Nilai magis yang terkandung dalam kata tersebut mewakili ajaibnya AI yang mendisrupsi jati diri. AI si anak kandung teknologi berhasil memperdaya naluri pecandu ke-INSTAN-an duniawi dan mengaburkan integritas individu yang dibutakan puji dan sanjung. Dampaknya, keringkihan emosi pun terombang-ambing oleh ketidaksesuaian ekspektasi yang didamba oleh penambang jumlah komen dan tanda suka yang mewujud ‘engagement rate’ di setiap karya. AI si biang emosi pun memantik murka “Si Kuno” yang ambisinya dipangkukan pada orisinalitas buah pikir dengan proses medetil, sedangkan “Si Kini” tersenyum mengibas riang karena usahanya ditumpukan pada hasil ketukan jari dalam satu detik.