Pilih Bukan karena Uang Melainkan Karakter (Catatan Pilkada Serentak 9 Desember 2020)

Dr. Frederikus Fios (Manager Character Building Development Center, Binus University – Jakarta)

 

“Bagaimana mungkin Anda mengaku tidak paham politik dan uang? Anda paham menggunakan senjata kan? Uang adalah ‘senjata’, politik adalah ‘mengetahui kapan waktu yang tepat untuk menarik pelatuknya’” – Don Lucchesi, saat bicara pada Vincent Corleone dalam ‘The Godfather III’.

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di Indonesia akan digelar pada 9 Desember 2020. Para calon pemimpin kepala daerah sudah masyarakat ketahui melalui sosialisasi media. Debat pun sudah berlangsung. Kampanye pun sudah dilaksanakan. Pemaparan visi, misi, program dan strategi untuk membangun sudah disosialisasikan kepada khalayak publik masing-masing daerah. Kini masyarakat tinggal menghitung hari saja untuk menjatuhkan pilihan pada figur pasangan calon (paslon) yang bertarung dalam pesta demokrasi 9 Desember mendatang.

Pemilih rasional sangat diharapkan dalam ajang Pilkada. Biasanya pemilih rasional akan memperhatikan beberapa hal penting di antaranya: mengetahui track record calon kepala daerah, mengenal karakter calon pemimpin, mengenal visi misi dan program kerja, mengetahui situasi dan kondisi daerah, mengenal persoalan daerah, dan apa yang sungguh dibutuhkan dan terbaik untuk daerah masing-masing.

Di atas kertas, saya sangat yakin semua visi-misi-program para paslon tentu sudah disusun dengan baik dan bertujuan akhir untuk mensejahterakan masyarakat atau menciptakan bonum commune (kebaikan bersama) bagi masyarakat itu sendiri.  Tinggal bagaimana sekarang masyarakat bisa memilih dengan baik dan tepat.

  • Jadilah Pemilih Rasional

Pemilihan kepala daerah merupakan suatu keputusan politik yang penting untuk kemajuan daerah 5 tahun mendatang. Oleh karena itu dalam memilih, para pemilih atau masyarakat das sollen (seharusnya) memilih dengan berdasarkan nalar sehat. Memilih dengan nalar sehat artinya memilih dengan menggunakan prinsip-prinsip rasionalitas: logis, objektif, faktual, independen, bebas, jujur, taat nurani, adil, dan otonom dalam memilih.

Pemilih yang rasional tidak akan dipengaruhi dengan cara apapun, oleh kekuatan apapun, termasuk rayuan gombal uang atau money politic yang biasanya marak sekali menjelang Pilkada. Pemilih rasional harusnya menempatkan dirinya sebagai SUBJEK yang menentukan dan bukannya objek yang ditentukan. Subjek yang menentukan artinya, ia tidak bisa dipengaruhi dengan kekuatan uang ataupun kekuatan hegemonik lainnya yang intervensif-intimidatif. Pemilih yang rasional adalah SUBJEK yang menjaga kesucian diri, menjaga keutuhan diri, menjaga kemurnian pilihannya dalam memilih. Ia menghargai dirinya, tidak terpengaruh oleh godaan uang dari Paslon atau tim sukses Paslon yang memberikan sejumlah uang.

Pemilih rasional akan memilih pemimpin karena pikiran dan hati nuraninya sendiri, bukan karena diberi uang. Kalau memilih karena uang, maka ia sudah merendahkan dirinya sendiri. Ia pun tidak menghargai dirinya sendiri, karena menempatkan dirinya sebagai objek dan bukannya SUBJEK. Ia menempatkan dirinya bukan sebagai tuan dan raja melainkan hamba bahkan budak. Ini posisi di titik nadir yang memprihatinkan.

  • Jaga Kesucian Hati

Pemilih yang rasional juga adalah tuan atas dirinya sendiri. Ia menjadikan dirinya sebagai raja yang kukuh berdiri di atas prinsip dan nilai kebenaran akal budi serta hati nurani yang jujur  dan bening suci. Ketika ia memilih karena diberi uang, ia tidak suci lagi sebagai pemilih yang menjadi tuan atas dirinya sendiri. Ia seharusnya memiliki budaya malu pada dirinya sendiri maupun orang lain. Ia harus menjaga kesucian dan sakralitas dirinya dengan menolak politik uang atau money politic.

Memilih karena diberi uang, artinya pemilihnya masih anak-anak dan bukan orang dewasa. Dan moralitasnya pun masih moralitas anak-anak. Karena, mengutip pemikiran Korlberg, anak-anak biasanya melakukan suatu perbuatan karena mendapatkan reward atau hadiah. Anak-anak pun melakukan perbuatan karena takut ancaman atau punishment. Apakah para pemilih dalam Pilkada 9 Desember itu anak-anak? Tentunya bukan, karena anak-anak (0-9 tahun) tidak ikut memilih sesuai dengan persyaratan undang-undang Pemilu kita.

