Character Kita Diuji di Tengah Upaya Contra Covid 19

Oleh: Frederikus Fios

Saat ini dunia, planet bumi  kita dibayang-bayangi hantu yang menakutkan. Hantu itu adalah  Covid 19 yang seolah liar melaju secara pandemik dari orang ke orang merambah seluruh belahan bumi ini. Hampir tidak ada negara yang luput diterpa wabah penyakit corona ini.

Kecepatan penyebarannya yang begitu cepat membuat banyak negara kurang siap untuk mencegah laju akseselerasi penyebarannya. Di Eropa, Amerika, Afrika, dan negara-negara Asia semuanya tidak ada yang luput.

Kendatipun demikian sebagai makhluk rasional yang dikaruniai akal budi kita manusia tidak tinggal diam menghadapi kondisi ini. Para pemimpin negara dunia ini, termasuk world health organization (WHO) yang ketika mengetahui karakter pandemik virus ini langsung mengumumkan perlunya kebijakan lock down sebagai solusi untuk memutus mata rantai penyebaran covid 19 ini.

Respon berbeda-beda. Ada negara yang langsung menerapkan lock down 100 %. Ada yang tidak melakukan lock down total namun menerapkan kebijakan social distancing dan physical distancing. Ini menunjukkan bahwa manusia, warga dunia ini peduli pada kesehatan dan keselamatan diri semua bangsa manusia di planet bumi ini.

Ada yang berhasil memblock kecepatan laju pandemik, ada yang kurang cepat, ada yang lambat bahkan ada yang tidak berdaya menghadapi fenomena covid 19 ini. Namun yang jelas, ada usaha yang ditempuh berbagai negara di dunia ini untuk menghentikan pandemik yang mengancam kesehatan manusia.

Di bidang penelitian sudah dilakukan riset untuk menemukan vaksin. Para ahli negara masing-masing tentu melakukan uji coba, try and error untuk menemukan solusi atas masalah covid ini. Namun sejauh ini banyak media yang merilis bahwa vaksin ampuh dan definitif belum ditemukan secara pasti.

Ketidakpastian temuan vaksin covid ini dan juga kecepatan penyebaran covid ini yang juga semakin membuat gelisah manusia di bumi ini.

Untuk konteks kita di Indonesia, pemerintah tidak melaksanakan lock down. Namun menerapkan kebijakan karantina wilayah dan sekarang kita mengenal istilah yang disebut pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diterapkan hampir secara sporadis di seantero negeri. Semua warga negara Indonesia perlu memiliki kesadaran diri untuk mentaati kebijakan pemerintah Indonesia dalam menangani virus covid ini.

Kita patut menyampaikan apresiasi pada pemerintah Indonesia yang sejauh ini tetap komit dan konsisten untuk menempuh langkah-langkah kebijakan yang perlu untuk menghentikan dan memusnahkan penyebaran penyakit wabah ini. Pemerintah pusat dan daerah sejauh ini sudah melakukan langkah-langkah kuratif dan preventif untuk menghentikan covid 19 ini.

Satu hal yang penting, yang tidak boleh kita lupakan  dan perlu kita sadari bersama bahwa untuk mengconter/melawan covid 19 ini ujian sesungguhnya adalah pada character kita.

Diktum ini benar. Karena character kitalah yang menentukan nasib kehidupan kita. Character kitalah yang pada akhirnya menunjukkan sukses atau gagalnya kita mengatasi wabah corona ini. Character kita pulalah yang menentukan cepat atau lambatnya kita mengatasi persoalan Covid 19 ini.

Sebagai warga negara yang baik kita perlu taat dan mengikuti kebijakan pemerintah dan juga setia menjalankan protokol kesehatan untuk rajin mencuci tangan, mengurangi aktivitas di luar, menghindari kontak fisik dan jarak sosial berdekatan dengan orang lain dan sebagainya.

Karakter kitalah yang menentukan cepat atau lambatnya penyebaran virus ini. Kuncinya pada kita manusia. Intinya pada kita mau atau tidak untuk melakukan self controlling (menahan diri) untuk tetap tinggal di rumah, tetap menjaga kebersihan diri, tetap setia menjaga jarak fisik, dan tetap setia menjaga jarak sosial dalam interaksi-interaksi kita.

Maka sebetulnya character kita sungguh diuji di tengah upaya contra covid 19 ini. Kita belajar mengendalikan diri, belajar makin menghargai kebersihan, belajar menghargai alam, belajar menghargai sesama manusia, belajar menghargai kehidupan, belajar makin spiritual di tengah covid 19 ini.

Sambil setia merawat diri dan menahan diri kita untuk bebas dari terpaan virus covid 19 ini, sebagai makhluk spiritual kita tetap tidak boleh lupa untuk mengandalkan campur tangan ALLAH (TUHAN) sebagai pencipta dan pemilik segala ada di dalam entitas semesta ini. Kita berharap pandemi covid 19 segera usai dengan kedewasaan sikap kita dalam memantapkan karakter diri kita sebagia manusia utuh yang menjaga harmonisasi dalam relasi kita dengan Tuhan, sesama, alam dan diri sendiri. Kalau bukan kita, siapa lagi, kalau bukan sekarang, kapan lagi?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Menarik dan mantap pak Fios, salam hormat

    • Terima kasih untuk feed backnya, salam