Malang, 8 Mei 2025 – Kegiatan sharing session bertajuk “Digital Startup Growth with Empathetic Selling and Human Capital Excellence” berhasil digelar di Incubator Lab BINUS @Malang sebagai bagian dari rangkaian Minor Program. Sesi ini menghadirkan Transbara Wahyu Firmansyah, CEO SIDIGS, yang membawakan materi seputar pertumbuhan bisnis berbasis empati terhadap pasar dan pengguna.

Sesi ini diawali dengan pemaparan mengenai realita menjadi seorang founder, yang tidak hanya bicara soal ambisi pribadi, namun bagaimana solusi yang ditawarkan mampu menyelesaikan masalah nyata di masyarakat sekitar. Transbara membuka dengan pernyataan kritis bahwa banyak pelaku usaha terlalu fokus pada diri sendiri, padahal inti dari bisnis adalah memenuhi kebutuhan pasar, bukan sekadar pembuktian diri.

Salah satu kutipan yang mencuri perhatian peserta adalah, “Bisnis itu rugi, resikonya untung.” Ungkapan ini menegaskan bahwa dalam membangun usaha, kerugian merupakan keniscayaan, namun dengan pendekatan yang tepat, justru menjadi peluang untuk menciptakan dampak yang lebih besar.

Transbara juga menekankan pentingnya pendekatan yang sederhana namun relevan dalam merancang solusi bisnis. Ia mengajak peserta untuk peka terhadap masalah di sekitar mereka, merancang solusi yang tidak rumit, dan benar-benar memahami apa yang dibutuhkan pasar. Prinsip empathy-first menjadi landasan utama dalam sesi ini, di mana pemahaman terhadap pelanggan dimulai dengan menjadi bagian dari pasar itu sendiri.

Selama sesi berlangsung, mahasiswa terlihat sangat antusias dan aktif dalam berdiskusi. Beberapa mahasiswa mengajukan pertanyaan kritis terkait pengembangan pasar, hingga bagaimana mengelola ketidakpastian dalam dunia bisnis. Suasana menjadi semakin interaktif ketika pembicara memberikan studi kasus dari pengalaman pribadinya dalam membangun SIDIGS.

Kegiatan ini diharapkan mampu membuka pola pikir mahasiswa bahwa membangun bisnis bukan hanya soal ide dan profit, tetapi tentang kontribusi nyata dalam menyelesaikan masalah yang ada di sekitar. Dengan pendekatan yang berorientasi pada empati, mahasiswa diharapkan mampu menjadi founder yang tidak hanya kalcer secara wacana, tetapi juga relevan dan berdampak secara nyata di lapangan.