5 Kekuatan Porter dalam Anilisis Nilai Jual Produk
5 Kekuatan Porter dalam Anilisis Nilai Jual Produk
Oleh: Kusumah AP. – D5485
Nilai jual atau Value Proposition dapat menjadi faktor pembeda dari suatu bisnis terhadap bisnis lainnya dan merupakan faktor penentu bagi pelanggan untuk tertarik atau berpaling dari produk tersebut. Sebelum menentukan kepastian nilai jual suatu produk dan memasuki arena bisnis, tidak ada salahnya seorang entrepreneur melakukan analisis terhadap bisnis yang hendak dilakukan. Salah satu alat yang bisa dilakukan untuk menganalisis kompetisi dalam memasuki industri adalah Lima Kekuatan Porter (5 Forces of Porter). Lima Kekuatan Porter yang merupakan buah pikiran dari Michael Porter adalah alat untuk memahami daya saing lingkungan bisnis, dan untuk mengidentifikasi potensi keuntungan dari strategi bisnis.
Daya saing pertama adakah persaingan antar bisnis pesaing. Daya saing ini merupakan kekuatan terbesar dari lima kekuatan kompetitif lainnya. Seorang entrepreneur dapat menentukan nilai jual suatu produk pada beach head market dengan menganalisis banyaknya pesaing bisnis yang akan dijalankan dalam radius yang mampu dilayani. Jika ternyata banyak pesaing bisnis, maka strategi bisnis akan dapat berhasil hanya jika memberikan keunggulan kompetitif dibandingkan dengan pesaing yang dapat dilakukan dengan cara menurunkan harga, meningkatkan kualitas, menambahkan fitur produk, menyediakan layanan yang sangat memadai, memperpanang garansi, dan meningkatkan pemasaran Atau, seorang entrepreneur dapat memilih strategi laut biru (blue ocean strategy) dengan memulai bisnis yang tidak terdapat pada beach head market yang dituju.
Daya saing selanjutnya yang perlu dianalisis adalah ancaman masuknya pesaing baru. Semakin mudah suatu bentuk bisnis baru masuk ke suatu industri tertentu, maka intensitas persaingan bisnis akan semakin meningkat. . Hambatan bagi masuknya pesaing dalam suatu bisnis dapat berupa pemodalan yang besar, kurangnya pengalaman, lokasi yang kurang menguntungkan, ketersediaan bahan baku, kebutuhan akan pengetahuan khusus, penguasaan teknologi, adanya kekuatan merek, adanya hak paten, perkiraan pencapaian skala ekonomi, loyalitas konsumen pada pesaing bisnis, kurangnya saluran distribusi, dan besaran potensi pasar. Seorang entrepreneur dapat menentukan apakah bisnis yang akan dijalani dalam suatu industri merupakan bisnis yang mudah didirikan atau merupakan bisnis yang membutuhkan pertimbangan panjang dengan segala hambatan yang perlu diatasi. Seorang entrepreneur dapat memilih strategi laut biru dengan memulai bisnis dengan penawaran nilai jual produk yang unik pada beach head market dengan prediksi hambatan yang bisa diatasi.
Daya saing ketiga yang perlu diperhatikan adalah ancaman keberadaan produk pengganti. Keberadaan produk pengganti tidak bisa dikendalikan, dan akan sangat berpengaruh apabila produk pengganti tersebut memiliki harga yang lebih rendah bersamaan dengan biaya peralihan konsumen yang juga rendah. Bisnis mungkin akan mengalami kesulitan apabila seorang entrepreneur menerapkan strategi laut merah, sementara bisnis yang baru muncul menerapkan strategi laut biru dengan nilai jual yang berbeda tanpa harus berhadapan langsung (head to head). Seorang entrepreneur dapat memulai bisnis yang mampu bersaing dengan mengatasi keberadaan produk pengganti dengan memberikan penawaran keunggulan nilai jual produk, keberlangsungan akan keberadaan produk, dan persaingan harga yang dapat mempengaruhi besarnya biaya peralihan konsumen.
Daya saing selanjutnya adalah berupa daya tawar pemasok. Tidak ada bisnis yang tidak membutuhkan pemasok, bahkan Alexander Osterwalder & Yves Pigneur dalam buku yang berjudul Business Model Generation, mengistilahkan pemasok dengan kemitraan utama/kunci (key partnership), yang merupakan salah satu bagian dari blok kanvas model bisnis (Business Model Canvas). Jalannya suatu bisnis dipengaruhi jumlah pemasok, atau biaya peralihan (swiching cost) ke bahan mentah lain. Banyak bisnis membentuk kemitraan strategis dengan memilih pemasok dalam upaya mengurangi persediaan biaya logistik, mempercepat ketersediaan bahan baku, meningkatkan kualitas bahan baku, dan mengurangi tingkat kecacatan bahan baku. Seorang entrepreneur dapat menentukan nilai jual produk dari bisnis yang hendak dijalankan berdasarkan kelangsungan bahan bakunya.
Daya saing terakhir yang perlu diperhatikan adalah berupa daya tawar konsumen. Penentuan konsumen adalah juga bagian penting dari suatu bisnis bersamaan dengan nilai jual produk. Dalam buku Value Proposition Design (oleh Alexander Osterwalder, Yves Pigneur, Gregory Bernarda, Alan Smith), beberapa yang dibahas dari sisi konsumen adalah penentuan kebutuhan yang hendak dilayani, penderitaan yang hendak diatasi, dan harapan yang hendak dicapai. Pembahasan-pembahasan tersebut dapat menjadi dasar dalam menentukan nilai jual yang hendak diberikan dengan mengetahui cara mengatasi penderitaan konsumen, dan bagaimana memenuhi harapan konsumen. Dengan mengetahui hal tersebut, seorang entrepreneur dapat mempengarui daya tawar konsumen dengan memberikan nilai jual yang tepat karena konsumen justru dapat mempengaruhi jalannya suatu bisnis ketika :
- harga dianggap sesuai dengan tingkat kemampuan terhadap penawaran nilai jual produk yang diberikan,
- konsumen mengetahui informasi yang lengkap mengenai nilai jual produk, harga, biaya, dan standarisasi,
- diketahui besar atau kecilnya biaya peralihan bagi konsumen,
- konsumen berubah menjadi pelanggan ataupun sebaliknya.
Analisis daya saing yang dilakukan dapat membantu pebisnis untuk memahami strategi yang tepat ketika hendak memulai suatu bisnis agar dapat berjalan dan berkembang. Namun sebanyak apapun strategi yang dipelajari, suatu bisnis tidak akan berjalan dan berkembang jika tidak dimulai. Manfaatkan analisis sebagai dasar untuk memperkuat niat membuka usaha, bukan sebagai wacana saja.
Published at :