BINUS Hadir di Forum SBIN Kemenperin: Dorong Industrialisasi yang Berdaulat, Data-Driven, dan Siap Jalan

Jakarta, 5 Desember 2025
Di sebuah ruang diskusi yang dipenuhi para rektor, dekan, dan akademisi lintas kampus, BINUS University datang bukan sekadar “hadir memenuhi undangan”. Forum Diskusi Strategi Baru Industrialisasi Nasional (SBIN) yang digelar Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menjadi momen penting: ketika suara kampus diminta ikut menyempurnakan arah industrialisasi nasional menuju Indonesia Emas 2045. (Fakultas Teknik USU)
Delegasi BINUS yang hadir mewakili spektrum yang lengkap antara kebijakan, keilmuan, dan eksekusi transfer teknologi:
- Prof. Dr. Juneman Abraham S.Psi., M.Si., Vice Rector of Research and Technology Transfer
- Dr. Ir. Nina Nurdiani, S.T., M.T., Dean of Faculty of Engineering
- Hendy Risdianto Wijaya, S.T., M.T., Ph.D., Technology Transfer
- Tommy Prayoga, Technology Transfer
Forum ini membahas SBIN sebagai kerangka strategis untuk memperkuat struktur industri, mempercepat hilirisasi, mengembangkan ekosistem, serta memodernisasi proses produksi agar Indonesia mampu bersaing dalam disrupsi global. (industry.co.id)
Mengapa diskusi ini terasa “mendesak”
Kemenperin menekankan bahwa fondasi industrialisasi perlu diperkuat dengan melihat realitas kinerja manufaktur saat ini: industri pengolahan nonmigas pada Triwulan III 2025 tumbuh 5,58%, berkontribusi 17,39% terhadap PDB, dan menyerap 20,31 juta tenaga kerja per Agustus 2025. Indikator lain seperti utilisasi industri, IKI, dan PMI juga menunjukkan aktivitas manufaktur berada di zona ekspansi. (industry.co.id)
Bagi BINUS, angka-angka itu bukan hanya statistik. Itu adalah sinyal bahwa industrialisasi sedang bergerak, tetapi “mesinnya” masih butuh penyempurnaan: dari sisi teknologi, SDM, regulasi, sampai kesiapan ekosistem inovasi agar kita tidak berhenti di level adopsi.
Suara BINUS: kedaulatan AI tidak cukup dengan sekadar “pakai”

Dalam forum, Prof. Juneman membawa pesan yang tegas namun konstruktif: Indonesia tidak bisa berharap mencapai kedaulatan dan kemandirian industri jika strategi AI berhenti pada tahap adopsi software impor.
Inti masukan BINUS tentang AI dalam SBIN dirumuskan sebagai pergeseran fokus:
- Dari AI adoption ke AI creation
Agar industri nasional kompetitif, AI perlu dibangun sesuai kebutuhan kerja, konteks, dan rantai nilai domestik, bukan sekadar mengimpor solusi jadi. - Investasi serius di hulu AI
Bukan hanya model dan aplikasi, tetapi juga fondasi industrinya: kapabilitas komponen, manufaktur pendukung, hingga rantai nilai material. Prof. Juneman menekankan risiko jika R&D nasional rendah: Indonesia berpotensi hanya menjadi pasar bagi perusahaan asing, termasuk risiko kontrol geopolitik melalui teknologi. - Regulasi dan insentif fiskal yang tahan risiko jangka panjang
BINUS menyoroti perlunya kebijakan yang benar-benar “mengundang” investasi teknologi inti, termasuk dukungan untuk realisasi software inti dan penguatan nilai tambah industrialisasi melalui kebijakan yang konsisten.
Masukan ini selaras dengan arah SBIN yang menempatkan teknologi modern (digitalisasi, AI, otomasi, teknologi rendah karbon) sebagai salah satu pilar transformasi industri. (industry.co.id)
Dari strategi ke eksekusi: “uji coba intensif”, simulasi, dan satu dasbor bersama
Jika Prof. Juneman menekankan arah kedaulatan teknologi, maka Hendy Risdianto Wijaya menekankan cara bergeraknya: bagaimana kebijakan industrialisasi bisa lebih cepat, aman, dan tidak spekulatif.
Masukan Hendy sederhana namun kuat:
- Tidak perlu “all-out” sekaligus. Mulai dari uji coba yang intensif dan berkala.
Lakukan pilot, jalankan simulasi yang cukup simpel namun terstruktur untuk menguji keputusan, lalu tingkatkan kebijakan bertahap berdasarkan capaian. - Bangun satu “dasbor industrialisasi” yang bisa dipakai bersama lintas pemangku kepentingan.
Dasbor ini berfungsi untuk memetakan fokus, memantau progres, dan menyelaraskan prioritas sehingga implementasi SBIN tidak berjalan terfragmentasi. - Peran kampus sebagai mesin data dan validasi
Hendy menekankan bahwa universitas bisa berperan sebagai simpul pengumpulan data yang kredibel, menjadi fondasi simulasi dan pengambilan keputusan yang data-driven.
Di titik ini, BINUS memposisikan diri bukan hanya sebagai penyedia kajian akademik, tetapi sebagai mitra eksekusi yang bisa membantu memastikan SBIN lebih operasional: dari data, pilot, sampai mekanisme kolaborasi.
Titik temu dengan agenda industri hijau
Forum SBIN juga menegaskan bahwa industrialisasi masa depan harus sejalan dengan transisi industri hijau. Dalam rangka mendukungnya, diperkenalkan instrumen seperti GISCO dan IDCF untuk mempercepat adopsi teknologi dekarbonisasi dan mempermudah pembiayaan transformasi industri. (industry.co.id)
Bagi BINUS, ini membuka ruang kerja sama lanjutan yang konkret: riset terapan, pengembangan talenta, dan transfer teknologi untuk kebutuhan efisiensi energi, digital monitoring, hingga model pembiayaan dan manajemen perubahan di tingkat industri.
Yang BINUS bawa pulang: arah kolaborasi yang lebih jelas
Forum ini tidak berhenti sebagai diskusi konseptual. Kehadiran BINUS di antara para pimpinan perguruan tinggi lain menegaskan kebutuhan kolaborasi yang lebih rapi antara pemerintah, kampus, dan industri. (Fakultas Teknik USU)
BINUS pulang dengan tiga komitmen kerja yang semakin tajam:
- Mendorong kedaulatan teknologi, terutama AI, dari hulu ke hilir lewat riset, talenta, dan kolaborasi industri.
- Membantu membuat implementasi SBIN lebih terukur melalui pilot berkala, simulasi kebijakan, dan dasbor data-driven lintas stakeholder.
- Memperkuat peran technology transfer sebagai jembatan dari riset ke adopsi industri, termasuk model kemitraan yang mempercepat komersialisasi dan dampak.
Comments :