Laporan Seminar Bifest Desember 2019 – SociopreneurID
SociopreneurID didirikan untuk mempromosikan dan menumbuhkan kewirausahaan sosial di Indonesia melalui berbagai kegiatan untuk memelihara pertumbuhan para pemimpin dengan pola pikir wirausaha dalam bisnis, pemerintahan, akademisi, dan sosial budaya. Heru Wijayanto Aripradono adalah seorang praktisi dan akademisi yang memulai karirnya dalam bidang sistem informasi. Kemudian, dengan adanya pengalaman dan pendidikan yang dialami dalam hidupnya dapat menginspirasi beliau untuk mengembangkan SociopreneurID, sehingga beliau dikenal sebagai Co-Founder dan Operation Manager. Heru dalam mendirikan SociopreneurID ini tidak hanya menguntungkan bagi dirinya sendiri atau timnya, akan tetapi juga dapat menguntungkan dan berharap membawa kemajuan bagi masyarakat sekitar. Misi dari SociopreneurID dalam mendorong pertumbuhan kewirausahaannya di Indonesia, yaitu berfokus pada empati yang menerapkan pemikiran untuk mengembangkan program yang dapat menangani berbagai kendala yang dialami oleh setiap orang.
Dewasa ini, dunia sudah memasuki revolusi industri keempat yang ditandai dengan majunya era teknologi digital. Menurut sudut pandang sociopreneur terhadap revolusi industri keempat, yaitu dengan majunya era teknologi sekarang ini bukan hanya tentang teknologi saja, namun ini semua tentang masyarakat. Maksud dari pernyataan tersebut adalah sociopreneur menganggap bahwa teknologi hanya sebagai alat saja untuk memfasilitasi perkembangan hidup manusia, namun disamping itu juga menyangkut manusia dan masyarakat. Sehingga, dapat dikatakan bahwa sociopreneur mencakup tiga komponen yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam membantu masalah-masalah yang dihadapi oleh setiap orang, yaitu teknologi, manusia, dan masyarakat.
Sociopreneur dapat muncul karena adanya target, yaitu masalah yang dialami oleh setiap orang. Dalam menangani berbagai kasus, tentunya tantangan bagi sociopreneur adalah memegang peran sebagai agen perubahan pada sektor sosial. Para agen perubahan wajib untuk bisa mengadopsi suatu misi yang dapat menciptakan nilai sosial, dapat menciptakan secara konstan berbagai oportunitas dalam mencapai misinya, dapat menggunakan proses inovasi berkelanjutan, dapat mencapai misi walaupun ada keterbatasan sumber daya, dapat menjunjung akuntabilitas aktivitas yang dilakukan terhadap orang-orang yang dilayani serta dampak yang dihasilkan, dan yang terpenting dari semuanya adalah dimulai dengan adanya rasa empati. Sehingga, peran dari agen perubahan tersebut dapat memenuhi dasar-dasar sociopreneur itu sendiri, yaitu menciptakan hidup yang lebih baik untuk diri sendiri dan lingkungan sekitar.
Bill Drayton merupakan Bapak Kewirausahaan Sosial Dunia. Ia merupakan tokoh social entrepreneurship yang mendirikan organisasi Ashoka Foundation. Bill Drayton mendirikan organisasi Ashoka Foundation yang bertujuan untuk memberi dukungan pengembangan social entrepreneurship. Ashoka memiliki misi untuk memperkuat sektor masyarakat sipil melalui pendekatan kewirausahaan sosial. Ashoka mempercayai bahwa sektor sosial yang produktif, berjiwa, dan berdaya saing dapat menciptakan lingkungan, dimana setiap orang dapat membawa perubahan. Hal penting yang dibutuhkan oleh masyarakat adalah solusi inovatif yang dihasilkan dari para wirausaha sosial. Oleh karena itu, organisasi Ashoka menggalang dukungan masyarakat untuk menanamkan investasi sosial bagi identifikasi, seleksi, dan dukungan kepada wirausaha sosial melalui solusi inovatif dan organisasinya.
