Malang, 27 Mei 2025 – Dalam dunia yang berkembang dengan cepat dan dinamis serta digitalis, keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh ide cemerlang atau teknologi, tetapi juga dengan budaya kerja yang adaptif serta kapabilitas tim yang mumpuni. Berangkat dari semangat untuk membekali mahasiswa dengan pemahaman mendalam mengenai hal tersebut, BINUS @Malang melalui rangkaian Binus Festival 2025 menghadirkan Entre Talk 1 bertajuk “Growth Digital Start Up”. Kegiatan ini menjadi ajang interaktif yang mempertemukan mahasiswa dengan para praktisi startup berpengalaman untuk membahas bagaimana membangun dan mengembangkan startup secara berkelanjutan di era digital.

Entre Talk 1 menghadirkan dua pembicara inspiratif yakni M. Ziaelfikar Albaba, Business Community Lead dari IndigoSpace Malang, serta Erick Setiawan, Founder dan Director VernonCorp. Keduanya hadir untuk berbagi pengalaman langsung serta sudut pandang praktis mengenai proses pertumbuhan startup, dari fase awal hingga tahap scaleup. Acara ini diselenggarakan secara hybrid, dengan peserta hadir langsung di Incubator Room 206 BINUS Malang maupun secara online melalui Zoom. Antusiasme peserta sangat tinggi, terlihat dari partisipasi aktif selama sesi berlangsung.

Sesi pertama dibuka oleh M. Ziaelfikar Albaba yang membawakan materi bertajuk “Startup Culture & Capabilities.” Dalam penyampaiannya, pembicara mengajak peserta untuk berefleksi secara jujur tentang motivasi mereka membangun bisnis. Dengan pertanyaan sederhana seperti “Kamu bikin startup buat apa?”, ia mendorong peserta agar tidak terjebak dalam tren semata, namun benar-benar memahami tujuan dan dampak dari bisnis yang sedang mereka bangun. Ia menekankan bahwa sebuah startup bukan sekadar tempat produksi ide, melainkan sebuah laboratorium berjalan yang terus bereksperimen dan belajar untuk menemukan model bisnis yang paling sesuai.

Lebih lanjut, Fikar menyoroti pentingnya budaya organisasi dalam perjalanan startup. Ia mengenalkan dua jenis budaya yang menjadi kunci bagi kelangsungan dan fleksibilitas startup, yaitu budaya clan dan adhocracy. Budaya clan mencerminkan suasana kekeluargaan, kolaborasi erat, dan kepemimpinan yang partisipatif. Sementara itu, budaya adhocracy menggambarkan semangat inovasi, keberanian mengambil risiko, serta fleksibilitas tinggi dalam merespons perubahan. Ia juga memperkenalkan peta perjalanan startup dari ideasi hingga fase maturity, di mana budaya dan kapabilitas terus berevolusi seiring skala dan kompleksitas bisnis yang meningkat. Dari membentuk mindset pembelajar, meningkatkan kecepatan dan kolaborasi lintas fungsi, hingga menuju tata kelola inovasi dan kepemimpinan strategis, semua tahapan ini menuntut adaptasi yang berkelanjutan dari para founder dan timnya.

Sesi kedua dilanjutkan oleh Erick Setiawan dari VernonCorp yang membahas pentingnya culture building dalam mendukung pertumbuhan digital startup secara berkelanjutan. Erick memaparkan bahwa membangun agile culture bukan hanya soal membentuk tim dengan pola pikir gesit, melainkan menciptakan sistem organisasi yang mampu merespons perubahan dengan cepat namun tetap terstruktur. Ia menjelaskan bagaimana VernonCorp menanamkan budaya agile melalui beberapa pendekatan, seperti pemilihan struktur organisasi yang mendukung fleksibilitas, proses kerja yang bersifat iteratif dan adaptif, serta evaluasi kinerja berbasis Objectives and Key Results (OKR) yang dilakukan secara berkala.

 

Erick mengatakan bahwa dalam membangun startup yang scalable, diperlukan pemimpin yang mampu menjadi role model budaya kerja yang diinginkan. Ia menggambarkan bagaimana proses rekrutmen, pelatihan tim, serta desain kerja harian di VernonCorp dibentuk dengan kesadaran penuh akan pentingnya membangun lingkungan kerja yang sehat, kolaboratif, dan produktif. Studi kasus VernonCorp menjadi bukti nyata bahwa pertumbuhan tidak datang dari strategi semata, tetapi dari keselarasan budaya, kapabilitas individu, dan struktur organisasi yang mendukung eksperimen serta inovasi berkelanjutan.

 

Diskusi yang berlangsung setelah sesi pemaparan kedua berjalan dinamis dan penuh antusiasme. Para peserta terlihat aktif mengajukan pertanyaan seputar tantangan membangun tim, menjaga budaya kerja di tengah ekspansi, hingga bagaimana cara memulai langkah pertama dalam membangun startup yang sehat. Pembicara pun memberikan tanggapan yang tidak hanya inspiratif, tetapi juga relevan dengan konteks mahasiswa yang sedang berada di tahap awal perjalanan bisnis mereka.

 

Kegiatan Entre Talk 1 ini menjadi salah satu upaya BINUS @Malang untuk menghadirkan pengalaman belajar yang tidak hanya teoritis, tetapi juga aplikatif dan berbasis praktik langsung dari para pelaku industri. Diharapkan melalui sesi ini, mahasiswa tidak hanya memahami pentingnya inovasi dan strategi bisnis, tetapi juga menyadari bahwa people and culture adalah jantung dari pertumbuhan jangka panjang dalam dunia startup. Dengan wawasan dan inspirasi yang diperoleh, para peserta diharapkan mampu membawa bisnis mereka tumbuh secara berkelanjutan, relevan, dan berdampak di tengah perubahan digital.

 

BINUS @Malang akan terus mendukung perjalanan mahasiswa dalam membangun bisnis, diharapkan lahir generasi muda yang tidak hanya mampu menciptakan bisnis, tetapi juga menjadi pemimpin yang membawa perubahan positif di masyarakat. Budaya yang kuat dan kapabilitas yang adaptif akan menjadi bekal utama dalam menciptakan startup yang bukan hanya bertahan, tapi juga tumbuh dan berdampak.