Senin, 28 Oktober 2024, menjadi momen berharga bagi civitas akademika Universitas Bina Nusantara. Character Building Development Center menyelenggarakan seminar dengan judul “Peran Bahasa Indonesia dalam Penguatan Karakter Bangsa”. Seminar ini diselenggarakan dalam rangka memeriahkan momen hari Sumpah Pemuda, sangat tepat untuk menguatkan kembali rasa cinta tanah air dan mengingat esensi tiga makna yang terkandung dalam ikrar sumpah pemuda.

Kami, putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.

Kami, putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Kami, putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Tiga pesan penting dalam ikrar tersebut diuraikan kembali secara detail oleh tiga pemateri dalam seminar ini, yakni Prof. Dr. Liliana Muliastuti, M.Pd., Prof. Dr. Dasim Budimansyah, dan Prof. Dr. Paulus Wirutomo, M.Sc.

Prof. Dr. Liliana Muliastuti, selaku pakar bahasa Indonesia, menyampaikan materi berjudul Pamor Bahasa Indonesia. Melalui paparan materi yang beliau sampaikan, mahasiswa dan dosen BINUS diajak untuk kembali mengingat bagaimana bahasa Indonesia terlahir sebagai sebuah lambang perjuangan sekaligus anugerah bagi masyarakat Indonesia. Bahasa Indonesia sudah lebih dulu hadir, bahkan sebelum Indonesia itu mencapai kemerdekaannya. Secara resmi, bahasa Indonesia diakui sebagai bahasa nasional, pada 28 Oktober 1928, yang salah satu fungsinya adalah sebagai alat pemersatu bangsa. Barulah pada 18 Agustus 1945, bahasa Indonesia menempati kedudukannya sebagai bahasa negara, yang memiliki fungsi esensial sebagai jembatan untuk pelaksanaan pendidikan, penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara, dan menjadi alat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Lebih lanjut, Prof. Liliana mengungkapkan harapannya bahwa pada 2045, saat Indonesia mencapai 100 tahun, bahasa Indonesia sudah mengepakkan sayapnya sebagai bahasa internasional.

Sementara itu, Prof. Dr. Dasim Budimansyah, selaku pakar dalam bidang Pendidikan Kewarganegaraan, lebih menekankan tentang bagaimana generasi muda Indonesia bersikap dan memainkan perannya sebagai penerus bangsa. Beliau menyampaikan materi berjudul Penguatan Karakter dan Nilai Kebangsaan. Hal-hal sederhana yang mendukung penguatan karakter seperti sikap bangga berbahasa Indonesia merupakan hal yang sudah semestinya ditunjukkan oleh generasi muda. Di tengah gempuran kecanggihan teknologi, Prof. Dasim berharap generasi muda Indonesia dapat menempatkan diri dengan baik agar tidak terbawa arus global yang berdampak negatif terhadap rasa nasionalisme kita sebagai warga negara Indonesia. Selain itu, Prof. Dasim juga menyampaikan pentingnya penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan mahasiswa sebagai generasi muda. Tujuannya, agar nilai-nilai pancasilais tetap melekat dalam jiwa mereka, berbarengan dengan menjalani kehidupan di era  global.

Pemateri terakhir, Prof. Dr. Paulus Wirutomo, M.Sc., menyampaikan materi berjudul Sosiolinguistik untuk Memperkuat Karakter Bangsa. Beliau menyampaikan keseimbangan berpikir yang harus dimiliki oleh generasi muda Indonesia. Keseimbangan berpikir yang dimaksud di sini adalah tentang bagaimana kita memandang suatu fenomena sebagai sebuah kesempatan untuk berkembang. Sebagai contoh, budaya Korea dikenal dunia melalui lagu-lagu dan film-filmnya. Tidak menutup kemungkinan untuk budaya Indonesia pun dikenal dunia dengan jalan yang sama. Beliau menambahkan, mahasiswa juga dapat menunjukkan peran aktifnya sebagai warga negara Indonesia dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam berbagai aktivitas, termasuk dalam pengembangan ilmu pengetahuan, serta turut mengenalkan bahasa dan budaya Indonesia di dalam berbagai kesempatan. Selain itu, satu hal yang perlu diingat adalah bahasa sebagai sarana untuk menunjukkan karakter bangsa, maka berbahasalah dengan baik dan benar.

Inti dari semua paparan tersebut adalah semangat cinta tanah air dan bangga berbahasa Indonesia harus dimiliki oleh setiap lapisan masyarakat Indonesia, termasuk mahasiswa. Hidup di era global tidak berarti tidak mungkin untuk tetap menerapkan nilai-nilai Pancasila dan berdampingan dengan pemanfaatan teknologi. Bahasa Indonesia dan nilai-nilai Pancasila merupakan dua aspek yang mendukung terwujudnya Indonesia emas. Oleh karena itu, tidak salah jika semboyan berikut turut digaungkan kepada seluruh lapiran masyarakat Indonesia agar keseimbangan hidup sebagai warga negara Indonesia dan warga dunia dapat tercapai; utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing.

Selamat hari Sumpah Pemuda.