Menentukan Model Bisnis Digital yang Tepat untuk Masa Depan
Dalam dunia bisnis yang terdigitalisasi, pertanyaan penting yang harus dijawab oleh para pemimpin organisasi bukan hanya bagaimana merespons disrupsi digital, tetapi juga model bisnis digital seperti apa yang harus dikembangkan untuk bertahan dan tumbuh. Bab kedua dari buku What’s Your Digital Business Model? oleh Weill dan Woerner menyoroti pentingnya memilih model bisnis yang sesuai dengan tantangan dan peluang masa depan. Keputusan ini krusial karena model bisnis digital menentukan arah transformasi perusahaan, struktur organisasi, dan cara perusahaan menciptakan serta menangkap nilai dari pelanggannya.
Melalui riset mendalam, penulis memperkenalkan Digital Business Model (DBM) Framework yang membagi perusahaan ke dalam empat kuadran berdasarkan dua dimensi utama: tingkat pemahaman terhadap kebutuhan pelanggan akhir dan sejauh mana perusahaan beroperasi dalam rantai nilai tradisional versus ekosistem digital. Keempat model tersebut adalah: Supplier, Omnichannel, Modular Producer, dan Ecosystem Driver. Masing-masing memiliki karakteristik, kemampuan, serta potensi pertumbuhan yang berbeda-beda dalam konteks digital.

Model Supplier lebih cocok bagi perusahaan yang berfokus pada efisiensi dan skala, menjual melalui pihak ketiga tanpa memiliki banyak koneksi langsung dengan pelanggan akhir. Sementara itu, Omnichannel memungkinkan perusahaan membangun pengalaman pelanggan yang terintegrasi di berbagai saluran, seperti yang dilakukan oleh banyak bank dan perusahaan retail. Modular Producer unggul dalam menciptakan produk atau layanan plug-and-play yang bisa disematkan ke ekosistem lain, contohnya PayPal. Sedangkan model paling unggul dalam performa keuangan adalah Ecosystem Driver, yakni perusahaan yang menciptakan sebuah destinasi digital dan mengorkestrasi berbagai pihak dalam satu ekosistem, seperti yang dilakukan Amazon dan WeChat.
Data yang dikutip dalam buku menunjukkan bahwa perusahaan dengan model Ecosystem Driver memiliki pertumbuhan pendapatan dan margin keuntungan lebih tinggi dibanding model lainnya. Namun, Weill dan Woerner juga menekankan bahwa tidak semua perusahaan harus langsung berubah ke arah ini. Transisi ke model digital bisa dilakukan secara bertahap—misalnya dari Supplier ke Omnichannel terlebih dahulu—dengan tetap mempertimbangkan kekuatan internal, hubungan dengan pelanggan, dan kesiapan teknologi. Penentuan arah transformasi digital harus berbasis pada identifikasi posisi saat ini dan visi masa depan yang realistis.
Bab ini memberi wawasan penting bahwa tidak ada satu model digital yang cocok untuk semua perusahaan. Pilihan harus disesuaikan dengan kondisi organisasi, karakteristik industri, serta ambisi jangka panjang perusahaan. Melalui framework ini, para pemimpin dapat secara sistematis mengevaluasi posisi bisnis mereka dan menentukan strategi transformasi yang paling relevan untuk menghadapi masa depan digital yang semakin kompetitif.
Referensi:
Weill, P. and Woerner, S.L., 2018. What’s Your Digital Business Model? Six Questions to Help You Build the Next-Generation Enterprise. Boston: Harvard Business Review Press.
Comments :