  • Jaga Kualitas Demokrasi

Pemilu itu juga momen yang baik untuk meningkatkan kualitas demokrasi kita. Kualitas demokrasi Indonesia akan semakin bagus dan baik jika masyarakat pemilih memposisikan dirinya sebagai SUBJEK dalam memilih. Ketika pemilih menempatkan diri sebagai subjek pemilih, maka ia akan memilih nilai-nilai yang baik. Nilai-nilai yang baik itu artinya ia menjaga marwah dirinya sebagai penguasa sesungguhnya. Penguasa sesungguhnya bukan para calon pemimpin kepala daerah, namun masyarakat pemilih itu sendiri. Karena demokrasi adalah kekuasaan ada di tangan rakyat. Demokrasi itu kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.  Dalam memilih, rakyat seharusnya menunjukkan jati dirinya sebagai penguasa yang sejati atas dirinya sendiri, dan bukan dikuasai oleh para calon pemimpin/kepala daerah yang membual janji kosong dalam ajang kampanye.

Kita perlu berpikir bahwa uang tidak menentukan demokrasi., Demokrasi yang sejati di negeri ini harus dibangun di atas dasar rakyat pemilih yang cerdas, yang menjunjung tinggi nilai demokrasi, kebebasan dan tanggung jawab dalam memilih saat  Pilkada.

Jika kita mau menjaga kualitas demokrasi kita, kita harus setia dan berani untuk memilih bukan karena uang. Memilih karena uang akan merusakkan kualitas demokrasi itu sendiri. Karena demokrasi itu bukanlah tentang uang, melainkan tentang bagaimana kita memilih sesuai dengan penuh kesadaran diri, kebebasan, rasionalitas, kejujuran, etika dan nilai-nilai umum universal bagi kebaikan bersama seluruh anggota masyarakat.

Kita tidak bersikap demokratis jika kita memilih karena uang. Dan jujur saja, memilih karena uang itu dengan sendirinya membunuh roh demokrasi itu sendiri. Karena roh demokrasi itu, sejatinya, ada pada kebebasan rakyat itu sendiri dalam memilih sesuai dengan kebebasan hati nuraninya sendiri.

  • Pilih Calon Kepala Daerah yang Berkarakter

Sebagai pemilih yang baik, kita tentu juga akan memilih calon pemimpin yang baik. Pemilih yang baik akan memilih pemimpin sesuai dengan standar/kriteria nilai-nilai kebaikan yang mengkristal di dalam dirinya. Kalau rakyat memilih pemimpin yang tidak berkarakter baik sesuai dengan nilai yang dianutnya, maka ia mengkhianati dirinya sendiri. Ia melecehkan nilai-nilai kebaikan dalam dirinya sendiri. Oleh karena itu jika kita masih merasa orang baik, jika kita merasa masih sebagai manusia baik, maka jatuhkan pilihan Anda pada orang yang baik, pada orang yang berkarakter, pada pemimpin yang mampu menunjukkan kebaikan itu dalam kepemimpinan yang dijalankannya, pada pemimpin yang menjaga komitmen, pada pemimpin yang mampu konsisten dan menjaga integritas dirinya secara adequat.

Calon kepala daerah yang berkarakter, adalah mereka yang tidak memiliki catatan yang buruk sebagai pemimpin dalam kiprahnya. Mereka juga tidak didikte oleh kekuasaan lain yang mempengaruhi mereka dalam memimpin. Mereka mampu otonom dan mandiri dalam menjalankan kepemimpinan mereka. Hai warga negara Indonesia, sekali lagi, dalam memilih pemimpin, harusnya memilih bukan karena uang namun karena kualitas karakter pemimpin yang baik.

Pemimpin-pemimpin mulia dan besar dalam panggung sejarah kehidupan manusia terlahir bukan karena uang, namun karena dipercayai, disayang, dibanggakan, dirindukan, dikenangkan karena kualitas karakter mulia yang melekat di dalam diri mereka. Mereka membebaskan diri dari berbagai kepentingan duniawi yang melekat pada diri mereka untuk melayani kemanusiaan dan kemasyarakatan berbasis nilai kebaikan. Mereka dikenangkan bukan karena uangnya, namun karena kualitas diri mereka yang ditunjukkan dalam sikap dan tindakan-tindakan keutamaan yang berkarakter dalam memimpin: cerdas, menghargai nilai-nilai religius, berani, populis, baik hati, peduli kemanusiaan, adil, jujur, cinta damai, tidak materialistis, melayani dengan ketulusan, menjaga keharmonisan/persatuan hidup bersama dalam perbedaan,  bersikap demokratis, dan mengusahakan kesejahteraan sosial.

Selamat memilih sebagai Subjek dalam Pilkada serentak 9 Desember 2020. Jangan jadikan diri kita sebagai Objek dalam Pilkada 2020 ini. Tunjukkan bahwa kita rakyat Indonesia semakin matang dalam berdemokrasi, tunjukkan kita bisa menjaga martabat diri kita yang sejati sebagai pemilih yang rasional, pemilih yang menjaga kesucian diri, pemilih yang menghormati nurani, pemilih yang menjaga kualitas demokrasi, dan pemilih yang memilih calon pemimpin yang berkarakter mulia. Salam Pemilu!

“Politik uang bukan pembentuk karakter, melainkan perusak karakter itu sendiri” (Fritz Fios).

 

  1. Semakin matang dalam berdemokrasi. Sangat setuju Pak. Pilihlah yg berkarakter.. Terima kasih tulisannya Pak