Data Deep Talk (DDT)”: Diplomasi Berbasis Data untuk Perluasan Perdagangan Global

Pada tanggal 24–25 Juni 2025, Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, menyelenggarakan seminar daring bertajuk “Data Deep Talk (DDT): Penguatan Data Awareness Memanfaatkan Big Data serta Hasil Statistik Sektoral.” Acara ini menjadi ruang diskusi strategis mengenai pemanfaatan data dalam mendukung kebijakan luar negeri, khususnya di bidang perdagangan global.
Dalam era big data, diplomasi tidak lagi hanya mengandalkan negosiasi tatap muka, melainkan juga memanfaatkan analisis data ekstensif untuk membuka peluang perdagangan global dan memperkuat penguasaan pasar. Dengan menganalisis volume data yang besar mengenai tren ekonomi, pola konsumsi, hambatan perdagangan, dan preferensi konsumen di berbagai negara, pemerintah dan pelaku bisnis dapat mengidentifikasi pasar potensial baru, merancang strategi negosiasi yang lebih tepat sasaran, serta mengantisipasi perubahan dinamika pasar global. Pendekatan ini memungkinkan perumusan kebijakan perdagangan yang lebih adaptif dan proaktif, memastikan negara dapat bersaing secara efektif di kancah internasional dan memaksimalkan keuntungan ekonominya.
Kegiatan Sesi 4 dilaksanakan pada 25 Juni 2025 secara hybrid bertempat di Ruang Sidang 206, Pusat Studi Jepang, Universitas Indonesia, Depok. Sesi 4 dengan tema “Diplomasi Berbasis Data: Memanfaatkan Big Data untuk Meluaskan Peluang Perdagangan Global dan Penguasaan Pasar,” menghadirkan tiga narasumber utama dari lintas sektor:
- Bapak Ekko Harjanto, Asisten Deputi Fasilitas Perdagangan dan Pengembangan Ekspor, mewakili Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI, yang memaparkan pentingnya sinergi antar-lembaga dalam memperkuat diplomasi ekonomi berbasis data.
- Scherly Hansopaheluwakan, Head of International Trade Department, Binus Medan Campus, yang menyoroti peran data dalam mendukung riset pasar dan strategi ekspor berbasis analisis mendalam.
- Ibu Vina Justicia, Azure Specialist Data and AI, Microsoft Indonesia, yang menjelaskan teknologi big data dan kecerdasan buatan sebagai fondasi pengambilan keputusan diplomatik dan ekonomi secara real-time.

Peserta yang hadir berasal dari BSKLN dan Satker terkait di Kemlu Pusat dan Perwakilan, dan para diplomat dari berbagai negara, serta profesional lintas sektor. Peserta yang hadir menyambut baik gagasan-gagasan yang disampaikan, serta menekankan pentingnya peningkatan literasi data dan kolaborasi lintas bidang untuk mendorong diplomasi yang lebih presisi dan adaptif terhadap dinamika global.
Dalam seminar ini, dibahas bagaimana Big Data dapat menjadi alat penting dalam merumuskan kebijakan diplomasi ekonomi yang lebih presisi dan responsif. Para pembicara menekankan pentingnya pemanfaatan data perdagangan internasional, tren pasar, dan perilaku konsumen global untuk mengidentifikasi peluang ekspor, menjalin kemitraan strategis, serta memperluas akses pasar bagi produk-produk unggulan nasional. Selain itu, forum diskusi ini juga membahas tantangan yang dihadapi, seperti keamanan data, integrasi antar instansi, dan perlunya peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam analisis data. Peserta dari berbagai latar belakang, turut aktif berdiskusi mengenai langkah-langkah konkret untuk mewujudkan diplomasi yang lebih adaptif dan berbasis bukti (evidence-based diplomacy).
Tujuan kegiatan DDT ini untuk membekali individu dan organisasi dengan pemahaman dan keterampilan yang diperlukan agar dapat mengambil keputusan yang lebih baik dan beradaptasi secara efektif di tengah perubahan cepat lanskap global berlandaskan pengetahuan dan kehati-hatian dalam berinteraksi dengan data. Selanjutnya diharapkan dapat menciptakan ekosistem data pemerintah yang terpadu, akurat, dan mudah diakses guna mendukung perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pengendalian pembangunan yang lebih efektif. Selain itu, tujuannya agar mendorong pendekatan berbasis data dan analisis kuantitatif, sehingga menghasilkan dampak ekonomi yang lebih besar dan berkelanjutan, serta menyempurnakan Sistem Informasi Diplomasi Ekonomi (SIDE) untuk menjadi alat yang handal dan strategis dalam mendukung diplomasi ekonomi Indonesia.
Kegiatan ini menjadi salah satu upaya konkret pemerintah dalam mendorong transformasi kebijakan luar negeri Indonesia agar lebih berbasis bukti (evidence-based policy) dengan memanfaatkan kekuatan data dan teknologi digital. Melalui kegiatan ini, diharapkan Indonesia dapat semakin siap dalam menghadapi dinamika perdagangan global dengan pendekatan yang cerdas dan berbasis teknologi informasi. (SH-A; 2025)
Comments :