Survival Usaha
Memahami alasan mengapa ada beberapa perusahaan yang dapat bertahan saat yang lain gagal merupakan pertanyaan utama dari penelitian manajemen strategis. Memang, banyak yang menganggap survival usaha sebagai indikator klasik performa perusahaan. Dengan demikian, penelitian mengenai survival usaha sangatlah luas. Sayangnya, informasi mengenai penelitian ini tersebar dan terpisah ke berbagai tema. Dalam ulasan tentang survival dan kegagalan perusahaan, tiga tahap pengembangan perusahaan: penciptaan usaha baru, unit bisnis tunggal, dan perusahaan yang terdiversifikasi (Josefy, Harrison, Sirmon, & Carnes, 2017).
Oleh karena itu, literatur mengenai survival usaha memiliki urutan serta ada upaya untuk mengklarifikasi perbedaan konsep dari tiap peneliti. Khususnya, perbedaan aliran yang ada, mencerminkan kerangka konstruksi yang berlapis, termasuk di dalamnya tiga dimensi: operasi, kepemilikan, dan solvabilitas (Josefy et al., 2017). Mengidentifikasi dimensi-dimensi ini menambah kejelasan saat meninjau literatur serta pemahaman atas keputusan yang harus diambil untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik pada survival usaha.
Di seluruh artikel, survival usaha umumnya mengacu pada keberlanjutan keberadaan suatu perusahaan, sedangkan kegagalan mengacu pada pembubaran perusahaan. Namun, penelitian menunjukkan bahwa mungkin ada sejumlah variasi pada fenomena ini dengan implikasi berbeda bagi perusahaan. Hal ini terbukti oleh beragam istilah yang digunakan para peneliti untuk merujuk pada kegagalan perusahaan, termasuk mortalitas (Nijmeijer, Fabbricotti, & Huijsman, 2014), kematian (Glenn & Agarwal, 2007), market exit (Barnett & Freeman, 2001), dan kebangkrutan (Ucbasaran, Shepherd, Lockett, & Lyon, 2013).
Memang, kegagalan digunakan untuk mencerminkan sejumlah makna selain penghentian operasi, seperti kebangkrutan atau diskontinuitas kepemilikan (Ucbasaran et al., 2013). Demikian pula, banyak referensi penelitian kelangsungan hidup dan / atau kegagalan bisnis dalam konteks perusahaan yang mengalami turnaround (Trahms, Ndofor, & Sirmon, 2013). Namun, strategi turnaround digunakan untuk meningkatkan performa di bawah kondisi yang beragam, tidak hanya ketika perusahaan menghadapi pembubaran (Josefy et al., 2017).
Ketika berfokus pada perusahaan yang tidak terintegrasi, atau unit bisnis tunggal, kelangsungan operasi telah menjadi konsep dominan untuk mempertahankan keberlangsungan hidup bisnis (Haveman & Khaire, 2004). Perusahaan, pada tahap ini, paling dekat dengan asumsi tradisional dari literatur penelitian mengenai kelangsungan hidup dan kegagalan bisnis. Secara khusus, unit bisnis tunggal berbeda dari usaha baru karena mereka seringkali merupakan entitas yang secara konsep berbeda dari pendiri dan / atau manajer mereka dan berbeda dari perusahaan yang terdiversifikasi karena mereka tidak terlibat dalam corporate-level portfolio strategies di berbagai pasar atau produk yang berbeda.
Selanjutnya, unit bisnis tunggal seringkali tidak lagi menjadi subyek liabilitas atas peran mereka yang masih baru terhadap perusahaan maupun ukuran mereka yang kecil, tetapi mereka belum memiliki struktur birokrasi besar yang bisa dikaitkan dengan liabilitas ukuran mereka yang besar dan inersia perusahaan yang sangat beragam (Villanueva-Villar, Rivo-López, & Lago-Peñas, 2016). Mengingat kesesuaian unit bisnis tunggal dengan asumsi teoretis kelangsungan hidup bisnis sebagai hal yang diinginkan dan absolut, sebagian besar literatur penelitian mengenai kelangsungan hidup bisnis berfokus, baik secara eksplisit atau implisit, pada kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang di tahap pengembangan ini. Penelitian sering ditandai oleh konteks yang unik, sehingga industri yang diteliti didominasi oleh (jika tidak secara eksklusif terdiri dari) unit bisnis tunggal. Beberapa contoh industri ini termasuk industri hotel Manhattan (Ingram & Baum, 1997) dan pabrik bir di sebagian besar sejarah Amerika Serikat (Le Mens, Hannan, & Pólos, 2009).
Kegagalan seringkali menjadi tema utama yang menyatukan literatur penelitian kewirausahaan dan manajemen strategis. Kedua literatur penelitian menilai kelangsungan suatu entitas dan berusaha untuk menentukan anteseden dari kelangsungan hidup dan kegagalan bisnis. Namun, luasnya cakupan karya penelitian telah menyebabkan terpisahya referensi literatur penelitian ke beberapa tema yang berbeda. Tinjauan ini bekerja secara berbeda di tiga tahap pengembangan: usaha baru, perusahaan industri tunggal, dan perusahaan yang terdiversifikasi. Lebih jauh, kelangsungan hidup dan kegagalan bisnis merupakan dua sisi koin yang sama. Perbedaan yang cukup signifikan kemudian muncul ketika mengevaluasi kelanjutan atau penghentian bisnis, yang menyorot tiga dimensi survival usaha, yaitu operasi, kepemilikan, dan solvabilitas (Josefy et al., 2017).
Published at :