MEMAHAMI BELAJAR ENTREPRENEURSHIP DI PERGURUAN TINGGI
Spirit of Entrepreneurship
(Bagian 5)
Berikutnya ada mahasiswa yang berani bertanya: “Pak, bagaimana caranya menghilangkan stress?”, Pak Paulus menjelaskan bahwa stress tersebut terjadi akibat sesuatu yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataannya, beliau mencontohkan seorang mahasiswa yang nilai ujiannya mendapat nilai D kemudian stress, kenapa harus stress kalau mata kuliah tersebut tidak disenangi, terima saja kalau betul mata kuliah tersebut tidak disenangi wajar saja dapat D, kenapa harus stress.
Mahasiswa lainnya bertanya, boleh nggak pak, saya mempunyai cita-cita yang tinggi sekali, karena banyak temen-temennya meledek, “ realistis aja masa cita-cita lu.. setinggi itu katanya”. Pak Paulus sebelum menjawab bertanya lagi kemahasiswa, kamu agamanya apa?, Islam jawab mahasiswa, suka menjalankan sholat 5 waktu?, kadang-kadang pak, oh…kamu harus menjalankan kalau kamu mempunyai cita-cita yang tinggi jawab Pak Paulus, kemudian beliau melanjutkan penjelasannya, kita harus mempunyai cita-cita setinggi langit, itu sama dengan tujuan hidup, namun harus mulai ditulis dan ditargetkan dengan jelas, misalnya tulis apa saja yang kamu inginkan tanpa melihat kondisi saat ini, tulis saja yang terlintas dibenak pikiran anda, tulis berdasarkan nomor urut, kemudian lihat kembali apabila yang kamu tulis tersebut berdasarkan nomor urut bisa terlaksana dan tercapai, berarti nomor urut lainnya otomatis terlaksana, terus urutkan sampai ketemu 1 cita-cita yang jelas sehingga apabila tercapai, cita-cita lainnya akan otomatis tercapai. Dan itulah pekerjaan rumah yang harus dibuat sebelum nanti kita ketemu untuk diskusi lagi, ok?. Siap pak jawab mahasiswa.
Mahasiswa yang bercita-cita ingin mengubah dunia bertanya, Pak Paulus, apakah seorang “atheis” akan sukses atau apakah ada kaitannya antara kesuksesan dengan Tuhan. Pak Paulus menjelaskan pengertian atheis adalah tidak percaya adanya Tuhan, berdasarkan kayakinan saya, kata Pak Paulus, bahwa kesuksesan tersebut sangat tergantung kepada keyakinan terhadap Tuhan, apakah kamu beragama Budha?, Kristen?, Pak Paulus bertanya lagi, saya Khonghuchu pak, tapi saat ini kadang-kadang saya mendekati atheis mahasiswa tersebut jujur menjawab, Pak Paulus yang beragama Kristen melanjutkan penjelasan bahwa pada dasarnya semua agama sama tujuannya, yaitu menuju sesuatu kekuatan atau power yang Maha yaitu Tuhan, kalau di Islam menyebutnya Tuhan itu “Alloh”, kalau Kristen “Allah” dan seterusnya, Pak Paulus mencoba menuliskan ilustrasi sederhana di whiteboard sebagai berikut
Lingkaran menggambarkan suatu power atau kekuatan atau Tuhan. Garis menggambarkan agama, kalau di agama Islam memakan daging babi dan bir haram hukumnya atau dengan kata lain ditilang karena tidak sesuai SIM, tetapi kalau di agama Kristen halal, Pak Paulus memberikan penjelasan lebih detail dengan ilustrasi lainnya, kalau anda mempunyai SIM (Surat Izin Mengemudi) di Indonesia kemudian di pakai di Amerika, kemudian melanggar aturan lalu lintas tentu akan ditilang, meskipun kamu memperlihatkan SIM, kata polisi Amerika, ini di Amerika man!..(Pak Paulus menirukan gaya polisi Amerika), karena di Amerika berbeda aturannya dengan di Indonesia. Di Indonesia pengemudinya di kanan sedangkan di Amerika di sebelah kiri. Kesimpulannya setiap pemeluk agama harus menjalankan sesuai dengan aturan agamanya dan semua agama akhirnya menuju ke satu tujan atau arah jalan atau sebuah garis menuju kepada Tuhan, dan Kau… jadilah penganut Konghuchu yang baik dan taat, baik pak, kata mahasiswa yang tadi bertanya.
Published at :