Tokoh social entrepreneurship, Pak Ujang. Pak ujang menciptakan lampu Limar atau Listrik Mandiri Masyarakat. Awal mula penemuan lampu Limar, dimulai dari keprihatinan Pak Ujang akan tempat tinggalnya yang masih belum teraliri listrik, sehingga ia berinisiatif untuk menciptakan lampu penerangan bagi warga. Lampu Limar menggunakan aki dan memiliki kekuatan lampu 60 watt, namun cahaya yang dihasilkan sama dengan lampu yang memiliki kekuatan 600 watt.
Illac Diaz seorang tokoh social entrepreneur dari Filipina. Illac mendirikan MyShelter Foundation pada tahun 2006. MyShelter Foundation merupakan sebuah pusat penelitian untuk arsitektur alternatif, dimana mereka menggunakan botol dan bambu untuk pembangunan kembali rumah-rumah dan sekolah setelah terjadinya bencana alam. Illac Diaz melihat komunitas yang telah hancur dan memiliki kemampuan untuk membangun kembali, apabila mereka diberi sarana dan metode yang tepat. Komunitas tersebut menggunakan obat-obatan lokal dan mereka menemukan cara untuk membangun kisi-kisi rumah. Selain itu, mereka membuat sistem perairan, membangun gubuk dan kain terpal. MyShelter Foundation menggunakan pengetahuan ini untuk arsitektur alternatif, energi, air, dan makanan, dan inilah awal mula dari munculnya Liter of Light. Setiap orang dapat membuat dan memperbaiki lampunya sendiri, selain itu lampu ini dapat menambah pendapatan masyarakat. Penemuan ini, sangat berarti untuk warga Filipina yang kurang mampu dan tidak memiliki penerangan di dalam rumahnya. Selain itu, penemuan Liter of Light dapat membantu untuk mengurangi dan mendaur ulang sampah plastik yang bertumpuk.
Tokoh sociopreneur berikutnya berasal dari Inggris, Anders Wilhemson dan Camilla Wirseen. Mereka menciptakan suatu inovasi yang berkomitmen untuk mengatasi krisis sanitasi global yang dikenal dengan istilah PeePoople. PeePoople diciptakan pada tahun 2006 di Swedia karena mereka melihat keadaan sanitasi yang cukup memprihatinkan saat berkunjung ke Kenya, sehingga PeePoople tercipta untuk lebih memahami masalah yang dihadapi dalam meningkatkan sanitasi di Kenya dan memberikan solusi sanitasi berkelanjutan. PeePoople merupakan “toilet terbang” yang inovatif bagi pengguna dan lingkungan sekitarnya, barang ini diciptakan agar semua orang yang berkeinginan memiliki akses ke sanitasi yang lebih higienis. Produk ini memenuhi harapan dan manfaat bagi pengguna dalam menjaga keadaan sanitasi, selain itu PeePoople merupakan produk biodegradable, jika setelah digunakan dapat berfungsi sebagai penghasil pupuk yang dapat menjaga dan meningkatkan sanitasi lingkungan sekitar dengan layak secara ekonomi.
Berikutnya, tokoh sociopreneurship asal Indonesia yang bernama Tri Mumpuni. Beliau dikenal karena jasanya yang memerdekakan masyarakat di beberapa wilayah terpencil di seluruh Indonesia dengan memanfaatkan tenaga air menjadi sumber listrik. Awal mula terciptanya ide tersebut adalah kesadaran bahwa Indonesia memiliki sumber air yang berlimpah, sehingga terlintas dalam pikirannya air yang melimpah tersebut dapat diberdayakan sebagai sumber energi untuk wilayah-wilayah yang masih belum dapat dijangkau oleh PLN. Atas pemikirannya yang cemerlang itu, beliau berhasil mewujudkan idenya dalam menciptakan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) untuk masyarakat terpencil yang awam dengan lampu.
Oleh : Chintya P.W
Published at :