan ketelitian dan kesabaran ekstra. Tidak jarang hasilnya terlalu tebal, terlalu tipis, atau harus diulang karena belum sesuai standar. Dari sini, saya belajar menghargai aspek produksi yang sebelumnya sering saya anggap hanya sebagai tahapan teknis.
Justru melalui proses produksi ini, saya semakin menyadari bahwa wirausaha bukan hanya tentang menemukan ide dan menjualnya, tetapi juga tentang memahami realitas operasional di balik sebuah produk. Pengalaman ini membuat saya sadar bahwa produk yang terlihat sederhana sering kali menyimpan proses yang jauh lebih kompleks di baliknya.
Peran kerja sama tim juga sangat terasa sepanjang perjalanan ini. Kami saling membagi tugas, saling mengingatkan, dan saling membantu ketika proses produksi mulai terasa melelahkan. Perbedaan pendapat mengenai bahan atau metode justru membuka ruang diskusi yang membuat kami melihat Beex sebagai sebuah proyek yang nyata, bukan sekadar tugas perkuliahan.
Pada akhirnya, satu semester ini mengajarkan saya bahwa validasi pasar dan proses produksi adalah dua hal yang sama pentingnya. Respons positif dari calon pengguna memberikan semangat, sementara proses produksi yang menantang mengajarkan ketelitian, komitmen, dan konsistensi. Beex mungkin belum sempurna, tetapi pengalaman memvalidasi sekaligus membuat produk ini dengan tangan sendiri menjadi pelajaran berharga yang membuat saya merasa lebih siap menghadapi tantangan kewirausahaan di masa depan.
Comments :