Teori Kewirausahaan Emansipasi

Kewirausahaan

Kajian wirausaha kian menarik untuk dipelajari sehingga berkembang (Purnomo, Usman and Asitah, 2019). Kewirausahaan dapat dimaknai sebagai merupakan mental, jiwa, sikap, dan kemampuan guna mengkreasi hal baru, bernilai bernilai dan mengoptimalkan pendapatan (Hastuti et al., 2020). Beberapa peneliti mengerjakan kajian menggunakan beberapa teori kewirausahaan untuk mengembangkan pengetahuan terkait kewirausahaan,.

Salah satu teori kewirausahaan yang digunakan adalah teori kewirausahaan emansipasi (the emancipation theory of entrepreneurship) yang digagas oleh Violina Rindova, Daved Barry, dan David J. Ketchen, Jr. Saat gagasan ini dipublikasikan, Violina Rindova adalah seorang peneliti Amerika di University of Texas at Austin (Google Scholar, 2022c), Daved Barry adalah seorang ilmuwan Portugal di Universidade Nova de Lisboa (Google Scholar, 2022b), dan David J. Ketchen, Jr adalah seorang akademisi Amerika di Auburn University (Google Scholar, 2022a) (Rindova, Barry and Ketchen, 2009).

 

Terminologi dan Sejarah

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan emansipasi sebagai “pembebasan dari perbudakan” atau “persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat” (KBBI, 2016). Istilah emansipasi (emancipation) berakar pada praktik di era Romawi untuk membeli, menjual, dan memelihara budak, bahkan juga istri dan anak-anak. Di zaman Romawi, seorang anak laki-laki perlu dibebaskan dari otoritas hukum sang ayah untuk membuat jalannya sendiri di dunia. Istilah ini juga terkait dengan Proklamasi Emansipasi Abraham Lincoln di negara Amerika Serikat untuk mengkriminalisasi perbudakan. Dalam gerakan pembebasan perempuan, emansipasi dapat diasosiasikan dengan membebaskan diri dari ikatan perkawinan dengan seorang laki-laki (Laplume and Yeganegi, 2019).

 

Teori Emansipasi

Violina, Daved, dan David (2009) mengusulkan bahwa kewirausahaan dapat dianggap sebagai sarana emansipasi. Mereka mengambil kajian positif pada perspektif teori kritis. Mereka mendefinisikan kewirausahaan sebagai upaya untuk menciptakan lingkungan ekonomi, sosial, kelembagaan dan budaya baru melalui tindakan kelompok atau individu. Untuk memperkuat argumen mereka, mereka menunjukkan tiga cara utama di mana kewirausahaan menyerupai proses emansipasi yaitu mencari otonomi (seeking autonomy), kepemilikan (authoring), dan membuat deklarasi (making declarations) (Rindova, Barry and Ketchen, 2009).

 

Tabel 1. Elemen Inti Perspektif Emansipasi dalam Entrepreneuring (Rindova, Barry and Ketchen, 2009)

Mencari otonomi

Mencari otonomi telah lama dianggap sebagai motif wirausaha daripada bekerja untuk majikan. Siapa yang tidak ingin menjadi bos bagi dirinya sendiri?. Otonomi juga merupakan tujuan emansipasi. Emansipasi dapat didefinisikan sebagai membebaskan diri dari beberapa figur otoritas atau sistem. Kita mungkin berpikir tentang budak yang dibebaskan (Laplume and Yeganegi, 2019).

Kisah pendirian Google konsisten dengan melepaskan diri karena Brin dan Page bekerja untuk mengunduh internet, meskipun ada cemoohan dari profesor mereka. Melanggar bebas juga dapat dilihat dalam kaitannya dengan mendobrak hambatan masuk atau kendala lainnya. Pengusaha bekerja untuk mengeksploitasi celah-celah dalam sistem hubungan sosial dan ekonomi yang kaku saat ini untuk membawa perubahan yang dianggap diinginkan oleh pengusaha (Rindova, Barry and Ketchen, 2009).

 

Kepemilikan

Kepemilikan (authoring) adalah tentang membuat sesuatu menjadi milik sendiri, atau mengambil kepemilikan, atau menjadi. Pengusaha harus berusaha membangun jaringan, pengaturan, norma, dan struktur mereka sendiri untuk melestarikan usaha mereka (Laplume and Yeganegi, 2019).

 

Membuat deklarasi

Membuat deklarasi mengacu pada retorika yang digunakan pengusaha untuk mendapatkan legitimasi atas usaha mereka atau menciptakan perubahan. Pengusaha perlu menciptakan makna untuk menyatukan jaringan pemangku kepentingan yang mendukung upaya mereka atau menghargai produk mereka. Sebagai contoh ketika Amazon.com mengklaim untuk membuat toko buku terbesar di dunia, mereka menyoroti kontradiksi atau provokatif untuk menghasilkan dukungan pemangku kepentingan untuk cara perusahaan mengubah status quo (Rindova, Barry and Ketchen, 2009).

Kewirausahaan itu sendiri dapat menjadi jebakan bagi mereka yang tidak mampu berkembang dalam skala tertentu. Kewirausahaan tidak boleh dipandang sebagai pekerjaan yang mudah dan diremehkan. Mereka yang berhasil membangun wirausaha adalah orang-orang yang dibebaskan, dan jalan keluar bagi banyak orang adalah membebaskan diri sendiri dengan juga menjadi pengusaha (Laplume and Yeganegi, 2019).

 

References

Google Scholar (2022a) Dave Ketchen, Google Scholar. Available at: https://scholar.google.com/citations?user=iTNxaBkAAAAJ&hl=id&oi=sra.

 

Google Scholar (2022b) Daved Barry, Google Scholar. Available at: https://scholar.google.com/citations?user=V5natKoAAAAJ&hl=id&oi=sra.

 

Google Scholar (2022c) Violina Rindova, Google Scholar. Available at: https://scholar.google.com/citations?user=mjpaiDQAAAAJ&hl=id&oi=sra.

 

Hastuti, P. et al. (2020) Kewirausahaan dan UMKM. Medan: Yayasan Kita Menulis. Available at: https://kitamenulis.id/2020/03/02/kewirausahaan-dan-umkm/.

 

KBBI (2016) Emansipasi, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Available at: https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/emansipasi.

 

Laplume, A. and Yeganegi, S. (2019) Entrepreneurship Theories. Washington: Amazon. Available at: https://www.amazon.com/Entrepreneurship-Theories-Andre-Laplume-ebook/dp/B07RN2NFW4.

 

Purnomo, A., Usman, I. and Asitah, N. (2019) ‘Penelitian Kewirausahaan di Indonesia : Pemetaan Publikasi dalam Perspektif Scientometrik (1972-2019)’, AdBispreneur, 4(3), p. 207. doi: 10.24198/adbispreneur.v4i3.25021.

 

Rindova, V., Barry, D. and Ketchen, D. J. (2009) ‘Entrepreneuring as Emancipation’, Academy of Management Review, 34(3), pp. 477–491. doi: 10.5465/amr.2009.40632647.

 

AGUNG PURNOMO, S.P., MBA