Theory of the Firm (1)
adalah (beberapa) kajian yang mentesiskan bagaimana organisasi menggabungkan dan mengorganisasikan berbagai sumber daya yang ia miliki dengan tujuan untuk memproduksi barang / jasa untuk dijual, terutama untuk memenuhi keinginan konsumen (Spulber, 2009). Perusahaan membeli dan mengoordinasikan layanan faktor-faktor produksi seperti tanah dan bangunan, tenaga kerja, atau jenis modal lain untuk memproduksi komoditas dan menjualnya di pasar untuk konsumen (Kantarelis, 2017). Perusahaan dikendalikan oleh pengusaha yang mengambil keputusan-keputusan besar seperti apa yang harus diproduksi, lokasi produksi, bagaimana dan berapa banyak yang akan diproduksi, siapa yang harus menjual dan berapa harganya.
Jika perusahaan adalah pihak yang memutuskan, maka industri adalah serangkaian perusahaan yang memproduksi barang-barang homogen dan tersebar di wilayah yang luas. Ciri atau karakteristik yang terlihat adalah bahwa industri menghasilkan produk yang homogen (Lipsey & Chrystal, 2016). Jenis produk atau substitusi yang sama menggunakan bahan baku umum, proses serupa, dan memiliki kebijakan perdagangan serta layanan yang sama.
Tujuan perusahaan itu sendiri adalah untuk mengoptimalisasi laba, memaksimalkan penjualan, meningkatkan harga saham, membangun reputasi bisnis yang baik, stabilitas keuangan dan likuiditas, memelihara hubungan kerja yang baik, kepuasan kerja, waktu luang, dan ketenangan pikiran. Berbicara tentang optimasi laba, teori-teori tersebut berasal dari kelompok neo-classical marginalist Theory of the Firm (Holcombe, 2009).
Perhatian utama dari teori-teori tersebut adalah untuk memprediksi keputusan harga dan hasil yang optimal, dengan harapan dapat memaksimalkan laba perusahaan. Keputusan-keputusan ini berkaitan dengan berbagai bentuk struktur yang kompetitif dari persaingan murni (sempurna) di satu ujung spektrum ke monopoli di ujung spektrum lainnya (Holcombe, 2009).
Teori-teori yang didasarkan pada tujuan untuk memaksimalkan laba menunjukkan bahwa perusahaan berusaha untuk membuat perbedaan antara total pendapatan (atau sales receipt) dan total biaya (outgo) sebesar mungkin. Menurut model tersebut, perusahaan berusaha untuk memaksimalkan nilai sekarang yang telah mengalami pemotongan (discounted present value). Untuk sampai pada perkiraan nilai perusahaan sekarang yang telah mengalami potongan, perusahaan mengurangi laba di masa depan dengan faktor diskon atau berat, untuk membuat laba di masa depan sebanding dengan laba sekarang. Sebuah perusahaan memaksimalkan laba ketika, dengan memproduksi dan menjual satu unit lagi, akan menambah lebih banyak pendapatan ketimbang biaya (Lipsey & Chrystal, 2016).
Dari hipotesis di atas, ada dua alasan penting untuk memaksimalkan laba. Pertama, di sebuah perusahaan dengan pemilik tunggal, di mana pengusaha adalah pemilik sekaligus manajer, memaksimalkan laba akan memaksimalkan pendapatan pribadinya. Hingga batas tertentu, hal ini dianggap sebagai perilaku rasional, terlepas dari struktur pasar (atau sifat dari persaingan itu sendiri).
Published at :