Character Building Development Center (CBDC), Universitas Bina Nusantara, menyelenggarkan seminar kebahasaan untuk generasi muda, khususnya mahasiswa Universitas Bina Nusantara. CBDC sebagai unit yang menaungi pengembangan karakter mengajak generasi muda untuk memperkuat karakter, salah satunya lewat bahasa. Untuk itu, kegiatan ini menghadirkan Duta Bahasa BINUS, alumni BIPA BINUS, dan diikuti lebih kurang 200 mahasiswa untuk mendiskusikan pamor bahasa Indonesia di mata penutur jati dan penutur asing.

Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Bulan Bahasa tahun 2024 dan bertepatan dengan momen Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2024. Momen yang tepat untuk kembali CDBC mengajak generasi muda memperhatikan penggunaan bahasa Indonesia sebagai lambang kebanggaan, lambang identitas, dan pemersatu bangsa. Peserta seminar disajikan dengan paparan menarik seputar bagaimana pamor bahasa Indonesia di mata generasi muda, baik penutur jati dan penutur asing. Selain itu, dalam seminar, dibahas terkait bagaimana tantangan dalam menjaga muruah bahasa Indonesia di tengah pengaruh bahasa asing dan perkembangan zaman. Tidak kalah menarik, peserta selaku generasi muda merefleksikan kembali bagaimana penggunaan bahasa Indonesia mereka selama ini. Dalam kegiatan ini, diharapkan generasi muda kembali menyadari pentingnya bahasa Indonesia dalam memperkuat karakter bangsa.

Kegiatan yang dimoderatori oleh Shabrina, Terbaik III Duta Bahasa Provinsi Banten, ini dihadiri oleh empat pemateri, yaitu dua penutur jati dan dua penutur asing. Jovita, Terbaik IV Duta Bahasa Nasional, memaparkan bahwa sebagai mahasiswa Sistem Informasi tetap dapat berkiprah dalam dunia bahasa. Karena sebagai duta bahasa, kita harus menjaga muruah bahasa Indonesia agar tetap terjaga. Generasi muda dapat meningkatkan pamor bahasa Indonesia lewat teknologi yang berkembang. Misalnya saja, Jovita mengembangkan platform digital alih wahana untuk pembelajaran bahasa Jawa bernama Bestari. Bestari dilengkapi dengan siniar linguamaya, virtual reality, dan augmented reality.

Turut hadir pula Grisherra, Terbaik I Duta Bahasa Provinsi Banten, yang menceritakan pengalamannya lulus beasiswa IISMA ke University of York berkat kemampuan bahasanya dan pengalamannya sebagai duta bahasa. Grisherra memotivasi generasi muda dengan membuktikan bahwa keterampilan berbahasa dapat menunjukkan karakter dan kemampuan seseorang. Di akhir paparan, Grisherra memberikan sebuah tebakan singkat tentang padanan istilah body lotion. Dari pertanyaan sederhana ini, dapat dilihat bahwa banyak generasi muda yang belum familiar dengan kata calir raga. Dari banyaknya peserta seminar, hanya satu orang yang mengetahui padanan kata tersebut. Hal ini tentu menjadi tantangan dalam meningkatkan pamor bahasa di kalangan generasi muda.

Selain Jovita dan Grisherra, turut hadir berbagi pengalaman belajar bahasa Indonesia, yaitu Wang Xiaomi dan Nong Zhengdu sebagai pemelajar BIPA. Kedua penutur asing mengungkapkan bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa yang mudah untuk dipelajari karena tidak adanya perubahan bentuk kata kerja, hanya ditambahkan kata keterangan, seperti belum, sudah, akan. Mereka hanya sedikit kesulitan melafalkan huruf /r/ dan membedakan /b/ dan /p/. Awal tinggal di Indonesia, kesulitan mereka lebih pada menyesuaikan dengan makanan di Indonesia. Di China, mereka terbiasa dengan makanan yang dikukus, sedangkan di Indonesia, hampir semua makanan digoreng. Namun, karena ramahnya orang Indonesia yang membantu, kedua penutur asing ini merasa betah tinggal di Indonesia. Pada akhirnya, mereka menyukai tinggal di Indonesia dan menyukai makanan Indonsesia, seperti ayam betutu. Saat ini, kedua penutur asing sudah tinggal lebih kurang 5 tahun di Indonesia dan memilih berkarier di Indonesia.

Di akhir seminar, keempat pemateri mengungkapkan bagaimana pamor bahasa Indonesia saat ini, baik di Indonesia maupun di China. Di Indonesia, bahasa Indonesia menghadapi tantangan perkembangan zaman yang mana bahasa asing lebih sering digunakan generasi muda dengan rasa bangga. Berbeda dengan pamor bahasa Indonesia di China, mereka senang mempelajari bahasa Indonesia dan bangga bisa berbahasa Indonesia. Bahkan, di China, khususnya di Tiongkok sudah membuka jurusan Bahasa Indonesia di sekolah ataupun di perguruan tinggi mereka. Pada akhirnya, pembahasan mengenai pamor ini membuat peserta seminar menyadari bahwa ada rasa bangga yang seharusnya muncul dari jiwa generasi muda untuk tetap menggunakan bahasa Indonesia sebagai lambang identitas, kebanggaan, dan pemersatu bangsa.

Seminar ini ditutup dengan teriakan serempak peserta seminar selaku generasi muda yang menyatakan “Bahasa Indonesia Memperkuat Karakter Bangsa”.